Wednesday, September 26, 2007

Back Up

Back Up, kata yang sering kita dengar. Dan juga sangat mungkin sering kita aplikasikan, terutama dalam lingkungan IT. Kita sudah biasa mendengar back up server, back up data, back up file, dst. Dalam lingkungan kerja, dikenal juga back up SDM. Jadi untuk satu kerjaan, tidak hanya dipegang oleh satu orang. Tapi ada back up nya sehingga kalau PIC nya cuti atau sakit, kerjaan gak menjadi berhenti.

Nah, di bisnis ternyata juga butuh back up. Kalo dari yang kualami, salah satu back up yang dibutuhkan pada bisnis adalah finansial. Menurutku, kalo terjun ke bisnis memang harus ada dana yang disiapkan sebagai back up. OK lah, ada contoh contoh orang terkenal, yang pada saat bangkrut -- dengan 'hanya' mengandalkan kepercayaan orang lain padanya, maka bisa membangun bisnis kembali. Dan bukan dengan dana back up. IMHO, orang yang seperti ini tentu sudah mempunyai track record yang jelas di dunia bisnis, sehingga orang bisa percaya. Kalo kita pemain pemula, tentu belum ada track record yang kita bangun.

Pada saat pemula, status kita masih belajar bisnis. Masih sudah sewajarnya bila kita jatuh bangun. Pada saat jatuh, dana back up itulah yang kita gunakan untuk bangun kembali. Alasannya jelas, urusan perut, sekolah, dll, tidak akan melihat bisnis kita sedang bangun ataupun sedang jatuh. Jadi meskipun bisnis sedang rubuh, kewajiban akan tuntutan hidup jalan terus. Itu alasan pertama.

Alasan kedua, dengan adanya dana back up untuk urusan hidup, kita lebih tenang untuk membangun bisnis kembali. Lebih tenang untuk menganalisa keterpurukan bisnis sebelumnya. Dan apabila dana back up masih mencukupi, kita bisa membangun bisnis kembali dengan kekuatan dan pikiran yang lebih segar.

Dari mana dana back up untuk bisnis kita ini ?

Bisa banyak sumber, tergantung tiap orang. Ada yang orang tua atau mertua cukup punya dana dan pengaruh, sehingga pada saat kita jatuh, ada orang tua yang siap mem-back up. Jadi kita bisa bangun lagi. Kalo jatuh lagi, orang tua siap back up lagi. Gitu. Ini tebakan saya, soalnya saya gak termasuk kategori yang ini, hehehe...

Kemungkinan kedua, bisnis sudah ada beberapa mata air. Jadi bila yang satu jatuh, maka yang lain sudah siap menjadi back up. Kalo yang ini saya masih berupa harapan, insya Allah segera terealisasi. Amien.

Kemungkinan ketiga, dan inilah yang saya gunakan saat ini, adalah dengan menjadi TDB sebagai back up bisnis. Kata Om Brad juga, menjadi TDB itu boleh asal digunakan untuk mengumpulkan modal. Dan memang inilah yang dilakukan. Dengan menjadi ampibi, pada saat bisnis mengalami oleng, pikiran dapat sedikit lebih jernih melihat situasi, karena tidak terbebani dengan beratnya 'beban hidup'. Sambil terus menabung untuk membesarkan bisnis, dan membangun back up bisnis dengan bisnis. Nah, saat back up bisnis itu sudah running, itulah saatnya bisa meninggalkan TDB dengan penuh senyum kemenangan... Karena bisnisnya gak diragukan lagi -- sudah terbukti kok !! :-)

Monday, September 24, 2007

Penyebab Kegagalan Bisnis

Berikut tulisan dari pak Nano tentang beberapa penyebab kegagalan bisnis, yang menurut saya OK banget dan memang beberapa terbukti di rekanan bisnis saya. Karena itu artikel yang di posting di milis TDA ini saya cuplik ke blog. Tks to pak Nano.

* * *

Beberapa rekan Entrepreneur atau TDA kirim sms, telepon, dan e-mail ke saya, berkaitan berbagai permasalahan bisnis, yang pada akhirnya membuat mereka menjadi bangkrut, terpuruk hidupnya, hampir bercerai dengan istrinya, stres, depresi, dan masih banyak lagi hal negatif terjadi pada dirinya. (Maaf, saya tidak bermaksud memberitakan hal negatif). Hal tsb lebih disebabkan oleh kebangkrutan dalam bisnis, dan sebagian ada yang kapok memulai bisnis kembali. MasyaAllah.
Ada beberapa hal, menurut saya lho; bahwa seorang Entrepreneur atau Pengusaha atau TDA, bisa jatuh terpuruk bisnisnya, rugi, bahkan pailit atau bangkrut, yaitu bisa disebabkan oleh :
1. Terlalu ambisius, sehingga action bisnisnya tanpa perhitungan sama sekali. Modal nekad doang. Yang penting jalan dulu. Akhirnya ya benar-benar jalan merosot terus ke bawah.
2. Terlalu banyak pakai duit orang lain...atau terlalu BODOL (Berani Optimis Pakai Duit Orang Lain). Sehingga berakibat lupa diri, bahwa itu duitnya orang lain yang harus dikembalikan juga...bukan duitnya sendiri. Nah, karena lupa diri ini, maka cara pakai duitnya juga bisa saja sembarangan, gak pakai perhitungan untung rugi bisnis. Asal pakai saja, urusan...menyusul belakangan.
3. Merasa terlalu "motivated & populer", sehingga sampai "over self confidence". Ini juga bisa menyebabkan berpikir "menggampangkan" relasi bisnisnya. Akibatnya bisa dijauhi, bahkan ditinggal relasinya, karena sering tidak sepaham. Kalau sudah begini ya gak bisa maju bisnisnya doong.
4. Tidak mau & tidak cepat belajar tentang kondisi dari lingkungan bisnisnya. Sering mengabaikan "bisikan hati nurani", sehingga kepekaan intuisi bisnisnya tidak terasah.
5. Sangat gampang terpengaruh lingkungan sekitarnya. Sehingga menjadi mudah terseret seperti model lingkungannya. Menjadi lupa untuk "memfilter" segalanya.
6. Terlalu menjaga gengsi pribadi. Sehingga sangat ingin orang lain tahu, bahwa dia sudah sangat sukses. Ini berakibat memilki sifat konsumtif banget. Sungguh berbahaya, karena ada keinginan yang kuat untuk pamer hal-hal bersifat fisik, sebelum waktunya.
7. Kurang memiliki rasa empati bisnis. Ini terkait dengan BODOL tadi. Jadi asal "gasruk" saja...asal "sikat" dulu. Tidak mau merasakan dan mencermati lebih dulu, bagaimana sebenarnya bisnis yang mau dijalankan tersebut.
8. Terlalu mengedepankan / mengutamakan kepentingannya sendiri lebih dulu. Lebih banyak berpikit untuk meraih keuntungan pribadi dulu. Padahal bisnis itu harus seimbang, kepentingan orang lain juga harus diperhatikan.
9. Tidak terbuka terhadap relasi bisnis, selalu ada yang disembunyikan. Bisa dibilang juga, kurang jujur mengungkapkan bagaimana bisnis sebenarnya. Kejujuran itu modal utama bisnis. Jujur adalah mata uang yang berlaku dimana pun.
10. Kurang sekali memberi dan melayani orang lain. Atau bahasa singkatnya: kurang bersedekah. Sebenarnya, pada kondisi apa pun kita ini, banyaklah bersedekah. Ini sering dilupakan.
11. Kurang ikhlas menjalani kehidupannya. Kebanyakan lebih sering berpura-pura ikhlas, bukan ikhlas yang sesungguhnya. Ini bisa berbahaya bagi dirinya...khususnya mental dan imannya.
12. Kurang pandai bersyukur. Apa pun yang terjadi sebenarnya selalu patut untuk disyukuri. Bersyukurlah di saat kaya, sebelum miskin. Di saat sehat sebelum sakit. Jika pandai bersyukur, niscaya InsyaAllah selalu dibantu Allah dalam menangani kehidupannya.

Semoga uraian sederhana saya di atas tersebut, bisa memberikan tambahan wawasan buat rekan Entrepreneur atau TDA...agar senantiasa berhati-hati dan waspada terhadap "jebakan-jebakan" seperti di atas; yang pada dasarnya lebih disebabkan oleh diri kita sendiri.

Salam Luar Biasa Prima!
Wuryananohttp://wuryanano.com/
Founder & Moderator:http://groups.yahoo.com/group/SuperMindPower/

Thursday, September 13, 2007

Ramadhan

Sudah lama ingin menulis tentang Ramadhan. Tentang bulan yang penuh berkah. Bulan penuh ampunan. Bulan tarbiyah. Bulan maghfiroh. Bulan yang mengijinkan umat Muhammad berdialog langsung dengan pemilik-Nya. Bulan yang... ach... begitu banyak kelebihan bulan Ramadhan.

Hari ini hari pertama Ramadhan. Aku berharap, sangat berharap, Ramadhanku kali ini lebih baik dari sebelumnya. Yang ramadhan sebelumnya hanya niat, hanya keinginan, semoga Ramadhan kali ini menjadi sebuah dorongan. Sehingga mewujud menjadi sebuah realita. Dan bukan hanya terjelma sebagai target tanpa realisasi. Dan itulah yang terjadi di Ramadhan ramadhan yang telah lewat.

Sedih. Betapa turunnya ruh ku setelah pindah ke Jakarta. Entahlah. Rasanya Jakarta telah menyedot sebagian besar tenagaku. Juga waktu. Alhamdulillah, Allah tidak membiarkan aku sendirian. Masih ada seorang spiritual mother yang senantiasa bersedia menampung semua keluh kesahku. Dan memompa semangat untuk selelu berusaha kembali pada-Nya.

Malu. Sering keluh kesahku sekedar keluh kesah. Saran dari beliau hanya diterima saat didengar. Tanpa diendapkan ke hati. Tanpa realisasi. Sementara keluh kesah dilakukan lagi dan lagi.

Ya Allah... bantulah hamba-Mu ini untuk melangkahkan kaki meniti jalan-Mu. Jalan para Rasul. Jalan para Nabi. Jalan para syuhada. Jalan menuju surga Firdaus-Mu. Jangan biarkan hamba-Mu ini meniti jalan mereka yang hanya bersyahadat di lidah. Hanya beribadah sekedar menggugurkan. Hanya beramal sekedar penampakan.

Ya Allah... ampunilah hamba-Mu.

Rabbana hablana min ladunka Rahmah, wa hayyi' lana min amrina Rasyada
Ya Rabb, berilah kepada kami Rahmah dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah petunjuk-Mu yang lurus dalam urusan kami.

Laa ilaha illa Allah... Astaghfirulloh...
Allahumma inni As aluka ridhoka wal jannah, wa naudzubika min sakhotika wan naar...

PS. Mohon maaf lahir dan bathin untuk semua kesalahan, ke-alpa-an, kekhilafan, ketersinggungan, dan semua yang mungkin pernah merasa tidak nyaman dengan kehadiran tulisan saya di blog ini.

Wednesday, September 12, 2007

Allah memang Maha Adil

Ya, Allah memang Maha Adil. Bukan berarti sebelum ini aku meragukan keadilan Allah. Bukan, bukan itu ! Tapi akhir akhir ini mataku semakin terbuka akan keadilan Allah -- yang kadang dilihat dengan kaca mata manusia seolah terlihat justru Allah tidak adil.

Bayangkan. Allah menciptakan2 jenis gender manusia. Yang satu kuat. Yang satu lemah. Yang satu punya satu suara penuh. Yang satu cuman setengah. Yang satu berhak atas warisan sebanyak dua kali yang lain. Yang satu berhak menjadi qowwam. Yang satunya lagi harus nurut.
Gak adil khan ? Ya -- tampaknya memang tidak adil.

But... ternyata Allah menciptakan tanggung jawab, berlainan sisi dengan keinginan, hasrat, dan hawa nafsu. Jadi, Adil kah ?

Allah menciptakan laki laki untuk bertanggung jawab terhadap anak dan keluarganya. Dan Allah menciptakan wanita lengkap dengan keinginan dan cinta yang besar, untuk mendidik dan merawat anak dan keluarganya. Tanpa 'tugas' untuk bertanggung jawab, laki laki akan melenggang sendiri tanpa memikirkan keluarga. Berbeda dengan wanita. Meskipun tanpa diserahi tanggung jawab, seorang ibu otomatis akan tetap mengurus dan memberikan yang terbaik untuk keluarganya.

Bayangkan bila Allah memberikan tanggung jawab terhadap keluarga ini kepada wanita, bukan kepada laki laki. Bisa jadi para bapak setelah seharian mencari uang, akan sibuk setelahnya untuk membuang uang. Bisa jadi para bapak sibuk sendiri memenuhi aktivitas individunya. Bisa jadi para bapak tidak pernah lagi berada di rumah kecuali untuk menyerahkan sejumlah uang yang menjadi tugasnya sebagai bread maker.

Sementara sang ibu ? Karena dibekali dengan insting dan sayang pada anak dan keluarga, akan sibuk mengurus keluarganya. Apabila rasa ini ditambah dengan tanggung jawab terhadap keluarga, maka semakin lengkaplah 'keterpurukan' ibu. Kenapa ? Dengan keluarga menjadi tanggung jawab ibu, mungkin para bapak menjadi merem terhadap apapun yang terjadi di rumah. Mungkin para bapak tidak mau tahu lagi terhadap proses pendidikan anak. Mungkin para bapak tidak peduli lagi dengan susyahnya menjaga hubungan baik dengan anggota team sebagai tangan kanan di rumah. Mungkin para bapak tidak mau tahu lagi dengan rumah yang bocor. Dengan lampu yang mati. Dengan anak yang sakit. Dengan tetangga yang rese. Dengan gas yang habis. Dengan listrik yang mati. Dengan kenaikan harga beras. Dan semua tetek bengek yang kecil kecil tapi menggunung. Itu apabila para bapak hanya punya satu tugas : menjadi bread maker.

Ada satu contoh yang kejadian padaku pagi ini. Pagi pagi banget sebelum shubuh kita udah bangun. Trus anak anak dibangunkan satu satu dengan niat mo ke masjid bareng bareng. Kebetulan Uthi lagi susyah bangun. Jadinya pas suami, Alya, sama Iva udah siap di teras, aku sama Uthi masih sibuk di kamar. Yang ngebujukin bangun lah. Ngebujukin minum milo lah. Ngebujukin BAK lah. Terakhir ngebujukin lagi untuk pake mukena. Kebayang khan.... Pas aku sama Uthi berhasil nyusul keluar, ee... ternyata mobilnya udah dibawa suami ke masjid. Ditinggal gitu lho. Jadinya kesel bin gondok. Hehehe...

Terus pikir pikir, kenapa ya kudu kesel. Khan tugas ngedidik anak itu tugas suami. Jadi kalo aku sampe repot ngurusin Uthi untuk ngajarin dia ke masjid, sebenarnya 'cuman' dalam rangka ngebantuin suami. Kalo ternyata suami lagi gak mau ngedidik Uthi sholat, ya udah, itu urusan suami sama Allah. Ya gak... Nha, balik lagi, set back... jadi sebenarnya tugasku sebagai ibu apa...

Apa ya ? Apa sich tanggung jawab dan tugas sebagai ibu ? Cuman satu sebenarnya, memenuhi keinginan suami. Di pihak wanita, hal ini menjadi tugas, menjadi tanggung jawab. Menjadi jalan menuju surga. Di pihak laki laki, bagian ini menjadi keinginan, hasrat. Bayangkan bila tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan biologis ada pada suami. Hahaha... gak kebayang dech.

Jadi Allah Maha Adil khan ? Allah memberi tanggung jawab pada yang satu, sementara memberi keinginan dan hasrat pada pihak yang lain. Sehingga kedua pihak itu seharusnya dapat bersinergi. Dapat saling bekerja sama. Saling membantu. Saling menolong. Saling menutup kekurangan yang lain. Karena bila istri menginginkan sesuatu, itu bagian dari tanggung jawab suami. Sebaliknya, bila suami menginginkan sesuatu, itulah kewajiban dari sang istri. Clear ??

Monday, September 10, 2007

Modal dan Pertumbuhan Bisnis

Banyak orang yang menganggap bahwa besarnya modal sangat berhubungan dengan kecepatan pertumbuhan bisnis. Buat saya, ada benarnya, ada salahnya. Jadi belum tentu. Karena menurut saya, besarnya modal juga dapat mempengaruhi kecepatan penurunan bisnis, hehehe...

Ada yang bisnisnya jatuh, justru saat banyak permintaan. Pada saat permintaan meningkat tajam, modal langsung ditambah. Langsung dilakukan pembelian. Tentu saja dengan harapan segera terjual. Problem muncul -- mungkin -- salah satunya karena permintaan muncul dari 1 atau 2 customer, sementara untuk mengejar harga yang make sense, pembelian harus grosir. Bukan 1 atau 2 pieces, tapi 1 atau 2 lusin. Bahkan kodi. Nah, alhamdulillah kalau barang lebihnya bisa ikut segera terjual. Apesnya, kalau ternyata barang lebihnya itu 'nganggur' di toko. Ruginya jadi 2 : dana mandheg (brenti), dan toko jadi penuh.

Kalau hanya satu macam barang, masih OK. Tapi customer yang datang ke toko kita khan sangat variatif. Customer X pengen barang A, misalnya. Kita belikan 1 lusin. Customer Y nyari barang A dan B. Kita belikan barang B, 1 lusin juga. Kemudian barang C untuk customer berikutnya lagi, 1 lusin juga. Barang D, 1 lusin juga, dst dst. Kalo semua jalan, jelasss... keuntungan di depan mata. Tapi kalo enggak.... loss juga di depan mata.

Apalagi, kadang keinginan customer juga mengalami perubahan. Ada pernah customer saya, bilang pengennn... banget koko Sabila warna kuning biru. Waktu itu yang ada di toko ukurannya gak sesuai. Meskipun saat itu blio udah beli koko sabila tapi warna yang lain. Terus maksa minta dipesankan. Udah niggalin nomor telpon. Pas barangnya datang, kita call customer tsb, dengan polosnya bilang... gak jadi ya... Untung aja aku memang biasa order Sabila. Jadi nothing to loose.

Pernah juga kita cerita ke pebisnis lain, kalo modal untuk usaha (waktu itu) kita patok 2,5 juta (dikit ya...). Temen itu terheran heran. Kenapa modal musti dibatasi. Jadinya permintaan khan nggak bisa dipenuhi. Padahal kalo menurutku, khan gak bisa kalo bisnis butuh uang, terus langsung disupply sama dana pribadi (apalagi dana pinjaman). Gak bisa gitu. Karena kita musti ngitung juga. Musti membandingkan, minimal dengan return deposito di bank (kalo sekarang bank Syariah dech, tapi rada susah ngitungnya. Cuman buat ngebandingin, bank konvensional gak papa ya...). Dengan modal yang kita putar, berapa return yang kita dapat dari bisnis kita. Kalo memang lebih kecil dari bank... ya mendingan di taruh di bank aja khan... Ya gak. Kecuali kalo memang masih dalam tahap 'belajar'.

Nah, dengan matok modal tersebut, perhitungan jadi ketat. Kalo ada yang belum bayar, jadi ketat juga, hehehe. Milih barang yang mo dibeli, juga ketat. Jadinya cash flow juga dipelototin. Dari modal sekian menghasilkan sekian dalam janga waktu sekian keliatan jelas. Terus permintaan yang belum terpenuhi berapa. Barang yang slow moving, atau bahkan brenti di gudang berapa.

Nha, kalau untuk saya sendiri, dari situ baru memutuskan. Nambah modal, atau sebenarnya dana yang ada kurang berputar. Atau justru barang yang perputarannya belum optimal.

Kalau ternyata banyak barang yang belum berputar, ya jangan nambah modal dulu. Think think think... supaya barang brenti itu bisa jadi modal yang bisa diputar lagi. Bisa dibazaarkan seperi pak Yoyok. Bisa di-obral, dijual murah, atau bahkan dijual rugi. Yang penting ada uang masuk buat modal. Atau bisa juga disumbangkan (khan dapet 10x lipatnya ya, hehehe...).

Jadi, kalo bisnis lagi butuh uang, jangan langsung menganggap butuh tambahan modal. Kita amati dulu cash flow dan goods flow (eh, bener gak ? Maksudnya aliran barang gitu lho...). Jangan sampai karena modal disentor terus, bisnis jadi kebanjiran modal. Malah tenggelem...

PS. Alhamdulillah, Sabtu Ahad kemaren, Anugerah mencatat penjualan retail yang fantastic. Biasanya penjualan begini hanya sabtu ahad bulan Ramadhan. Mungkin karena akhir pekan terakhir sebelum Ramadhan ya. Khan banyak juga, yang Ramadhan nggak mau terganggu dengan perkara nyari baju.

Wednesday, September 5, 2007

Evaluasi Omset dan Profit Anugerah

Sesuai postingan tentang siklus omset, akhirnya sudah kita bikin chart untuk omset dan laba. Data yang dipakai mulai Desember 2005, sampai Agustus 2007. Monthly dan weekly. Ada beberapa hal yang menarik yang bisa kita lihat.

Pertama, omset untuk tahun 2007 pada bulan 3, 4, 5, dan agustus kemarin ternyata turun kalau dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Sedangkan di bulan yang lain lebih tinggi dari tahun kemarin. Sempat kaget juga sich. Cuman pas diamati lebih detail... hmm... kemungkinan terbesar terjadi karena tahun 2006, kita masih mempunyai beberapa reseller untuk penjualan grosir. Sehingga omset penjualan tinggi, khan grosir. Sedangkan tahun 2007, kebetulan produk yang dulu kita grosirkan mengalami problem, sehingga penjualan grosiran untuk produk tsb ikut di-stop. Untuk memulai grosiran produk yang lain, aku memang masih menimbang beberapa hal. Walhasil, omset tahun 2007 memang lebih rendah dari tahun sebelumnya. Karena khan tahun 2007 hanya retail...

Tapi nggak kecewa kok. Karena kalau dari sisi laba, gross profit monthly, ternyata lebih tinggi dari tahun 2006. Gross profit monthly yang lebih rendah hanya di bulan Februari, itu juga selisihnya 'cuman' 200ribu. Di bulan Juni dan Juli, sesuai prediksi awal, ternyata profit 2x lipat dari bulan yang sama di tahun 2006. Sedangkan bulan Agustus, yang kemaren sudah dag dig dug gara gara penjualan berkurang drastis, ternyata masih lebih tinggi 500ribu dari bulan Agustus 2006. Dari total gross profit untuk range Januari sampai Agustus, alhamdulillah, telah tercapai kenaikan 5.500ribu dari tahun 2006. Salah satu kesimpulan yang ditarik, profit grosir alhamdulillah, sudah berhasil ditutup oleh penjualan retail.

Kalau dilihat dari chart yang dibuat, seharusnya mulai sekarang grafiknya mulai meningkat tajam (wajar sih... khan udah mo Ramadhan). Profit yang didapat selama bulan Ramadhan 2006, di bulan September 2,5x lipat dari rata rata profit bulan yang lain. Sedangkan di bulan Oktober nya, sekitar 5x lipat dari rata rata profit bulanan di luar Ramadhan. Semoga di tahun 2007 ini bilangan kelipatannya bisa lebih naik lagi. Amien.

Pekan pertama setelah lebaran profit nol. Ya jelas aja, khan masih libur. Cuman biasanya pekan terakhir sebelum lebaran, profitnya di-accrue di bulan pertama setelah lebaran. Maksudnya supaya biaya yang muncul tetap tercover oleh profit. Ya iyalah, walopun setelah lebaran, dan toko tutup beberapa hari, fixed cost seperti gaji pegawai, service charge, telpon, parkir langganan, khan tetap ada. Jadi profit pekan terakhir lebaran digunakan untuk menutup biaya biaya ini. Biasanya sih bulan berikutnya sudah bisa membiayai sendiri lagi dari hasil toko bulan ybs. Malah kadang masih muncul laba.

Demikian laporan singkat dari Direksi Anugerah Collection pada public pada hari rabu, jam 14.38. :-)