Monday, December 15, 2008

Karyawan : dicari !

Katanya lagi krismon, banyak PHK, banyak pengangguran. Benarkah ?

Gak juga. Tergantung definisi pengangguran. Kalo definisinya adalah orang yang gak kerja, bisa jadi memang sangat banyak. Tapi kalo definisinya diubah dikit jadi orang yang mau kerja tapi gak dapet dapet, nah... bisa jadi angkanya susut drastis. Kata kuncinya adalah 'mau' kerja. Bersedia untuk kerja, dan berminat untuk bekerja. Bukan sekedar pengen punya penghasilan doank.

Kayak sekarang. Aku lagi butuh karyawan. Padahal hampir tanpa syarat apapun. Palingan harus dengan referensi. Itu aja. Tapi ampun... susahnya. Rata-rata mereka bilang, aduh... jauh... gak mau... Walah ! Padahal itu cuman dari Kelapa Dua ke ITC Kuningan. Dan ongkos perjalanan semua kita tanggung. Malah disediakan driver + motornya yang antar jemput kesana. Enak khan ? Tapi itulah... ternyata menurut mereka itu sudah 'entah di dunia bagian mana'.

Pas kita nyari karyawan sementara Ramadhan kemaren, juga aneh2 jawabannya. Ada yang : "Oh... sementara ya bu. Gak mau ah. Tapi ntar kalo ibu nyari yang tetap, saya aja yang diambil" Lho... ya gak mungkin lah. Pasti aku ngehubungin yang udah pernah kerja di aku dulu donk. Secara pasti sudah belajar banyak dan sudah saling mengenal.

Ada juga komunitas yang sering minta bantuan cause anggotanya sering gak bisa bayar sekolah anak2 nya. Pas nyari karyawan ke komunitas itu, susyahnya juga minta ampun. Jawaban mereka : aduh, maaf... belum mau terikat. Lho ??

Trus ada juga kenalan ojek yang sering ngeluh susahnya jadi pengojek. Persaingan lah, temen2nya keras lah, dll. Tapi pas ditawari jadi karyawan, jawabannya juga sejenis : Gak mau. Lho... trus selama ini, kenapa ngeluh terus jadi ojek ya ?

Kadang-kadang jadi mikir. Banyak pengangguran ? Gak juga kok. Banyak di antara mereka yang memang gak mau kerja. Jadi ? Yach... maybe data statistik perlu mencantumkan lebih detail, gak kerjanya kenapa. Kayak para ibu yang memilih untuk really at home dan berkarya dari rumah, apakah mereka juga termasuk yang didata sebagai pengangguran ?
Just my curiosity...
Gambar diambil dari sini

Renungan

Ya Allah... apabila doa bisa untuk mengubah tanggal kematian, aku berdoa agar tidak meninggal saat masih muda. Saat kesadaran dan pemahaman untuk beribadah belum sepenuhnya. Saat tabungan amal masih jauh dari cukup, bahkan banyak tergerus oleh lobang2 maksiat yang tidak dirasa. Saat waktu untuk menghadap-Mu masih terasa berkejaran dengan waktu untuk egoismeku.

Ya Allah... aku juga berdoa, agar tidak meninggal saat anak2 masih kecil. Karena betapa kasihannya anak2 ku apabila ditinggalkan ibunya saat mereka masih usia dini. Mereka masih sangat butuh perhatian. Mereka masih sangat membutuhkan pegangan. Kami sangat ingin mengantarkan mereka meniti jalan menuju baligh.

Ya Allah... aku juga berdoa, supaya tidak meninggal pada saat anak2 ku beranjak dewasa. Juga pada saat mereka belum menikah. Biarkan kami mengantar anak2 kami sampai gerbang kemandirian mereka yang sesungguhnya. Sampai mereka menapaki hidup ini bersama pasangan hidup mereka. Kami ingin membantu memilihkan bagi mereka pasangan yang sesuai, yang seperti apa yang Engkau sunnahkan. Kami ingin menyelesaikan tugas kami sebagai wali mereka, hingga Engkau amanatkan untuk selesai dengan dilangsungkannya pernikahan mereka.

Namun ya Allah... kami juga berdoa, apabila semua anak2 telah kami selesaikan urusannya dengan bantuan-Mu, apabila semua anak2 telah dapat hidup mandiri, apabila kami sudah tak sanggup berdiri di atas kaki kami sendiri, apabila kami sudah lebih banyak mudhorotnya untuk orang banyak daripada manfaatnya, maka kami sangat berharap kepada-Mu, untuk menyiapkan mental kami, sehingga kami segera mendapatkan kesempatan menemui-Mu.

Ya Allah... apabila kau ijinkan kami hidup di dunia hingga usia tua, jangan biarkan kami menjadi penghalang untuk siapapun. Jangan biarkan kami menyusahkan orang lain, memberatkan orang lain. Sungguh, betapa enaknya bila bisa hidup mandiri. Tapi rahasia hidup ada di tangan-Mu, ya Allah. Engkau-lah yang menentukan, apakah di penghujung usia nanti kami tetap tegar dan kuat seperti ini. Atau menjadi badan yang utuh namun terbaring dan terkulai, yang bahkan untuk memiringkan badan juga butuh bantuan orang lain.

Ya Allah... kami berbisnis, kami menabung, sebagai persiapan kami untuk hidup di usia renta. Namun... kami sangat paham, uang hanya sebagian kecil dari sebentuk kemandirian. Masih begitu banyak hal lain yang menentukan kemandirian kami di penghujung usia nanti. Akankah kedua kaki kami masih bisa berfungsi seperti sekarang saat nyawa sudah di tenggorokan ? Akankah semua masih bisa normal digunakan saat mendekati waktu yang telah Engkau tetapkan ? Atau bahkan, hanya sekedar dengan rasa takut apabila gelap telah datang, dan ternyata kami benar2 hidup sendiri dan tak ada satupun yang dapat menemani, akankah kami dapat menghadapinya bila berjalan selama berhari hari ? Bahkan berbulan bulan ? Akankah kami menjadi terbiasa ? atau menjadi phobia ?

Ya Allah... sungguh, kami takut... Kami tahu, kehilangan itu, tidak dapat ditutup dengan menghadirkan sosok orang lain. Yang meskipun fisiknya ada, namun hubungan batin -- bagimanapun -- tidak dapat digantikan.

Namun di sisi lain kami juga tahu, semua orang, pada saat se-usia dengan kami saat ini, adalah masa sibuk2 nya. Sibuk dengan keluarga karena masanya punya anak lagi, lagi, dan lagi. Sehingga kesibukan dengan bayi, dan kakak2 nya, cukup menyita waktu dan tenaga. Juga kesibukan dengan aktualisasi diri, dengan seabreg kegiatan non formal dan segala macam jabatannya. Juga kesibukan peningkatan ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan, untuk sekarang dan nanti. Begitu banyak kesibukan yang saat ini kami jalani... Dan sangat mungkin nanti akan dijalani anak2 kami saat mereka seusia kami nanti.

Dan saat itu, usia kami sudah seusia orang tua kami saat ini.... Dan pada saat itu terjadi, kami sangat ingin dapat memahami kesibukan anak2 kami. Namun... kami juga dipenuhi kekhawatiran... akankah seusia itu kami masih dapat hidup mandiri ? Jadi ya Allah, apabila kami memang sudah tidak dapat hidup mandiri, biarkan kami dapat menghadap-Mu dengan bekal yang kami kumpulkan. Karena kami tidak ingin menjadi ujian bagi anak2 kami dalam beribadah kepada-Mu.

Amien.
Gambar diambil dari : sini

Thursday, December 11, 2008

Dinar

Sebagai pengamat setia harga dinar di http://geraidinar.com/, ada yang cukup aneh akhir-akhir ini. Oops, bukan pengamat denk, tapi cuman setia ngintip harga dinar pagi dan sore di situs tsb. Dan setelah ngintip, Ooo... segitu ya, harganya sekarang. Trus gimana ? sementara ya sudah, sampai situ dulu, hehehe... Minimal berinteraksi lebih dekat dengan fluktuasi harganya dulu lah.

Dulu, harga dinar kalau bergerak dikit2. Jadi kalo naik, ya naik dikit2. Turun juga idem, dikit2, sampai batas untuk naik lagi. Nha, akhir2 ini, sebulan terakhir barangkali, sempet harga dinar ngelonjak naik. Even sebelumnya turun dulu.


Kayak semalam. Kemaren harga dinar udah anjlok ke 1.200.000-an. Itu dengan masa penurunan beberapa hari. Jadi turunnya dikit dikit. Hmm... sempat terpikir... wah, dinar turun lagi nich... Beruntunglah yang lagi punya uang, bisa beli dengan harga murah. Trus hari ini mbuka situs yang sama, lho... udah jadi 1.231.958. Dalam semalam ! Bayangin aja yang semalem beli, kalo di-kurs dengan harga sekarang, lumayan banget khan... Dan ini juga terjadi beberapa pekan yang lalu. Naik tajam dalam semalam.

Tapi... kita sudah belajar juga, untuk tidak terlalu berharap dari selisih harga dinar. Jadi kalaupun beli dinar, niatnya untuk menyelamatkan nilai uang. Bukan untuk mendapatkan selisih harga per dinar. Jadi ya... even harga naik turun, emosi relatif lebih stabil. Harga naik turun ya cuman dilihat aja. Kali' aja pas turun pas punya uang, lumayan, bisa beli... Tapi gak perlu sampai gop-gop-en (apa ya, istilah bahasa indonesianya ? grusa grusu ? tergesa gesa ?), pas turun sibuk beli. Pas naik, ribet lagi, sibuk mo ngejual.

Karena kalo selisih harga, Alhamdulillah, udah kita dapat dari usaha real. Yach... ITC Depok masih sangat lumayan lah, buat ngumpulin selisih harga jual dengan harga beli. Dan menyusul, insya Allah bulan Desember ini, ITC Kuningan.

Thursday, December 4, 2008

Pensieve

Suatu kali ada temen yang nanya, bikin sekali postingan butuh berapa jam ? Dan disambung lagi dengan, kemaren cuti besar buat bikin blog ya ? Ada temen lain lagi yang ngerasa gak sempet buat posting di blog. Hmm...

Kalo buat aku, blog ini selayaknya pensieve-nya Dumbledore. Tempat yang nampung segala macam memory. Pas memory ku berasa penuh, karena lagi emosi misalnya, atau ada hal yang memang kudu disimpen buat suatu saat nanti, atau mungkin juga karena ada hal yang menarik, itulah saat yang tepat buat nulis di blog. Dalam bayanganku seperti Dumbledore dengan tongkatnya ngeluarin memory dan disimpan di pensieve. Dan setelah itu, pikiran jadi berasa enteng lagi. Cause yang berat2 dan kudu diingat udah disimpan di pensieve. Dan suatu saat kita butuh, tinggal diambil lagi dari pensieve.

Juga identik dengan buku diary. Pas pusing, pas gak ada kerjaan, pas puyeng dengan kerjaan kantor tapi tambah dipikir tambah ruwet dan mbundhet, pas suntuk, nha... saatnya untuk menuangkannya di pensieve, atau buku diary, atau blog. Dan setelah nulis, cling... dunia cerah kembali. gak percaya ? Coba dech :-)

Dan gak butuh waktu lama kok, buat nulis. Pokoknya tulis aja apa yang terpikir. Tik tik tik, teruuuus... aja. Nha, paling kalo gak biasa, butuh waktu lamanya buat editing. Khan diedit dulu supaya enak dibaca. Dibaca lagi dulu beberapa kali, ada yang berasa aneh gak. Ada yang gak nyambung gak. Kadang2, kalo pas ide nulisnya gak bagus, butuh beberapa kali buat baca ulang. Tapi kalo pas lagi mood, dan idenya lagi banyak dan panjang, paling dibaca ulang sekali langsung diposting.

So, gak butuh waktu lama kok, buat posting di blog. Sementara sisi positifnya, jelas kita jadi terbiasa menulis. Itu satu. Kedua, yach... siapa tahu ada yang 'tercerahkan' setelah baca postingan kita. Kita ikutan dapet pahalanya khan. Ketiga, ya itu tadi, semacem pensieve buat kita. Melegakan pikiran. Supaya pikiran fresh lagi. Plong gitu lho. Keempat, tapi yang ini aku gak termasuk, kayaknya bisa buat jualan juga ya. Banyak khan, yang jualan online pake blog.

So, posting di blog, siapa takut...

Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu....

Titipan postingan dari suami....

= = = = = =


Alhamdulillah, tadi pagi bisa ngumpul dan menghafal Al Qur’an lagi bersama anak-anak. Kebetulan membaca dan mencoba menghafal potongan ayat surat Al Mumtahanah, tepatnya ayat ke-3 dari surat ke-60, yang artinya kurang lebih “Tiada bermanfaat orang yang dekat (disayangi) dan tidak juga anak-anakmu pada hari kiamat. Dia akan memisahkan di antara kamu. Dan Alloh Maha melihat apa yang kamu kerjakan“.

Karena momennya lagi ngumpul sehabis sholat shubuh, suasananya tentu guyup, hangat, dan serasa ingin kumpul dan bareng terus dengan istri dan anak-anak. Maka ketika membaca arti ayat ini sangat kontras dan menjadi bahan pikiran ketika perjalanan menuju kantor.

Sifat alami manusia tentunya selalu ingin berkelompok, ingin berkumpul. Ingin merasakan kehangatan dan kasih sayang keluarga, istri, dan anak-anak. Apalagi mengingat tadi pagi masih bercengkerama dengan anak-anak, cek kemajuan sekolahnya, bacaan dan hafalan qur’annya. Tentunya kemesraan dan kehangatan ini, sejujurnya, ingin dipertahankan bukan hanya sampai tua, tapi juga sampai di hari akhir kelak. Amien.

Pikiran lalu melayang mengingat ibu di Semarang. Betapa beliau sangat perhatian dan sayang sama anaknya. Walaupun anaknya ini sudah sangat gedhe, dan sudah punya anak. Empat malah. Beliau masih ingat kalau anaknya pulang, dibuatkan makanan kesukaan : ayam / bandeng presto buatan sendiri + sambelnya (hmm… yummy…). Kadang-kadang juga tempat pinjem duit kalau lagi butuh (he he he). Jadi berharap juga ingin kumpul bareng ibu di akherat kelak. Berbagi kasih sayang dengan beliau dan berkumpul dalam keadaan bahagia di yaumul akhir. Amien.

Sekarang pun bersama istri, yang perhatian dan sayang sama suaminya. Teman diskusi dan berbagi dikala susah, apalagi saat suka dan bahagia. Melihat wajahnya di saat tersenyum, kadang timbul tanda tanya : masihkah di akherat kelak kita bisa berkumpul bersama ? Harapannya, istri tercinta menjadi ratu sejagad di rumah yang ditempati di hari akhir kelak. Demikian juga dengan anak-anak. Mengingat tangis dan tawanya, kadang-kadang kita jengkel dan marah. Tapi sesungguhnya, semuanya memberi kita kesempatan untuk menjadi “the real parent”. Ah, betapa bersyukurnya atas kehidupan ini jika kita senantiasa bahagia dan bisa bersama terus.

Ketika kita mencoba mengartikan potongan ayat di atas secara awam, tentunya kita tidak akan berburuk sangka bahwa Alloh begitu tega memisahkan hamba-Nya dari orang terdekat dan keluarganya. Ini adalah pesan-Nya, yang dengan kasih sayang-Nya senantiasa mengingatkan agar setiap individu memperbaiki dirinya. Hingga mereka dapat mencapai kualitas yang patut disebut baik, dan patut mendapatkan limpahan rahmat-Nya berupa surga. Sesungguhnya Alloh mengingatkan agar setiap individu mewaspadai seluruh aktifitas ketika dalam kesendirian, karena nantinya semua amal perbuatan akan dipertanggung-jawabkan secara pribadi. “Sesungguhnya setiap diri akan dimintai pertanggung jawaban” (QS Al Mudatsir : 38). Dihadapan Alloh, akan dibentangkan seluruh amalan kita, baik yang buruk maupun yang baik. Alloh maha mengetahui dan melihat semua amalan yang dilakukan hambanya.

Alloh sangat tahu bahwa banyak faktor internal maupun eksternal, dengan daya tarik manis yang negatif, yang akan mempengaruhi kita. Biasanya di hadapan keluarga, istri dan anak-anak, kita tampil sebagai orang baik-baik. Sebagai anak yang berbakti, suami yang bertanggung jawab, dan sebagai ayah yang berdedikasi. Tetapi di luar pengetahuan mereka, mungkin dan sering kali kita mengingkari perintah Alloh, dan sering mendekati atau bahkan melakukan larangan-Nya. Naudzubillahi min dzalik. Bentuk pengingkaran ini banyak macamnya. Hati kecil setiap insan lah yang paling mengetahui tentang hal tersebut. Bagaimana tidak ? uang ada, waktu bisa dicari, dan kesempatan bisa dibuat.

Begitu banyaknya gesekan saat mencari penghidupan di dunia ini, membuat standard ideal hidup sesuai prinsip agama jadi jauh bergeser. Banyak pertanyaan sehingga kita ragu untuk menjawabnya : Sudahkah harta yang dicari merupakan harta yang halal ? Sudahkah proses mencarinya halal ? Sudahkah digunakan di jalan yang halal ? Intinya adalah, di zaman sekarang banyak sekali jalan yang dapat menjerumuskan manusia di dalam liang kehinaan dan kemaksiatan.

Kembali ke permasalahan awal, sudah tegakah kita berpisah dengan orang-orang tercinta di hari akhir ? Dengan orang tua, istri, anak-anak, dan karib kerabat ? Cobalah pandang wajah-wajah mereka ketika sedang berbicara dengannya. Rasakanlah dan renungkanlah kembali, bagaimana rasanya berpisah dengan semua yang dicintai. Katakanlah bukan kasus yang terburuk, dimana seluruh keluarga dikembalikan ke seburuk-buruknya tempat (baca : neraka, na’udzubillah min dzalika). Namun ada salah satu, atau sebagian dari mereka yang kembali kesana.

Misalkan saja, kita sebagai orang tua berada di tempat yang terbaik, karena mungkin ada salah satu amalan yang membuat Alloh ridho dengannya. Kemudian salah satu dari anak-anak, karena kekhilafannya atau karena lupa mengingatkannya, sehingga dia tergelincir ke jalan keburukan. Atau mungkin orang tua kita, yang belum sempat belajar ibadah dengan baik, karena sibuk menghidupi dan mengurusi anak-anaknya. Sehingga mereka menerima buku amalan dengan tangan kiri. Tegakah kita ?

Kuncinya adalah perbaikan semua individu keluarga, dimulai dari pribadi masing-masing. Karena Alloh sudah mengingatkan dalam kitab-Nya yang sempurna “Jagalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka, didalamnya ada penjaga / malaikat yang keras hukumnya. Para malaikat itu tidak pernah membangkang dan selalu melakukan apa yang diperintahkan Alloh padanya” (QS Attahrim : 6).

Dengan perbaikan kita selaku individu sekaligus pemimpin, akan mendorong perbaikan di seluruh keluarga. Bahkan manusia mulia sekelas Nabi Ibrahim, meminta dan berdoa kepada-Nya untuk kebaikan diri beliau dan semua keluarga dan keturunannya : “Ya Rabbku, jadikanlah kami orang-orang yang menegakkan sholat, dan juga anak keturunanku. Ya Rabbku kabulkanlah doa kami” (QS Ibrahim : 40). Insya Alloh, kalau masing-masing pribadi komitmen untuk senantiasa meningkatkan kualitas pribadi, maka harapan kita berkumpul bersama orang-orang tercinta bisa diwujudkan. Fastabiqul Khoirot.

Wallhua’alam bisshowab (Khoiru).

Tuesday, December 2, 2008

Khabar Anugrah ITC Kuningan

Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya Anugrah ITC Kuningan mo kita buka Januari aja. Kenapa ? Cause kalo dibuka tanggal 25 Desember, rugi euy.

Cause ternyata, service charge itu dibayar awal bulan dan per tgl 1. Dan service charge itu, kalo sewa dihitung sejak serah terima kunci. Sedangkan kalo beli dihitung 2 bulan sejak pelunasan DP. Atau 2 bulan sejak bayar lunas, kalo cash.

Jadi kalo aku buka tgl 25, aku kudu bayar service charge bulan Desember, yang nominalnya lumayan. Emang sih, ntar 25 Desember ada libur yang lumayan panjang. Mengingat toko baru, libur tsb memang sangat mungkin menambah lead dan percepatan toko dikenal. Tapi, dengan selisih biaya service charge yang kudu dibayar, yang kayaknya gak bakalan ketutup sama penjualan selama libur di ITC Kuningan, jadi ya terpaksa kita lebih memilih untuk memundurkan tanggal opening-nya.

Jadi mundur ke tanggal berapa nih ? Hmm... diusahakan tgl 1. Biar gak ketinggalan momen 'long weekend'. Dan tgl 1 khan jatuh hari Kamis. Jumat kecepit. Trus setelah itu Sabtu Minggu. Jadi semoga masih merupakan lucky day untuk buka toko.

Friday, November 28, 2008

Sumbang

Sebenernya malu mo nyeritain ini. Tapi buat diambil dan mengingatkan hikmahnya, gpp lah. Yach, bagian dari masa lalu yang (sebenarnya) cukup memalukan buat diceritain. Tapi, kali' aja ada yang mengalami hal yang sama, atau untuk pendidikan anak2 nya, jadi gak papa lah...

So, apa seh, yang segitunya memalukan...
Hmm... dulu pas SMP, khan ada pelajaran menyanyi tuch. Nah, hanya bermodal bahwa itu wajib, dan karena ngerasa lha wong nyanyinya di depan kelas, dan gurunya berdiri di belakang, ya kalo pelan gak kedengeran lah. Jadi aja aku nyanyi keras2. Dan apa yang terjadi ? Seisi kelas ketawa ngakak. Hiks hiks...
Dan lebih parah lagi, pas pelajaran berikutnya, gabung ke kelas sebelah. E... kelas sebelah padha nanya, yang nyanyinya 'lucu' banget itu siapa. Ternyata kelas sebelah juga sampai ketawa ngakak. Hiks... hiks... (Ada temen SMP ku yang baca blog ini gak ya ??)

Sejak saat itu, aku stop nyanyi. Makanya, yang temen SMA sama temen kuliah padha gak pernah denger aku nyanyi khan... Phobi euy. Dan parahnya, tanpa tahu kenapa seisi kelas jadi ketawa. OK, aku nyanyinya gak bener / lucu. Tapi dimana lucunya, aku gak pernah tahu. Dan karena gak tahu kesalahannya, jadi gak bisa benerin khan.

Trus inget juga, pas SD, ada ujian nyanyi. Kebetulan dapet lagu 'praon'. Temenku, 2 orang, yang dapet lagu yang sama, ngobrol. Rada sedih, karena dapet lagu praon. Tak tanya, kenapa. Jawabannya karena lagunya khan susah. Susahnya gimana, kejarku. Jawaban mereka, susah lah, karena nadanya pas tinggi, tinggi banget. Tapi juga ada nada yang rendah banget. Aku inget banget tanya jawab ini. Cause saat itu aku bingung, gak ngeh sama jawaban mereka. Jadi bebalnya terhadap lagu, memang udah dimulai sejak kecil. Hehehe... Ngeles dot com.

Nha, pas punya anak... gimana lagi. Mana ada anak yang gak di-nyanyi-in sama ortunya. Ya khan... Trus juga kebetulan suami punya suara rada lumayan. Dan Al sama Iv juga kursus piano klasik, yang salah satu pelajarannya dilatih agar peka sama nada. Dan juga termotivasi sama komentar ibu mertua pas kita ngelihat Al sama Iv lagi sekolah, dan gurunya mimpin nyanyi di depan, ibmer tahu2 bilang : guru itu gak boleh nyanyinya sumbang. Cause kalo sumbang, muridnya akan ikutan nyanyinya sumbang. Waduh...

Jadi kepikir. Kalo aku nyanyinya sumbang, trus aku nidurkan anakku pake lagu2 -- ataupun nasyid, otomatis yang masuk ke telinga mereka pertama kali adalah nada yang sumbang khan. Pas bayi khan jelas aja tidurnya sama aku. Udah gedhe-an dikit, tetep aja tidur sama aku, ya khan... Palingan pas ke kantor aja, bukan aku yang nidurkan. Jadi total waktu mereka 'belajar' nada sumbang dari aku bisa cukup banyak. Walah !! berbahaya nih !

Mulailah termotivasi untuk belajar. Waktu itu masih blank. Bahkan sampai gimana sih, nada yang sumbang itu, juga blank. Mulai belajarnya pas mudik pake mobil, kalo anak2 tidur, dan suami mulai nyetirnya terkantuk2, terpaksa khan kita nyanyi, supaya gak ngantuk. Mulai dech, aku nyanyi. Dan karena memang buat ngusir ngantuk, jadi terpaksa juga nyanyinya keras. Kalo pelan2 khan malah bikin ngantuk.

Pas nyanyi itu, cause sepi, jadi didengerin sendiri juga. Kalo suami mulai nyengir... warning nich... kutanya, ada yang salah ya ? Trus suami ngajarin, gini lho, nada yang bener. Trus tak ulangi. Trus tak tanya lagi, masih salah ya ? Gitu terus, sampai udah pas.

Akhirnya proses belajar nyayi itu sering kita ulang. Seringnya sih emang pas di mobil. Dan Alhamdulillah, kayaknya sekarang udah gak begitu sumbang lagi dech. Minimal kalo aku nyanyinya gak pas, aku bisa tahu sendiri. Lho... kok gak pas. Jadi kupingnya sudah lebih sensitif.

Dan ternyata, kata suami, dulu pas kecil khan suka baca Qur'an pake nada, dan bacanya keras2. Padahal nadanya kemana2. Kakak dan adeknya juga udah padha protes. Tapi ibunya bilang gak papa, bagus, lanjut aja. Jadi suami rada pede buat ngelanjutin latihan. Dan hasilnya, sekarang ganti2 langgam buat tilawah, suamiku bisa2 aja. Jadi dorongan itu penting, buat nambah motivasi.

Trus, tahu kesalahan juga penting. Kayak aku dulu, aku tahu nyanyiku lucu. Tapi lucunya dimana, gak pernah tahu. Cuman kepikir, mestinya sih sumbang. Tapi sumbangnya dimana dan gimana, gak pernah tahu. Baru ngeh pas dikasih tahu suami. Jadi ke anak2, dan juga ke mbak dan ke karyawan, aku nerapin kalo mereka salah, kudu tahu kesalahannya. Itu lebih penting daripada kita ngasih hukuman tanpa mereka tahu kesalahan. Kalo tahu kesalahannya, tanpa kita hukum pun, mereka tahu mana yang kudu diperbaiki. Tapi kalo dihukum tanpa tahu kesalahan, mereka malah bingung, kenapa kok dihukum... dan terus phobi, like me in the past :-(

Hope will not happened to our child ya...

Wednesday, November 26, 2008

Personality Plus


Udah padha tahu Personality Plus khan ? Kayaknya udah banyak yang tahu ya. Tapi sebenernya, pertanyaan yang lebih tepat adalah : udah pada baca bukunya belum ? hehehe... soale tahu itu, bisa jadi tahu bungkusnya doank. Garis besarnya doank. Karena mungkin pernah denger, pernah dikasih tahu, dll. Tapi kalo pernah baca bukunya, nha... itu baru... :-)

Aku barusan selesai baca bukunya. Meskipun telat, tapi lumayan lah. Daripada sebelumnya yang cuman tahu luarnya doank. Denger sana denger sini. Dan juga udah ngerjain tes nya. Ternyata... personality nya daku termasuk pleghmatis - koleris.

Padahal di buku itu, pleghmatis - koleris bukan campuran alami. Tapi hasil bentukan. Pleghmatis koleris bisa karena koleris yang berusaha berprofil rendah, atau seorang pleghmatis yang benar benar termotivasi. Udah, keterangannya stop sampai situ doank. Padahal kalau campuran alami, keterangannya panjang lebar. Jadi ya... terpaksa narik kesimpulan sendiri lah, walopun tetep dengan panduan buku itu.

Jadi... kalau menurutku nich, aslinya aku pleghmatis. Trus... ya gimana lagi, wong punya anak 4, trus juga masih kerja. Terpaksa lah belajar organize waktu, organize mbak yang bantuin di rumah, organize pikiran supaya cukup buat semuanya. Jadi mulai lah muncul koleris. Trus malah mulai bikin toko. Punya karyawan. Kudu bikin system. Jadi ya makin nambah aja kolerisnya. Untungnya pleghmatisnya gak ilang.

Nah, kalo dari penjelasan koleris sama pleghmatis di buku, Alhamdulillah, kayaknya kekurangan pleghmatisku ketutup sama koleris. Sedangkan kekurangannya koleris ketutup sama pleghmatis. Jadi pas di kantor, sebagai bawahan yang baik (ehm ehm), biasanya pleghmatis ku yang muncul. Jadi anak buah yang baik. Damai. Pilih menghindar dari keributan. Pusing kalo denger orang mulai rame menang menangan (hehehe...).

Pas di rumah, sama anak2, sama suami, pleghmatis masih dominan. Kemana mereka mau, ayook aja. Pengen makan apa, ayook... Pengen jalan kemana, ayoo aja lah.

Nha, pas ketemu karyawan, atau para mbak yang bantuin di rumah, hmm... Biasanya sich tetep plehmatis dulu. Cuman kadang2 khan pelghmatis gak mempan tuch. Jadi mulai dech, muncul kolerisnya. Apalagi kalo udah mulai bikin system.

Trus musti nganalisa penjualan dan laba toko. Yach... mana bisa pleghmatis lagi. Juga gak koleris khan. Jadi mulailah muncul melankolis sempurna, buat ngumpulin dan ngolah data. Buat melototin grafik2. Tapi dari hasil tes, melankolisnya cuman dikiiit...

Paling dikit, malah hampir gak ada, sanguinis populer. Yach... ngerasa sih. Kalo ada ajang tampil, pengennya malah ngumpet aja di belakang layar. Gimana mo jadi sanguinis...


Tapi... berkaca dari personality plus daku itu, hikmah pertama yang bisa tak ambil adalah : personality itu anugrah yang diberikan Allah pas lahir. Dengan bertambahnya umur, personality bisa kita olah juga agar lebih 'sesuai'. Lebih memenuhi syarat sebagai khalifah fil ardh. Sehingga personality menjadi tidak tepat lagi seperti pada saat kita lahir, atau pada saat bayi. Cause pada saat ngisi tes, dan kebingungan milih yang mana, disitu disarankan untuk mengingat bagaimana kita pada saat masih kecil. Padahal personality kita sekarang belum tentu masih sama dengan personality pada saat masih kecil. Tapi sebagai tambahan acuan aja gpp sich...

Hikmah kedua, dengan mengolah personality itu, mengurangi kelemahan dan menambahkan personality yang lain, akan membuat kita lebih mendekati personality yang 'diharapkan' dan 'menyenangkan'. Terutama menyenangkan untuk orang lain. Karena sebenarnya setiap kelebihan personality itu diperlukan, dan setiap kelemahan dari masing2 personality itu sebaiknya (kalo gak mau dibilang kudu) dikurangi. For example, in my case, kekurangan pleghmatis ketutup sama koleris (soale kalo tak baca kekurangan pleghmatis yang di buku, kayaknya aku nggak banget dech, hehehe, maunya...). Sedangkan kekurangan koleris alhamdulillah gak muncul, cause khan koleris juga baru dimunculkan.

Tadinya kukira sanguinis gak dibutuhkan dalam hidup. Bayangin aja, suka nggede-nggedein masalah. Gak teratur. Tapi... baru ngeh pas ngobrol sama temen ngaji. Untuk ngisi kajian, sangat dibutuhkan kelebihan dari sanguinis. Pinter merangkai kata. Ekspresif. Memukau pendengar. Dan tentu saja, kelemahannya diminimalisir. Nah lho...

Lanjut lagi... kalo Nabi Muhammad... sebagai pribadi yang sempurna, terjaga dari kesalahan, mungkin campuran dari semuanya ya... Jadi semua kelebihan dari semua personality tadi ada di blio. Dan semua kekurangan dari semua personality itu dihilangkan dengan kelebihan personality lainnya. Jadi inilah yang seharusnya kita coba bentuk. Memunculkan semua kelebihan dari setiap personality, dan meminimalkan kekurangan dari personality kita. Itu IMHO lho ya...

Tuesday, November 25, 2008

Kloning Anugrah (lagi...)

Pengumuman, insya Allah Anugrah akan buka di ITC Kuningan lt 4 blok C13/6 dan C6/7 mulai tanggal 26 Desember 2008 nanti.

Kenapa di lt 4 ? Hmm... ternyata lantai itu yang paling 'make sense' buat kita. Sebenernya ada beberapa toko baju muslim yang ngumpul di Lt 1. Dan disitulah lokasi ideal buat buka kios Anugrah lagi. Tapi di sekitar situ sudah gak ada lagi kios yang kosong. Ada beberapa yang kosong di Lt 2 dan 3. Tapi... gak tahu kenapa, situasinya kita gak gitu suka. Gak sreg.

Akhirnya naik lagi ke Lt 4. Disana udah ada mbak Doris dengan Zoya, pak Anto dengan kidzwear nya, juga ada agen permata. Jadi untuk ukuran toko busana muslim, sudah lumayan ngumpul lah. Jadinya kita sreg dan ambil 2 kios disini. Satu di tusuk sate, dan satu lagi di depannya, hook. Depan-depanan.

Nah, kenapa 2 kios ? Hehehe... pengennya sih satu aja. Kita sreg banget sama posisi kios yang C13/6 cause tusuk sate. Kalo ada yang dateng dari food court-nya Ambassador, terus nengok kanan, keliatan dech. Tapi... ternyata kiosnya kecil mungil. Lebar muka lumayan sih, 3m. Tapi dalemnya cuman 1,5 m. Keciiilll khan.... Kita timbang2, kayaknya cuman cukup buat display. Dan gak bakalan cukup buat rak. Jadi kudu dipartner sama kios satu lagi.

Tadinya ngincer sebelah sebelahnya buat tempat raknya. Tapi setelah melototin denah Lt 4, kita jadi lebih tertarik sama yang di depannya, C6/7, hook. Apalagi luas kios juga pas. Kurang lebih sama lah, dengan kios kita di ITC Depok. Cause kalo terlalu luas, gak bagus juga, karena service charge jadi ngelambung. Hiii...

Dan kenapa tanggal 26 ? Yach... technical aja, tgl 25 sd tgl 1 Januari itu libur panjang buat karyawan. Nah, saat yang tepat buat mulai buka toko khan ? Jadi tgl 25 nya kita lembur pasang rak, tgl 26 insya Allah sudah bisa buka.

Fotonya ? belum sempet euy... Maap... Sementara pake foto yang dari ITC Depok lah. Kayaknya tampilan yang di ITC Kuningan gak bakalan jauh dari situ juga kok.

Khadimat Oh khadimat...

Siapa yang gak pernah punya problem sama servant, angkat tangan !! Ada berapa orang ya ? :-)

Hiks... in my mind, kayaknya gak bakalan ada yang angkat tangan dech. Kalo gak pernah punya problem sama servant karena gak pernah punya, ya iyalah... Itu komunitas di luar yang ditanya, hehehe...

Setelah sekian lama hidup tenang dengan BS yang mumpuni, mulailah kehidupan dengan servant dan BS yang belum pas. Setahun kemaren dapet lagi sih, BS yang mumpuni. Asli, pinter banget. Dan tanggung jawab banget. Agama juga ok. Nah... BS ini udah punya suami sama anak. Suaminya gak masalah. Tapi pas pulang lebaran, anaknya yang problem. Tepatnya, problem buat kita.

Sebenernya kalo mo jujur, BS ini malah ambil yang terbaik buat dia dan keluarganya. Tapi ya itulah... terbaiknya mereka itu jadi problem buat kita.

Critanya gini. Pas lebaran, BS ini udah bilang mo di rumah hampir 2 bulan, cause ibunya udah tua dan anaknya kemungkinan besar masih pengen ditungguin. OK lah, kita tunggu. Jadi aku ambil cuti lebaran sepekan, masuk sepekan, trus ambil lagi cuti besar. Dihitung hitung pas lah, sama jatah BS itu bisa masuk lagi.

Trus pas masuk sepekan setelah lebaran, BS ini bawa temen. Katanya khawatir kalo ternyata dia gak bisa balik lagi setelah aku cubes. Jadi dia bawa serep buat gantiin. Hmm...

Udah mulai jalan tuch. Pas cubes aku juga sempet masuk kantor hampir setengah dari jatah cubesku. Tapiiii.... yach, gantinya ini masih anak2. Gak anak2 banget sih, udah 18-an lah. Tapi ya tetep aja, kalo dibandingin sama BS itu, ya kalah lah. Meskipun sebenernya dia udah bagus juga. Tapi untuk anak2, kalo ada yang lebih baik, kenapa enggak... Ya khan...

Akhirnya BS itu kita telpon. Katanya ok, udah bisa kerja lagi. Tanggal sekian mo dateng. E... gak dateng. Kita telpon lagi. Katanya anaknya belum bisa ditinggal. Diusahakan besok. Ya udah, kita tunggu lagi. Trus gak muncul lagi, jadi ya kita telpon lagi. Dia bilang, mo berangkat malemnya, tapi anaknya mau ikut. Ntar 2 atau 3 hari anaknya pulang dianter bapaknya. Hmmm... ok lah.
Jadi muncullah BS ku ini sama anaknya di rumah. Kebetulan anaknya perempuan juga, dan seumuran sama anak2. Jadi cocok aja mereka maen bareng. Nah, saat anaknya harus pulang, BS ku anter sampai stasiun. Eee... anaknya jerit2 gak mau naek kereta. Akhirnya dia ngalah lagi, BS ku yang anter anaknya pulang kampung.
Nah, sampai kampung, janjinya malem berangkat. Jadi pagi ini sudah sampai rumahku. But... anaknya demam. Ngigau, ibunya gak boleh berangkat kerja. Hiks... hiks...
Tega gak tega... Aku sendiri mo maksain, juga gak tega... Kebayang lah, gimana jadi ibu kalo anaknya gitu. Mo gak ditunggu, hmm... males euy, adaptasi sama yang baru. Dan kalo yang baru, belum tentu performance nya bisa lebih bagus dari serepnya BS ku tadi. Kalo gak lebih bagus, trus ngapain dia di-import ke rumah. Ya khan...
Soale serepnya BS ku tadi sebenernya sudah sangat lumayan. Cuman dia gak pede buat ngurus anak2. Bawaannya takut, khawatir. Apalagi sama si Uthi. Karena dia takut, jadinya Uthi tambah aja, gak mau nurut sama dia. Jadi gak bagus buat Uthi khan...
Yach... semoga dikasih yang terbaik lah. Baik buat aku, baik buat anak2, baik buat BS ku, baik buat anak2 BS ku, baik buat semuanya. Amien.

Monday, November 10, 2008

Prestasi

Al, Iv, sama Mut sekarang punya lembar prestasi. Di-adopt dari metode sederhana di sekolahnya, untuk mencatat jumlah bintang tiap siswa. Sederhana, tapi ternyata mengena, dan efektif banget.

Sebelum2 nya, kita sudah sering nerapin reward and punishment ini. Sering rewardnya sih, sementara kalo punishmentnya jarang banget dikasih. Palingan kalo sama abinya aja, baru tega ngasih punishment. Nah, kalo jatah reward, mereka khan suruh setor prestasi. Tapi karena gak kecatet, sering tuch mereka bilang... prestasiku yang ini mi, belum dikasih hadiah. Sementara kita ngerasa udah gak punya utang. Tapi juga ragu2, sebenernya udah belum ya, mengingat memang satu reward syaratnya bisa beberapa.

Jadinya serba salah. Mo dikasih, kayaknya dulu udah. Ntar gak ada prestasi baru donk. Rewardnya dari prestasi yang lama terus. Tapi mo gak dikasih, kita khawatir juga kalo gak pegang janji. Ntar kalo anak2 jadi gak percaya gimana, khan jadi repot...

Akhirnya inget sama selembar karton yang pernah tak lihat nempel di kelas anak2. Isinya stempel bintang untuk yang makannya dihabiskan, dll. Hmm... bisa diadopt nih...

Trus mulai dech, muter2 nyari stempel bintang. Wah, ternyata gak ada yang udah jadi. Kudu pesen di tukang stempel. Yang biasa satunya 35 ribu. Mahal amat yaks...

Kebetulan lagi bongkar bongkar rumah. Dan nemu 2 stempel bentuk dinosaurus dan ikan lumba2. Kebetulan lagi ada karton selembar yang nganggur. Alhamdulillah. Langsung aja tak tempel di kamar anak2 (psst... misah kamarnya udah berhasil lho. 3 hari ini mereka berempat satu kamar, dan ortunya dikamar yang lain). Trus malemnya mereka bagi2 sendiri ke 3 'kapling'. Ditulisin sendiri pake nama masing2.

Nah, mulai besoknya, setiap ada prestasi, mereka diijinkan untuk nyetempel ke kaplingnya. Tentu saja tetap dengan sepengetahuan kita. Trus kalo mereka mo ambil reward, tinggal dilihat, rewardnya itu setara dengan berapa stempel. Nah, sekian stempel itu dicoret. Trus rencananya ntar akhir bulan, semua perolehan prestasi dihitung, meskipun sudah dicoret juga. Yang paling banyak prestasi nya, akan dapat hadiah bonus.

Ternyata, ada keuntungan lebih dengan sistem ini, selain jadi tercatat rewardnya itu tadi. Jadi kalo kita beli oleh2, atau mainan, atau hadiah, atau sekedar pensil dan penghapus, anak2 tinggal dikasih tahu, ini umi ada reward ini, bisa diambil kalo setor sekian prestasi. Ntar kalo mereka sudah mencapai berapa prestasi, mereka lapor, trus milih reward yang diambil yang mana. Jadi semuanya gak 'gratis', tapi 'dibayar' dengan prestasi mereka.

Untuk Al sama Iv, rewardnya makan pake sayur yang banyak. Tiap makan sayur banyak, dapat 1 prestasi. Juga kalo nyenengin umi sama abinya -- nah, ini rada relatif. Tapi meng-adopt bahwa hamba Allah itu masuk surga kalo dirahmati sama Allah, jadi mirip khan... Juga kalo tes bloknya minimal 95. Tiap nilai tes blok di atas 95, dapat 1 prestasi. Untuk Iv ditambah, kalo lulus ujian piano, dapat 5 prestasi. Trus kalo ranking 1 paralel, 5 prestasi. Ranking 1 kelas, 3 prestasi. Untuk Al, ranking 1 di kelas dapat 5 prestasi.

Untuk Mut, masih ke pembentukan kebiasaan. Jadi kalo dia mo ke sekolahnya pinter (sholat shubuh, makan, mandi, pake seragam nya gampang) dapat 1 prestasi. Trus kalo tidur siangnya pinter (pulang sekolah, lunch, take a nap), 1 prestasi. Trus kalo ngajinya pinter (bangun tidur, mandi, makan, ngaji di masjid), 1 prestasi.

Sejauh ini, Al dan Iv sudah dapat reward jam tangan gelang dan pensil mekanik. Sedangkan Mut baru jam tangan gelang. Alhamdulillah, anak2 semangat banget untuk bikin prestasi, menyetempel, trus nyoret stempel dan mengambil rewardnya. Semoga gak sesaat ya...

Friday, November 7, 2008

Akhirnya, beli juga selimut Jepang

Ya, akhirnya aku beli juga selimut Jepang. Setelah sekian lama penasaran, seperti apa sih selimut Jepang made in 'Samurai' Indonesia ini. Akhirnya beli juga di http://valuecorner.blogspot.com/, dan gak tanggung tanggung, 4 selimut anak + 1 shiki pad.

Dan kemarin barangnya datang. Alhamdulillah, ternyata memang lembuuutt... banget. Persis bayangan saya, kayak megang boneka. Juga shiki pad nya. Anak2 langsung seneng, dan malah minta dipercepat misah kamarnya. Ya jelas aja, karena mereka boleh pake selimutnya kalo sudah di kamar sendiri, gak bareng ortunya lagi.

Kalau dibandingkan dengan selimut dari pasar Seng, yang kalau tak lihat tulisannya made in Korea, lembutnya sama sih. Sama sama enak di tangan dan kaki. Cuman kalo yang dari pasar seng itu berat, dan tebel. Nah, kalo selimut Jepang ini lebih ringan, dan tipis, tentu saja. Kelebihannya, ya jadi gak berat diangkat. Jadi mudah dilipetnya. Cause kalo selimut yang dari pasar seng itu, aduuuhhh... berat banget. Cuman gak tahu dech, kalo dipake. Soale kalo yang selimut pasar seng, karena beratnya, jadinya nemplok di badan. Enak. Kayak megangin boneka. Nah, yang selimut jepang ini khan lebih ringan, tapi ya apa iya, gak jatuh, gak nempel di badan... Kita belum bisa ngomong, soale belum dipake selimutnya, hehehe...

Trus shiki padnya... bagus juga. Atasnya lembut juga kayak selimut, kayak boneka. Tipis, bisa dicuci, tapi lebih tebel sedikit dari selimut. Cuman... bukannya pas konfirmasi, katanya bawahnya kayak terpal ? Jadi bisa nahan ompol ? Soale yang ini enggak, lebih mirip kayak lapisan bawahnya bed cover. Kecuali kalo lapisan plastik / terpalnya ada di dalam, ya gak keliatan khan...

Monday, November 3, 2008

Kasur

Al sama Iv sebenernya udah lama kita pisah kamar. Tapi setelah pindah rumah, kamar buat mereka gak gitu deket sama kamar kita. Jadinya mereka suka males tidur di kamarnya. Ujung-ujungnya, kita ber-6 sekamar dech.

Nah, karena We udah gak minum ASI, kita jadi mulai mikir untuk misah lagi kamar anak2. Cause sampai saat ini semua anakku satu jenis kelamin, jadinya bisalah disatuin dalam 1 kamar. Ngobrol2, akhirnya deal kamar kita yang mo direlain jadi kamar anak2. Dan aku sama suami ngungsi ke kamar mereka, sambil nunggu ada dana buat perluasan kamarnya.

Trus jadi mulai mikir kasurnya. Soale pas sekamar ini, bapaknya sama Al dan Iv tidurnya di karpet. Gak pake kasur. Sementara kasurnya nganggur di kamar anak2. Tapi jumlahnya juga gak mencukupi untuk 4 anak. Jadinya kita searching kasur lagi.

Kata suami, kasur kita aja yang diganti. Anak2 pake kasur kita. Ok lah. Jadi search kasur buat kita. Suami pengen latex. Liat di internet. Ketemu 2 situs yang cukup besar : http://select.co.id/ dan http://www.chandrakarya.com/. Trus kita sedikit bandingin harganya. Dan nama besar tokonya. Kita telpon. Akhirnya hari minggu, meluncurlah kita ke Jl Pramuka, tempat toko Chandra Karya.

Lihat lihat disana. Bingung juga milihnya. Ada begitu banyak tipe kasur. Dari yang natural latex, sampai yang busa biasa. Dari yang harga puluhan juta, sampai harga yang cukup terjangkau. Dan ternyata... ada dari dunlopillo, type spencer, latex rebound. Jadi full latex, tapi daur ulang. Kurang lebih begitulah. Kata brosurnya sih, dibuat supaya harga terjangkau, tapi tidak mengurangi kenyamanan. Ada capnya best buy. Tahu gak sih, sementara yang full latex yang lain harganya bener bener aduhai... Berkisar belasan juta, bahkan puluhan... Yang ini bisa jauh di bawahnya. Dan tetep full latex. Yach... tutup kuping dululah, sama kata reboundnya, hehehe...
Trus, kalo kasur yang lain, sering ada diskon even gitu. Si spencer ini suka ketinggalan, gak diikutkan kalo ada diskon even. Misalnya aja diskon agustusan, trus diskon lebaran, diskon tahun baru, dia gak kebawa terus. Trus lagi, kasur yang lain juga sering ada bonus bantal atau gulingnya. Si spencer juga gak ada bonusnya samsek. Asli, cuman matrasnya doank. Sementara kalo kasur yang lain, even dunlopillo juga, pada bonus 2 bantal. Malah ada yang 2 bantal dan 2 guling. Kalo buat aku, itu means dia bener2 sudah best buy, harga sudah mepet banget.
Nah, hari ini kita search di googgle. Ternyata ada situs dunlopillo : http://www.dunlopillo.co.id/. Ada notelnya. Ya udah, kita telpon, 3858626. Harga disana ternyata sama aja dengan Chandra Karya. Sama2 free ongkir juga. Legaa... Hehehe... khan cek harga is a must :-)

So... kalo ada yang butuh kasur kayak kita, coba dech kasur dunlopillo yang spencer itu. Trus, kalau ada yang tahu yang bisa lebih murah lagi, please infonya ya... :-)

Note. Notel Chandra Karya : 021-4205550, 021-4205252

Tuesday, October 28, 2008

Krisis Ekonomi kali ini

Kali ini mo sharing tentang pengaruh krisis Ekonomi global, baik sebagai pribadi maupun as owner Anugrah.

Secara global, Alhamdulillah, gak punya utang di bank konvensional. Dan Alhamdulillah lagi, kita udah ambil KPR di bank syariah, jadi masih kena bagi hasil yang relatif gak sebesar sekarang. Baru jalan 1 tahun sih, masih ada 9 tahun lagi, hehehe... Alhamdulillahnya bagi hasilnya fix, gak berubah selama 10 tahun itu. Jadi lumayan tenang lah...

Trus trus... tadinya pengen buka 1 toko lagi di mall. Tapi... baca baca blog yang cuplikannya dikirim ke milis... kok katanya jangan investasi dulu. Mending siapkan dana cash secukupnya. Trus simpen di tabungan bank secukupnya. Trus deposito di bank pemerintah secukupnya. Trus, kalo masih ada, simpen di emas. Sambil nunggu rada 'tenang'. Dan jadi jelas kemana arah ekomoni berjalan. Gitu sarannya.

Kebetulan lagi, bank juga lagi seret ngeluarin utang. Padahal dana kita gak cukup buat buka lagi, kalo tanpa dukungan bank. Kalo nekat, dan kalopun disetujuin sama bank, kita juga khawatir dengan pembayarannya dan operasional tokonya. Khan bagi hasilnya mestinya jadi naik juga. Padahal toko masih baru, masih menebak nebak kemana arahnya minat pembeli disitu. Jadi penjualan juga mungkin belum gemuk. Jadi intinya, masih khawatir lah...

Apalagi, kita juga belum tahu efek krismon kali ini terhadap penjualan Anugrah ITC Depok. Kalau lihat sebelumnya sih, pas BBM naik, lumayan berpengaruh terhadap penjualan. Tapi untung penjualan yang turun drastis hanya satu bulan. Maybe karena memang orang Indonesia pelupa ya. Jadi cepet lupa sama kenaikan BBM. Nah, kalo terhadap krismon ini, kita pengen lihat dulu, seberapa pengaruhnya ke penjualan Anugrah di ITC Depok.

Jadinya discuss sama suami. Dan deal, keinginan pelebaran Anugrah di-pending dulu. Yach... sampai rada 'aman' lah.

Trus juga, dengan kenaikan bunga bank, ada kemungkinan muncul kredit2 macet. Kali' aja ada kredit pembelian kios di mall yang macet. Trus kios itu jadi dilelang harga miring. Nah... lumayan khan. Tapi... darimana ya, dapet informasi kayak gitu ? Dari pengelola mall ? Dari bank ? Hmm... menarik juga ya...

Thursday, October 16, 2008

Anugrah di Ramadhan 2008

Sekarang saatnya posting ke blog tentang Anugrah pas Ramadhan kemaren. Alhamdulillah, dengan kesibukan dan seabreg aktivitas lain, dan dengan 'sedikit' kemalasan, akhirnya selesai juga urusan pencatatan Anugrah untuk penjualan selama Ramadhan. Ada yang nunggu kah ? Hehehe... Ge eR ! :-)

Yach... sebenarnya bukan sedikit kemalasan sih, tapi udah jadi malas banget, cause sekarang bisa karyawan yang masukin datanya. Jadinya rada males masukin data sendiri. Walhasil, data2 baru bisa muncul setelah karyawan selesai masukin data. Dan apesnya, karyawan yang bertugas baru masuk hari senin. Trus selasa banyak tugas nimbun di kantor setelah ditinggal cuti sepekan. Jadi ujung2 nya, baru hari rabu bisa update dikit2. Dan hari ini siap diposting.

Hmm... secara total, Anugrah Alhamdulillah, mengalami kenaikan drastis dari tahun kemarin. Penjualan harian tertinggi dicapai tanggal 20 September 2008, pas 2 orang dari 4 karyawan sudah beberapa hari jatuh sakit. Alhamdulillah tepat pagi harinya, berhasil didapat 2 orang karyawan dadakan. Dengan 2 karyawan utama dan 2 karyawan dadakan, alhamdulillah, omset harian tembus hampir 2x dari angka tertinggi tahun2 sebelumnya.

Dari omset pekanan, untuk tahun 2006, tertinggi dicapai di pekan ke-3 Ramadhan. Tahun 2007 di pekan ke-2. Sedangkan tahun 2008 di pekan terakhir. Jadi masih belum bisa diambil kesimpulan nih, pekan keberapa biasanya peak-nya pas Ramadhan. Tapi yang jelas menunjukkan hal yang sama, pekan terakhir syaban grafik sudah naik, dan kemudian turun sedikit di pekan pertama Ramadhan. Mungkin pekan pertama rata2 masih padha adaptasi dengan Ramadhan. Disamping adaptasi dengan fisik yang lemes, juga mungkin masih padha rajin ke majid, hehehe...

Trus untuk tahun 2006, rata2 gross profit pekanan selama 5 pekan menjelang lebaran, dibandingkan pekan-pekan lainnya, menunjukkan peningkatan 5,12 kali lipat. Untuk tahun 2007angkanya menjadi 5,71 kali lipat. Sedangkan tahun 2008 menjadi 6,23 kali lipat. Alhamdulillah.

Trus, kalau dari sisi omset setahun, sampai september 2008, mencapai 1,77 kali lipat dari omset selama tahun 2007. Masih kurang sekitar beberapa belas juta lagi untuk mencapai 2 kalinya. Dan masih ada 3 bulan lagi untuk mencapainya. Insya Allah tercapai. TDA... I'm go double !! :-)

Trus... trus trus aja. Udah ah, itu dulu.

Berhubung sekarang networknya sudah mendukung buat insert gambar, ini tak attach-kan chart profit Anugrah bulanan. Horisontal menandai bulan. Warna chart menandai tahun. Dan vertikal adalah profitnya. Cuman angkanya memang sengaja 'diputihkan'. Gpp ya... :-)

Tuesday, October 14, 2008

Akhirnya, dek Widad disapih...


Ya, pas lebaran ini, kita berhasil menyapih dek Widad, di usianya yang ke 2 th kurang 4 hari. Pas mo libur lebaran, memang sudah sempet beberapa kali discuss sama suami, kapan nich mo nyapih. Cause sebelum-sebelumnya, kalo nyapih, babynya selalu dipegang penuh sama bapaknya. Jadi gak deket deket aku dulu, sampai babynya mau minum yang lain. Jadi perlu sepakat dulu donk, sama suami, kapan siap mulai nyapih dek Widad.

Trus pas mudik ke Semarang, ngobrol sama mertua. Masuklah ke topik sapih menyapih. Trus mertua cerita, kalo suami disapih sendiri sama ibu mertua. Lho... emangnya bisa, nyapih sendiri ? Bisa, kata ibmer.

Karena mo perjalanan balik ke depok, jadi kita beli banyak susu kotak. Trus selama di mobil, dari Semarang sampai sekitar Brebes, Widad kebawa sama kakaknya, minumnya susu UHT ini. Jadi kepikir, gimana nich, kalo disapih aja sekalian. Mumpung udah setengah hari sama aku dia udah bertahan bisa gak minum. Trus suami nanyain, lha gimana kalo nangis, khan suami lagi nyetir. Kubilang, kata mertua bisa kok, nyapih sendiri. Trus OK, suami setuju. Jadilah Widad mulai disapih hari Kamis, 8 Oktober, di perjalanan Semarang - Depok.

Pas di Cirebon, berhenti makan di pesona laut, trus main pantai sebentar. Gak nyangka, Widad excited banget sama pantai. Sampai dipegangin juga gak mau. Trus duduk di pasirnya. Padahal pantai di pesona laut itu gak bagus. Kotor lagi. Tapi kotor karena manusia. Jadi kotornya karena bekas susu, bekas makanan, dll. Bukan kotor asli dari laut. Jadi masih lumayan lah. Tetep laut gitu loh.

Nah, habis main laut khan capek. Jadinya Widad langsung minum UHT, kayak kakaknya, trus tidur pulas. Sampai depok, khan mo dipindahin ke kamar, udah khawatir aja tuch. Jangan2 bangun trus minta ASI. Alhamdulillah, ternyata tetep tidur pules.

Besoknya... kehebohan dimulai. Widad nangis2 minta ASI. Aduh.... kesihan dech, dengernya. Tapi mo gimana. Kalo dikasih, trus mo disapih kapan lagi. Padahal khan di Al Quran juga disebut, 2 tahun atau kurang dari itu. Jadi ditega-tegain dech.

Sampai Widad guling2 di lantai. Yach... tipe nangis dia emang gitu sih. Aku tungguin aja. Kalo volumenya udah agak kurang, kutanya, ded Widad mau disayang umi ? Sini, disayang sama umi. Minum susu atau teh ? Biasanya sich dia mau, trus minta pangku dan minum susu UHT.

Alhamdulillah, hari ini, udah gak serame sebelumnya. Masih nangis sih, tapi udah gak seheboh sebelumnya. Dan juga gak menyisakan perilaku yang 'aneh'2.

Dan sebagai rewardnya... ntar Sabtu, insya Allah, Widad mo diajak ke Anyer. Sekalian juga reward untuk kak Uthi karena sukses puasa sebulan. Dan reward kak Iva yang sudah tilawah 40halaman selama Ramadhan. Juga reward untuk kak Alya yang sudah tilawah 10 juz selama Ramadhan.

Friday, September 26, 2008

The sick team


Hiks... please being 'teliti'. Bukan the six team, tapi the sick team. Yach... teamku ambruk di pekan ke-3 Ramadhan....

Ramadhan ini sebenarnya udah nambah 1 orang lagi dari ramadhan tahun kemaren. Jadi total karyawan sementaranya ada 2 orang. Plus karyawan tetap, jadi yang jaga toko total ada 4 orang. Untuk ukuran toko kami yang 2,5 x 2m, 4 orang rasanya lebih dari cukup. Sudah berjubel, bahkan sebelum ada pembeli, hehehe... Bahkan karyawan tetapku juga sampai komentar : apa gak kebanyakan mi, lha wong sekarang aja dengan 3 orang sudah berasa penuh. Tapi trus kuyakinkan, kita coba dululah. Buat bantuin Dede sama Mul, biar gak terlalu capek.


Trus Alhamdulillah, yang dulu penjualan di sabtu minggu ada angka mentok di sekian juta, ternyata sudah dapat terlewati di akhir pekan pertama Ramadhan. Pekan kedua, tembus lagi melebihi omset pekan pertama, bahkan dua kali dari angka mentok tahun sebelumnya. Dan hari berikutnya, Septi, karyawan temporer sejak Syaban, terkena cacar air. Selang 2 hari, Rahma, karyawan temporer yang kedua, terkapar juga, flu parah. Pontang panting cari ganti. Alhamdulillah, jumat sudah masuk karyawan temporer yang dikontrak selama seminggu. Sabtu minggu Iis, karyawan toko di GTA, dikaryakan juga ke ITC. Sementara GTA biarin tutup dulu lah.

Trus selasa, Septi dan Rahma sudah masuk. Dan Dede pamit, ambruk juga. Rabunya, Rahma ijin lagi, cause belum sembuh bener. Dan kamis ini, Rahma belum masuk, dan Mulyono kita suruh pulang, istirahat, mengingat flu nya juga udah lumayan. Untunya Dede udah bisa masuk.

Jadi di pekan ke-3 ini, semua team kita padha ambruk. Sakit. Hiks... jadi sedih... Jadi berasa seperti mem-forsir mereka gitu lho. Padahal berharapnya enggak. Cause tahun2 sebelumnya gak pernah sampai padha ambruk gini. Tapi memang omset tahun2 sebelumnya gak pernah setinggi ini juga sih...

Jadi kudu ada strategi baru untuk manage SDM pas ramadhan. Insya Allah udah ketemu sih, cuman ya baru tahun depan lah, bisa diaplikasikan.

Monday, September 22, 2008

Kemajon

Kemajon memang bahasa Jawa. Artinya apa ya... Terlalu berani kali' ya... Atau... gak tahu lah. Pokoke kata yang pas yang langsung nempel di kepalaku adalah kemajon. Dan segala sesuatu yang pake awalan 'terlalu' itu gak baik.

Ceritanya gini. Semalem, jam 9 lewat, aku udah siap buat nina bobokin 2 balitaku. Uthi, 4 tahun, udah terkantuk kantuk. Bagus lah, khan ntar malem dia kudu ikut sahur. Nah, Widad nich, yang masih gulang guling belum mau tidur.

Dicobalah segala trik emak, hehehe. Mulai dari garukin, kipasin, mijitin, sholawatan, dst. Akhirnya Widad mulai terkantuk kantuk. Dan pas Widad antara bangun dan tidur, HP ku bunyi. Hmm... udah hampir jam 10. Udahlah, biarin dulu aja, tanggung nih, Widad udah mo tidur. Ee... bunyi lagi. Apa dari pembeli malem ini ya, mo nanya boleh nuker enggak. Soale kalo Ramadhan cukup sering pertanyaan itu muncul ke Hpku. Dan kadang memang ada yang nanya malem2. Jadi akhirnya kuangkat juga

Trus...
"Dengan pemilik Anugrah ya ?"
"Iya pak, saya sendiri".
"bu, ibu itu jual baju baju bikin sendiri ya ?"

Hmm.... kok rada aneh ya. Ujug ujug nanya gitu. Survey darimana nih ?

"Bapak dari mana ?
"Dari Citayam bu. Kita mo buka usaha. Ibu khan jual baju-baju. Itu bikin sendiri ya ? Kalo gak bikin sendiri, ambilnya dari mana bu ?"

Walah... mo usaha ya mo usaha tho pak... pak... Tapi mbok ya inget, tetep sopan gitu lho. Pertama, apalagi ke orang yang gak kenal sama sekali, dan mo minta tolong, mbok yao nelpon di jam normal gitu lho.

Kedua, ya ngenalin diri dulu lah. Dari siapa. Tahu nomor kita darimana. Trus pake prolog : kami pengen buka usaha. Trus liat usaha ibu berkembang. Trus minta tolong boleh gak... Gitu lho...

Biasanya aku open aja kalo ada yang nanya distributorku. Yach, itung itung ngeramein distributor juga. Tapi kali ini, aku males aja ngejawabnya. Jadi cuman tak jawab, cari aja di majalah pak.

Dia masih nanya, ibu ambilnya dari mana. Ibu ambil dari pusatnya ya ? Pusatnya dimana bu ? Selain di ITC pusat baju baju dimana ya ?

Yach... pokoke bapak liat ajalah di majalah. Disana banyak kok iklan dan nomor telepon distributornya.

Close.

Pengen usaha ya pengen usaha, tapi norma norma tetep dipakai donk. Khan usaha juga gak ujug ujug. Gak bisa begitu pengen usaha, trus saat itu juga kudu nelponin orang buat nanya. Soale penasaran. Kalo gak nanya saat itu juga, khawatir semangat usaha luntur. Walah.... ya gak bisa gitu. Jangan orang lain yang disuruh nyesuain sama kita. Kita yang kudu mengikuti norma-norma umum masyarakat. Kalo sebelum mulai aja udah ngeselin gitu, gimana njalanin usahanya.
Yach... semoga semalem ada hikmahnya buat saya dan bapak itu. Semoga bapak tsb bisa mengubah 'gaya' bicara dan adabnya, sehingga dapat menjalankan usaha sesuai norma dan adab di masyarakat. Cause usaha adalah kepercayaan.

Friday, September 19, 2008

Bullying

Bullying ? Al mengalaminya tahun kemarin, pas kelas 4 SD.

Baru ketahuan sama aku pas kelas 4 nya udah mo selesai. Tinggal class meeting. Nyesel juga sich. Tapi alhamdulillah, masih belum terlambat.

Jadi ceritanya, aku heran. Biasanya Al tuch tipe nyayang ke adek2 nya. Momong dan ngemong. Diminta bantuan sama ortu atau sama adeknya gampang.

Nah, kali ini, udah agak lama, Al jadi uring-uringan. Kalo adeknya minta tolong, jawabannya pedes. Gak enak di telinga. Kalo diajak omong, bawaannya ngajak berantem. Karuan aja adek-adeknya pada takut. Jadinya pada bertengkar. Padahal biasanya Al tuch berperan sebagai pendamai pertengkaran adek-adeknya.

Trus tak ajak omong, cuman berdua. Al kenapa. Emangnya di sekolah temen2 kakak kayak gitu ya ? Al ngangguk. Emang di sekolah padha ngomong gimana ? Kata Al, ya gitu. Pada kata-kataan. Trus kak Al dikatain juga ? Eee... tahu tahu air mulai nggenang di matanya. Sampe binun aku, gak nyangka juga kalo responnya gitu.

Trus Al cerita, ada satu temennya yang suka ngatain dia. Dan ngatainnya itu gak tanggung tanggung, gak hanya satu dua orang yang denger. Malah pernah dia maju ke depan kelas, trus ngatain Al di depan kelas, sampai seluruh kelas denger. Trus temen2 gimana ? tanyaku. Temen2 ketawa. Kak Al nya gimana ? Ya aku diem aja, jawab Al.

Hmm....

Tak tanya, kak Al mau bales gak ? Sebenernya orang kalo didholimi boleh membalas sebesar kedholiman yang diterima. Tapi akan lebih baik kalo bersabar. Kak Al pilih yang mana. Kak Al mau bales gak ? Tanyaku lagi. Al nggeleng.

Kak, mungkin temenmu itu justru iri sama kakak. Ya udah, kak Al sabar aja. Udah di-doain belum ? Aku udah siap aja dengan wejangan bagusnya iman kalo sudah bisa mendoakan orang yang mendholimi. Ternyata Al jawab, sudah. Seberapa sering ? tanyaku lagi. Sudah kebayang lagi mo ngasih nasehat untuk mempersering doa. Ternyata kata Al, tiap istirahat. Walah...
Doanya gimana ? selidikku lagi. Ya ngedoain, supaya gak ngatain aku lagi, jawab Al.

Waduh, musti ngomong apalagi nich...

Kak, ya udah, kak Al khan udah memilih untuk bersabar. Jadi ya udah, kak Al sabar aja. Biarin aja dia ngatain terus, ntar khan juga capek sendiri. Gak usah didenger. Dst dst, hehehe...

Trus pas terima rapor, aku ngadep ke guru kelas. Kuceritakan perubahan yang dialami Al, dan kemungkinan penyebabnya karena case satu orang temennya itu. Gurunya bilang, terakhir masuk kelas, tiap anak dibagi kertas, disuruh nulis pendapat dia tentang temannya satu kelas. Aku diminta lihat aja di kertas itu, apa pendapat teman2 tentang Al. Dan kata gurunya, akan diusahakan supaya Al gak sekelas lagi sama trouble maker.

Pulang ambil rapor, aku udah penasaran aja sama kertas yang dibilang gurunya. Langsung tak baca. Ternyata alhamdulillah, komentar temen2 Al banyak yang bagus. Dan mereka juga cukup banyak yang cerita tentang Al yang seirng dikatain, tapi diem aja, malah cengar cengir. Jadinya 'lucu'. Jadi itu menguatkan cerita Al, bahwa memang dia sering dikatain. Tapi itu juga cukup bikin aku seneng, karena gak ada satupun yang bilang Al nangis atau sedih, atau sejenisnya, pas dikatain. Untukku, itu sudah cukup menunjukkan ketegaran hati nya Al.

Trus pas liburan, Al cerita, the trouble maker itu kasihan, rapornya gak diambilin sama ortunya, karena ortunya pergi ke perpisahan adeknya. Kubilang ke Al, nah khan... ya udah, dia tuch dikasihani aja... Kalo ngatain kak Al, kali' karena dia sebenernya pengen kayak kak Al.

Dan ternyata, sekarang di kelas 5, Al sekelas lagi sama dia. Masih sering ngatain gak kak ? Nggak 'mi. Soalnya kalo ngatain, temen2 pada nyuekin doank. Alhamdulillah. Satu proses pembelajaran kehidupan telah dilalui Al dengan sukses.

Wednesday, September 10, 2008

Pencerahan Kehidupan Tua

Terkait postingan sebelumnya tentang kehidupan pada saat telah lanjut usia, ada pencerahan setelah diskusi dengan guru spiritual, yang juga teman, juga guru kehidupan.

Ada 2 hadist terkenal terkait dengan hubungan orang tua dan anak. Sayang aku gak tahu tepatnya text hadist seperti apa. Cuman kisahnya, kalo hadist pertama, tentang seorang anak yang ibunya sakit parah. Anak tersebut dikasih tahu dan disuruh untuk mengunjungi ibunya. Namun sang anak gak berani, karena sudah berjanji pada suaminya untuk menjaga rumah dan tidak kemana-mana. Ternyata kondisi ibunya bertambah parah, dan bahkan mendekati sakaratul maut. Anak tersebut diberi tahu lagi dan diminta lagi untuk mengunjungi ibunya. Namun karena suaminya belum juga datang, dan dia sudah berjanji pada suaminya, jadi dia tetap tidak berani keluar rumah. Sampai akhirnya ibunya meninggal dan anak tsb tetap belum mengunjungi ibunya. Diriwayatkan bahwa ibunya masuk surga karena ketaatan anak tersebut pada suaminya.

Hadist kedua, tentang seorang pemuda yang sakaratul maut, namun tidak juga meninggal. Ternyata ibunya tidak ridho padanya. Lalu kata Rasul SAW, ibunya diminta datang untuk meridhoi anaknya, supaya anaknya bisa segera meninggal dengan mudah. Namun ibunya tetap tidak mau datang. Akhirnya oleh Rasul SAW diperintahkan untuk mencari kayu bakar. Untuk apa ya Rasul, tanya sahabat. Untuk membakar pemuda ini supaya dapat lebih cepat dan meninggal dengan lebih mudah, jawab Rasul. Akhirnya ibunya luluh dan mau hadir untuk memaafkan anaknya. Dan setelah mendapat maaf dari ibunya, pemuda tersebut langsung meninggal.

Kedua hadist itu -- mohon maaf, seingat saya saja. Kalau ada yang salah context nya, tolong diinformasikan ya, nanti saya ralat.

Di luar text yang mungkin tidak tepat sama, ternyata kedua hadist tersebut mengisahkan tentang anak dengan ibunya, dengan obyek anak yang berbeda. Hadist pertama anaknya wanita, sedangkan hadist kedua, anak tersebut laki-laki.

Di hadist pertama, ibunya masuk surga karena ketaatan anaknya (wanita) pada suaminya. Sedangkan di hadist kedua, pemuda (laki-laki) sukar meninggal, karena ibunya belum meridhoinya. What it means ?

Kata guruku itu, jadi di Islam itu sudah diatur, seorang wanita, ketaatannya pada suami dulu, baru pada orang tua. Dengan begitu maka orang tua wanita akan turut 'selamat'. Sedangkan seorang laki-laki, ketaatannya pada orang tuanya terlebih dahulu.

Dengan demikian, pada saat orang tua sudah lanjut usia, yang harus bertanggung jawab terhadap kehidupan orang tua adalah anak yang laki-laki. Kalaupun harus ada yang mengalah untuk hidup satu rumah dengan orang tua, maka yang lebih berhak untuk mengalah adalah anak yang laki-laki.

Tentu saja prinsip ini tidak saklek -- harus begitu. Ini 'hanya' digunakan pada saat semua kepentingan berbenturan. Kita harus dapat memilih mana diantara begitu banyak kepentingan itu yang lebih sesuai dengan syariat.

Apabila ada orang tua yang anaknya wanita dan telah menikah dan tinggal bersama, maka tinggal serumah tersebut menjadi keutamaan buat anak itu dan suaminya dalam rangka berbakti dengan orang tua. Namun untuk mengambil keputusan tersebut harus siap dengan semua konsekuensinya. Dan apabila ternyata anak atau suaminya ternyata tidak siap, dan kemudian memilih untuk tinggal di rumah yang lain, maka tidak jatuh 'durhaka' kepadanya, meskipun ibunya menginginkan dia tetap satu rumah.

Sementara dengan case yang sama, namun anaknya laki-laki, dengan istrinya, tinggal serumah dengan orang tua suaminya. Apabila anak laki-laki tsb dan istrinya tidak siap dengan konsekuensinya, dan memilih tinggal di rumah yang lain, sementara ibunya menginginkan dia tetap satu rumah, maka bisa jadi 'durhaka' telah jatuh kepadanya, kecuali bila ibunya meridhoinya.

You see... Dengan kasus yang sama, dan status sama-sama anak, ternyata keputusan yang diambil untukmencari ridho Allah berbeda.

Trus... gimana donk yang kayak aku ini... anaknya 4 dan wanita semua. Ntar pas aku dan suami udah tua, jadi gak ada donk yang wajib bertanggung jawab terhadap kehidupan kami...

Kata blio, yang penting kita tahu dulu status kita dimana. Jadi tidak menimbulkan permasalahan dan perselisihan setelah anak menikah. Nah, kalau kita sudah sesuai tuntunan Allah, Allah yang akan menolong hamba-Nya, insya Allah. Amien....

Friday, September 5, 2008

Penggajian

Lagi pengen posting tentang bisnis lagi. Kali ini tentang penggajian karyawan. Sistem penggajian ini di Anugrah berubah terus dari awal, sampai perubahan terakhir beberapa pekan yang lalu.

Di awal Anugrah, penggajian kita fix-kan sekian rupiah. Sejalan dengan waktu, karyawan toko dapet tugas tambahan untuk menghitung laba. Akibatnya, mereka jadi tahu laba juga khan. Jadi kitanya gak enak. So, itung itung bagi bagi rizqi, mereka kita kasih sekian persen dari profit.

Trus karyawan itu keluar. Kemudian kita nyari lagi karyawan yang baru. Ternyata, di telinga karyawan yang baru, gaji sekian plus bonus 5-10% dari profit tidaklah menjanjikan. Akibatnya, setelah wawancara banyak yang mundur dengan berbagai alasan.

So, skema gaji kita ubah lagi dengan sistem yang fix, dengan item gaji pokok, uang makan, pengganti cuti, dan uang transport. Kita sudah set sedemikian rupa, sehingga sebenarnya antara setting gaji dengan prosen bonus, dengan setting gaji fix, tidak berbeda jauh. Ternyata dengan gaji fix begitu, kita cukup mudah mendapat karyawan baru.

Pekan - pekan berikutnya, ternyata dua karyawan kami, menghasilkan omset yang lumayan di toko. Yang sebagai impactnya, tentu saja, mereka juga jadi lebih capek. Suatu hari kami ke toko sore hari, dan ternyata Anugrah sudah mengeluarkan sekian nota. Namun pada saat malam hari mereka setor, ternyata jumlah nota tetap. Sementara kami tahu, pengunjung mall pada saat itu ramai. Dan biasanya justru pada malam hari banyak terjadi transaksi. So... kami berpikir... apakah mereka merasa dengan jumlah nota segitu sudah cukup, sehingga 'malas' untuk berusaha lebih lagi... Karena memang sudah beberapa hari jumlah nota mentok di angka beberapa belas.

Trus discuss sama suami. Sama suami disarankan untuk ngubah lagi setting harga, dan memasukkan bonus sekian persen dari omset. Trus kita perkirakan pendapatan mereka per tahun, lho... kok malah turun. Kita ubah lagi dengan memberi batas minimal bonus untuk mereka. Jadi kalau omset bagus (kayak Ramadhan sekarang nich...), pendapatan mereka juga naik seiring dengan capeknya, hehehe... Tapi pada saat setelah lebaran, pas omset lagi anjlok, kalau bonus mereka kurang dari batas minimal, maka kita ngasihnya bonus minimal tersebut.

Dan apa yang terjadi ?? Alhamdulillah, besoknya jumlah nota langsung naik.

Apa kesimpulannya ? Kalo nyari karyawan baru, mereka gak tahu omset kita. Jadi mereka lebih memilih 'aman' dengan gaji yang fix (dan besar, hehehe...). Tapi setelah masuk, dan tahu omset kita, dan tahu juga capeknya, mendingan ditawarin untuk 'pindahan' ke system gaji yang tergantung omset. Kita senang, mereka senang...

Di Anugrah, untuk bulan Agustus, dengan penambahan biaya sebesar 500 ribu, ternyata kenaikan laba yang diperoleh 3 juta. Lumayan khan... :-D

Monday, August 25, 2008

Orang tua

Orang tua, bagaimana idealnya kehidupan mereka dan bagaimana agar bisa mencapainya?

Terpikir, kehidupan orang tua -- orang yang sudah tua -- yang sudah berhasil mendidik anak-anak mereka hingga sudah bekerja dan menikah. Semuanya.

Saat masih ada yang belum menikah, masih ada 'sedikit' beban di orang tua untuk ingin melihat anaknya menikah dan menimang cucunya. Saat yang terakhir menikah, dan muncul keinginan benar-benar membina rumah tangganya, mulailah muncul problem.

Kenapa ? Karena IMHO, keluarga ideal dibentuk dari pengalaman sejak mulai berumah tangga. Pengalaman pernah mengambil keputusan yang salah sebagai kepala keluarga. Pengalaman belajar menjadi ibu dan pasangan yang baik untuk suaminya. Pengalaman untuk mengambil keputusan dan berdiskusi, pemecahan masalah, dan mulai membentuk pola diskusi dan pembinaan keluarganya. Dan proses ini, paling bagus bila memang dibentuk 'hanya' oleh kedua orang tsb. Orang tua, sodara2, dan yang lain boleh memberi saran, tapi sebatas saran. Tanpa paksaan untuk menjalankan.

Dan... proses itu akan 'terganggu' bila sejak mulai menikah, mendiami satu rumah dengan orang tua. Cause bagaimanapun, orang tua adalah orang yang telah mapan dalam proses tersebut. Sedangkan kedua pasangan, baru akan belajar. Apabila ada yang mapan, maka proses belajar lebih banyak dituntun, bukan learning by doing lagi. Sementara, karena kedua pasangan muncul dari kebiasaan dan kondisi yang berbeda dengan orang tua, bisa jadi 'kondisi mapan' nya orang tua, gak cocok dengan 'kondisi mapan' yang seharusnya mereka bentuk. Dan muncullah gesekan2.

Di lain pihak, kalau semua anaknya menikah dan membentuk keluarganya di rumahnya sendiri, lalu orang tua dengan siapa ? Masih mendingan kalau orang tua masih hidup keduanya, dan masih sehat keduanya. Sehingga mereka bisa saling mengisi dan berbagi.

Sangat sedih bila ternyata salah satu sudah meninggal, atau salah satu mengalami sakit yang cukup berat, dan hanya hidup berdua. Apalagi menjelang Ramadhan begini. Siapa yang menyiapkan sahurnya ? Bagaimana kalo mereka terlewat sahur ? Bagaimana kalau mereka tidak ada 'kekuatan' untuk menyiapkan sahur ? Bagaimana pula berbukanya ? Siapa yang akan menyiapkan teh hangat dan mempersilahkan mereka makan ? Bagaimana bila mereka sakit, bahkan bila 'sekedar' masuk angin ? Siapa yang akan mengajak mereka mengobrol ? Bahkan bila mereka hanya ingin bercerita tentang cuaca yang cerah ? Hiks... jadi sedih....

Hiks... kalau aku sudah tua nanti, dan anak2 ku -- yang Alhamdulillah sampai saat ini perempuan semua -- mereka menikah dan pindah ke rumah lain bersama suaminya, bagaimana kehidupanku nanti ? Bagaimana aku akan mengisi hariku yang biasa dipenuhi celoteh 4 anak ? Hiks... semoga di hari tuaku nanti, aku masih cukup berguna untuk anak2ku, untuk masyarakat, dan untuk agama. Semoga aku dapat mengisi hari2 ku sesuai dengan tuntunan-Nya, tanpa memberatkan siapapun. Hiks... bisa diusahakan dari sekarang gak ya ? Gimana caranya ya ?

Kata suami, kita akan sibuk dengan usaha dan dakwah. Yach... kupikir, realistis aja... usaha dan dakwah, akan tetap jalan saat kita masih kuat. Bila Allah mentakdirkan umur panjang, dengan kekuatan yang semakin berkurang... Wallohu alam...

Hiks... sedih... Inget orang tua kami. Teriring salam sayang dan hormat untuk ketiga orang tua. Semoga Allah berkenan mempermudah kehidupan mereka, dan mempermudah pula jalan mereka menuju Surga. Dan semoga mereka memaafkan dan mengampuni anaknya ini, yang kurang pandai berbakti. Amien.

Persepsi, lagi...

Perpsesi. Bagaimana cara kita memandang orang lain. Dan juga bagaimana cara orang lain memandang yang lainnya. Dan gak tahu kenapa, kok akhir akhir ini banyak kesandung bab ini.

Ada satu kenalan, yang sering banget ikut kerja bareng. Pernah kerja bareng sama kita. Juga pernah kerja bareng sama orang orang yang kita kenal. Trus, kenalan ini, kalo cerita, frase yang sering dipake adalah : “saya sudah…, saya yang….”. Sementara kita tahu persis kalo itu adalah hasil kerja bareng. Bahkan bisa jadi, hasil kerja orang lain.

Tadinya kirain kayak gitu ke kita aja. Ternyata disuatu acara ngobrol dengan banyak orang, kata kunci “saya” itu keluar. Dan kita jadi cukup terhenyak. Dan terheran heran. Cause topiknya itu tentang proyek rame rame di komplek. Jadi heran, kok bisa bisanya dibilang bahwa itu hasil karya sendiri. Dengan penuh PeDe lagi.

Kenalan itu membuat orang orang berpersepsi bahwa dia telah begitu berjasa. Telah begitu hebat. Hihihi… kesannya aku syirik ya. Semoga enggak lah. Lha wong kalo di depannya, mati matian kita nahan supaya jangan sampai nyela omongannya. Supaya jangan sampai ngomong, lho… itu khan hasil kerjanya si B, C, D, dst. Bukan juga untuk cari muka. Hanya semata supaya kenalan tersebut gak ‘keweleh’ (aduh… apa ya, bahasa Indonesianya yang cocok ?)

Trus ada kenalan lain. Kali ini kenalnya dari milis, dari dunia maya. Setiap postingannya, meng-isyaratkan bahwa blio adalah seorang produsen. Seorang pemilik usaha produksi baju. Kebetulan merk baju tsb sudah cukup lama termasuk item yang tak jual. Cuman memang karena beberapa keterbatasan, kita memilih untuk mengambilnya cukup dari distributor. Mengetahui produsennya ternyata rekan satu milis, kebayang khan, senengnya. Yach… kupikir paling gak aku bakalan tahu lah, kalo mo naik tingkat jadi distributor harus mencapai penjualan berapa. Diskon yang didapat berapa. Dan yang paling menyenangkan, bisa usul untuk model baju, warna, dst.

Trus, suatu saat, salah satu barang tersebut ternyata reject. Padahal sudah terlanjur terjual ke customer. Untungnya customer tsb complain ke kita. Urusan ke customer udah beres sih, barang langsung kita ganti. Cuman aku khawatir kalo ternyata ada lagi yang begitu, dan customer malah gak complain. Khawatirnya nama tokoku yang jatuh.

So, aku menghubungi kenalan tadi, menginfokan dan berharap supaya barang yang keluar di-QA dulu. Sehingga kekecewaan pelanggan dapat diminimalisir. Aku juga cerita kalo selama ini menjual merk tsb dengan mengambil dari distibutor X. Blio menerima komplain dan mengatakan, akan menyampaikannya ke A. Lhah… aku heran… A ini siapa….

Cause aku dapat barangnya dari distributor, jadi ya aku complain juga donk, ke distributorku. Ngobrol ngobrol. Sampailah pada topik nama produsen. Lho… kok distributorku nyebut A. Trus, kenalanku itu siapa ? Ternyata distributorku kenal blio juga. Kalo menurut distributorku, kenalanku tsb adalah sepupu dari produsennya. Dan kebetulan blio yang pertama memasukkan merk tsb ke internet. You see ??

Kenalan milis tersebut membuat hampir semua anggota milis menganggap bahwa dia adalah produsennya. Malah ada yang menganggap bahwa produsen yang sebenarnya, hanyalah mitra makloon dari kenalan tsb. Waduh…

Trus ada kenalan lain lagi, yang cerita tentang penjualan salah satu merk yang diusungnya, yang sangat… sangat apa ya… aduh, aku susah niruinnya. Pokoke kalo orang baca, bisa langsung berpersepsi bahwa produk tersebut laku keras lah. Kebetulan aku juga lagi cari substitusi untuk produk jenis yang sama. Jadi tak cobalah. Pas hampir sebulan setelah aku ngambil, dia nanya, gimana penjualannya. Kubilang, belum ada, karena item tersebut tak tarik dari toko ITC. Ujug ujug dia cerita juga, kalo barang tsb di tokonya juga susyah keluar. Walah….

Insya Allah nulis ini bukan karena syirik sama ybs. Kita cuman heran aja. Ada ya orang yang seperti itu. Sebenarnya begitu itu kenapa ya. Apa jauh di dalam hatinya, memang dia berpikir seperti itu. Atau sebenarnya dia mengakui yang sebenernya tapi pengen diakui berbeda. Atau hanya karena salah nyebut aja. Atau kebiasaan. Atau ??

Trus… sebenernya boleh gak ya, dari sisi agama ? Soale kalo dibilang bohong… gak juga. Lha wong kalimat yang dipilih itu sedemikian rupa, sehingga bener juga. Jadi gak bohong. Tapi ya itu, persepsi yang terbentuk dari kalimatnya, bisa lain. Nah, kalo persepsi lain itu muncul dari satu dua orang, bisa jadi memang pendengarnya yang beda persepsi. Tapi kalo semua pendengarnya mempersepsikan hal yang berbeda, means subyeknya khan…

Dan karena kita masih binun sama boleh enggaknya dari sisi agama ini, jadinya kita juga jadi ragu untuk mengingatkan. Lha gimana, kalo ternyata boleh, mosok diingatkan. Agama aja membolehkan kok kita ngelarang. Jadinya ya itu, kalo denger, kita cuman nahan nahan aja supaya gak terlontar ucapan yang bisa bikin ybs ‘keweleh’. Hhh… jadi gemes. Apa sih, bahasa Indonesianya keweleh ??

Tuesday, August 12, 2008

Seseorang

Aku punya seseorang yang sangat ingin aku berikan apa yang disenangi. Sangat ingin aku berikan apa yang diharapkannya. Bahkan jika pun aku tak mampu, ingin sekali untuk tetap memenuhi keinginannya, walaupun sampai harus di-mampu-mampu-kan. You know what I mean khan...

Cuman... sedih sekali... ternyata sangat susah untuk mengetahui keinginannya. Saat aku sering pergi, katanya ingin ikut, karena gak mau tak tinggal pergi -- yang menurutnya pergi itu identik dengan jalan-jalan. Pas diajak, aduh... salah juga. Katanya capek. Disuruh kesana sini.

Aku ngantor, disalahin, karena gak ada waktu buatnya. Tapi kubilang mo resign, e... salah juga....

Hiks...

Syaban... syaban.... Bulan ujian. Bulan pembersihan. Sebelum masuk ke bulan yang penuh Rahmat, Ramadhan. Yach... semoga aku lulus di syaban ini, sehingga memasuki Ramadhan sudah bersih. Dan bukan mengisi Ramadhan dengan pembersihan lagi. Tetapi mengisi Ramadhan dengan pembekalan untuk setahun berikutnya. Dan menabung untuk kehidupan selanjutnya.

Allahumma bariklana fii syaban, wa balighna Ramadhan...
Ya Allah, berkahilah kami di bulan syaban, dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan.

Ya Allah, mudahkanlah kami untuk mengumpulkan amal dan menjemput rahmat-Mu. Mudahkanlah kami untuk meng-ikhlas-kan seluruh amal yang kami lakukan. Bantu kami untuk tetap istiqomah. Bantu kami untuk mengetahui mana amal yang lebih baik dari sekian banyak amal yang baik yang perlu kami lakukan. Dan bantu kami untuk melakukannya.

Rabbana hablana min ladunka rahmah, wa hayyi'lana min amrina rasyada
Ya Rabb kami, berkahilah kami dengan rahmat dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah petunjuk yang Engkau berikan kepada kami.

Amien.

Thursday, August 7, 2008

Keterbatasan Penyerapan Modal

Barusan jalan jalan ke http://www.perencanakeuangan.com/files/index.html, alhamdulillah ada pencerahan. Sebenernya bukan pencerahan juga sich, tapi pembenaran atas apa yang selama ini aku lakukan. Jadi sekarang ngelakukannya lebih mantap lagi, cause sudah sama dengan apa yang dikatakan sama pak Ahmad Ghazali, di artikel yang dikutip dari Republika tgl 19 Oktober 2003, tentang bagi hasil.

Di antara sekian banyak investasi dengan sistem bagi hasil yang perlu diwaspadai, item terakhir adalah : Keterbatasan penyerapan modal, dengan keterangan detil sbb. :
"Kemampuan dan skala usaha yang dimiliki pengusaha pastilah terbatas. Oleh karena itu pengusaha yang menawarkan investasi harus juga dapat menghitung berapa batasan modal yang dapat diserapnya. Tanah yang dia miliki untuk menanam kan terbatas. Maka modal yang diperlukan juga menjadi terbatas. Tapi, kalau pengusaha terus-menerus menerima modal tanpa adanya batasan, itu berarti uang investor tidak dijadikan modal kerja, tapi digunakan untuk hal lain yang tidak sesuai dengan perjanjian."

Nah, selama ini, aku selalu membatasi modal yang tak gunakan untuk usaha. Misalnya saja untuk awal usaha dulu, yang tak pake modal 'cuman' 2 juta. Dan ya memang cuman segitu itu yang terus diputar. Sampai bener bener udah berputar lancar. Kalo berasa kurang, kita evaluasi dulu modal yang sudah berputar itu. Memang kurang, atau jangan-jangan perputarannya yang kurang lancar. Kalo dari evaluasi memang butuh modal lagi, baru masukin proposal ke suami. Setuju gak. Discuss lagi. Di evaluasi lagi. Dan biasanya, selalu ditanya terus sama suami, gimana return nya dari tambahan modal yang sudah digelontorkan. Gitu terus, sampai akhirnya modal yang kita putar cukup gede seperti sekarang.

Sebelumnya, aku cuman berasa gak nyaman dan belum bisa aja, untuk muter modal yang lebih gede. Makanya modal kita batasin. Selain juga mungkin taraf resiko yang bisa kita tanggung juga baru segitu. Jadi kita gak terlalu tertekan. Karena modal yang diputar juga nambahnya sedikit sedikit. Sambil evaluasi terus.

Ini juga keliatan pas kita buka toko di ITC Depok. Modal yang dikeluarkan ya memang cuma DP kios dan cicilannya. Untuk rak, kita ngangkut rak buku anak2, yang kebetulan dulu memang kita bikin warna warni. Sedangkan baju yg dijual, sebelumnya khan memang kita udah jualan baju. Jadi gak nambah banyak modal untuk bajunya. Tambahannya paling modal untuk beli patung. Yang saat itu juga... waduh... mahal juga ya.... :-)

Terus ternyata toko lumayan. Jadi kita evaluasi lagi. Untungnya nutup gak untuk nambah lampu. Juga untuk nutup biaya listrik bulanannya. Alhamdulillah cukup. Dan ternyata nambah lampu gak butuh banyak dana ya. Tambahan biaya untuk listrik bulanannya juga gak banyak. Padahal -- alhamdulillah -- penjualan setelah itu meningkatnya banyak, hehehe....

Terus beberapa bulan kemaren, kita evaluasi lagi. Pas waktunya dengan mo bukanya toko yang di rumah. Jadi pasti butuh rak. Akhirnya rak bekas rak buku anak2, kita pulangkan lagi dan ditaruh di toko GTA. Sedangkan Anugrah ITC Depok kita pesenin rak aluminium -- yang ternyata harganya aduhai... juauh lebih mahal dari lampu. Dan aku sama suami mengalami stress kedua, setelah stress karena beli kios. Apakah biaya beli rak itu ketutup sama kenaikan laba ? Yach... intinya... sepadan gak ya... Alhamdulillah, masa itu udah dilewati dengan tersenyum... Tahu khan maksudnya... :-)

Pas modal masih cuman 2 juta, kita sempet ngobrol sama salah satu pengelola sekolah enterpreneur. Dia bilang, ngapain modal ditahan tahan. Kalo memang punya dana banyak, ya gelontorin aja. Dan aku gak setuju. Tapi aku susah nemuin kenapa gak setuju. Pokoke feeling ku bilang enggak, aja. Aku cuman tahu kalo usahaku belum butuh tambahan modal. Tapi kenapa kok begitu, kenapa kok belum butuh tambahan modal, aku gak bisa jawab.

Nah... artikel Ahmad Ghazali itu yang membuat aku ngeh. Menurut blio itu, setiap usaha, setiap kemampuan usaha dan skala usaha pasti terbatas. Jadi pengusaha harus dapat menghitung -- dengan kata lain harus tahu -- berapa batasan modal yang dapat diserap. Jadi, modal memang harus dibatasi khan. Dengan tahu batasan modal yang dapat diserap, berarti kita jangan main menggelontorkan dana yang kita miliki, ataupun dana pinjaman, untuk membesarkan usaha. Karena kalau sampai dana yang digelontorkan lebih besar dari batasan modal yang dapat diserap, maka yang terjadi bisa saja buntung, bukannya untung.

Tapi juga bukan berarti menambah modal itu haram. Enggak lah. Jadi di-evaluasi aja. Kalo memang sudah saatnya menambah modal, it's ok nambah modal. Tapi juga tetep dikira2, nambah modalnya kudu berapa. Trus stop lagi. Evaluasi lagi. Kalo berjalan bagus lagi, dan mentok lagi -- yang baru bisa berkembang lagi kalo ditambahin modal, ya modal ngucur lagi.

Gitu...

How Empati Am I


Hiks... syedich.. hari ini aku belajar satu hal lagi... Dan cukup mengagetkan aku. Dan menyedihkan. Nyesek di hati. Hiks.... Hiks....

Ada yang bilang aku gak empati. Dan itu berhubungan dengan materi. Dalam versiku, itu sama dengan bilang kalo aku menimbun materi. Menimbun uang. Mengumpul ngumpulin harta tanpa menimbang sikon orang lain. Hiks... hiks...

Padahal, apa sich hartaku... Bukannya gak bersyukur. Aku bersyukur. Dan sangat bersyukur dengan apa yang aku dapat. Tapi ngumpulin harta tanpa lihat lihat sikon orang lain ?? Hiks... kayaknya nggak dech.... Sepertinya selama ini aku selalu mengusahakan tuntunan iman nomor satu. Dan selalu megang kalo apa yang diajarkan agama gak bisa diganggu gugat. Itu yang tak yakini selama ini. Itu pedomanku. Minimal menurutku. Tapi kok...

Awal mulanya cause aku bilang pengen beli kios lagi. Padahal itu juga baru pengen. Dan itu juga karena aku pengen bisa beramal lebih. Bisa beramal lebih banyak. Baik berupa uang, ataupun kemampuan. Cause kemampuanku untuk ceramah tentang agama sangat jauh dari standard. Dan inilah yang aku mampu lakukan. Minimal ada orang yang jadi punya penghasilan tetap bulanan, meskipun belum sesuai UMR. Minimal jadi ada beberapa orang yang tidak jauh jauh banget dari garis batas kemiskinan. Minimal ada orang yang aku ajari sehingga kemampuan dan kepandaiannya bisa meningkat. Minimal bila ada orang yang akan buka toko, aku bisa kasih masukan... Minimal...

Yach... itu doank yang bisa aku lakukan. Dan karena aku dikasih kemampuan disitu, dan bukan kemampuan jadi ustadzah, jadinya aku mencoba untuk memaksimalkan amalku disitu.

Selain juga larena keinginan untuk amal materi yang berharap jadi agak naik sedikit. Yach, kalo toko bertambah, insya Allah pendapatan bertambah. Kalo pendapatan bertambah, berharapnya amal ikut bertambah khan. Minimal zakat bertambah lah...

Hiks...

Insya Allah semua usaha untuk peningkatan usahaku bukan untuk menumpuk harta. Karena toch, dengan usaha yang makin meningkat, dan gaji dari kantor yang juga alhamdulillah makin naik, kami mempertahankan gaya hidup yang tetap seperti sebelumnya. Insya Allah semua bukan untuk bermewah mewah.

Apalagi... aku juga sangat ingin untuk ambil pendi. Kalau bisa suatu saat nanti, pendi bareng suami. So... musti disiapkan khan. Supaya pas saatnya ngambil pendi, kita sudah saatnya bersantai. Benar benar free. Bukan malah tertekan dengan target meningkatkan usaha supaya dapat menutup biaya hidup dan biaya yang akan muncul di masa depan.

Pertanyaan yang masih muter di kepalaku... kalo persiapan kayak gitu... apakah berarti aku ngumpulin materi tanpa peduli sama yang lain ?? Hiks... hiks....