Thursday, May 29, 2008

Technic Vs Strategic


Kali ini mo cerita ttg kantor TDB ku. Aku kerja di bagian data, yang kerjaannya -- sebagian besar dan memang hanya -- nyecript. Jadi kerja itu ya bolak balik ngutek ngutek script SQL di TOAD.

Trus... aku ikut pelatihan semacem pengembangan diri, yang ada evaluasi nya. Setelah sekian bulan, muncul hasil evaluasi, yang resumenya mengatakan bahwa aku terlalu teknis. Dan musti diasah supaya bisa berpola pikir stategic.

Dan apesnya, posisiku sudah menthok untuk level teknik. Kalo pengen naik lagi, ya kudu belajar yang strategic itu tadi.

Hmm....ok lah, kalo urusan naik, aku memang gak terlalu pengen. Cause masih banyak prioritas lain yang memang kudu dan wajib diurus, yang kayaknya bakalan keteter kalo aku naik pangkat, hehehe -- ngeles.com.

Cuman... kok berasa gak adil ya....

Soale gini, kata yang ngasih hasil evaluasi, supaya bisa berpola pikir strategic, aku harus tidak hanya menyajikan data, tapi kudu latihan menganalisanya. Kenapa ini turun, kenapa yang itu naik, dst. Lhah... dalam hati kupikir... itu khan ada bagiannya sendiri. Kalo bagianku khan memang tugasnya nyari data. Kalo aku ikutan nganalisa, trus siapa yang nyari data.... That's the first.

Yang kedua, misalnya aja nih, ada 2 orang yang kerjaannya kayak aku. Trus yang satu, rajin kerja. Semua tugas diselesaikan. Nah, karena rajin kerja, jadinya dia juga rajin nyecript (lha wong tugas utamanya nyecript).Walhasil, kalo di-evaluasi, hasilnya kayaknya bakalan muncul : teknikal banget. Sedangkan yang satunya lagi, gak mau nyecript (padahal kerjaan utama nyecript). Biasanya yang dikerjakan adalah ikut rapat, trus bagi tugas -- yang berarti mindahin tugas nyecript ke yang lain. But, karena sering ikut rapat dan jarang nyecript, jadinya pas di-evaluasi, hasilnya : strategic (khan sering mbagi tugas...). Ketangkep gak ? maksudku, untuk di bagianku, ini kayaknya gak adil ya. Yang rajin bakalan ketahan untuk naik, sedangkan yang suka ngoper kerjaan malah kenaikannya lancar. Ya gak ? Atau aku aja ya ? Hehehehe....

Yang ketiga, eng... gak tahu ini ego sama bidangku, atau emang gitu. Kupikir... yach... untuk jadi seorang yang piawai nyecript, tidaklah gampang. Meskipun nyecript, kita sebenarnya juga menganalisa, dan membuat system. Supaya system yang ada jadi computerized. Tapi ternyata ini gak dihargai. Lebih dihargai yang analisa via excell, trus menghasilkan resume dan menjawab HOW nya. Padahal... yach... kalo menurut aku sich... nyecript tuch butuh wawasan dan penglihatan yang luas tentang data. Tapi ya itu tadi, ternyata yang begitu itu masih dinilai teknikal. Syedich yach... Jadi inget, pernah di bidangku ada pegawai baru. Pegawai ini mo dimasukin ke bagian yang nganalisa. Trus kita bilang, sayang kalo ditaruh disana, kerjanya cuman ngutak ngutek excell, ntar kemampuan nyecriptnya ilang. Akhirnya dia ditaruh di bagianku. Kasihan juga dia ya. Kalo tahu ternyata bagian analisa itu lebih mudah naik, gak bakalan dech, nyaranin. Niatnya sich waktu itu memberikan yang lebih baik. Baru sekarang aku tahu, kalo itu ternyata 'menjerumuskan'. Kecuali kalo sebelum mencapi posisi menthok, dia sudah pindah bagian ke yang nganalisa ya.... yach... di-doa-in dech...

Jadi gimana donk ?? Pertama, untung aja, suamiku udah lepas dari urusan nyecript ini. Kalo suamiku ikutan kena, walah... kalimat yang tak tulis nggak kayak gini dech...:-)

Kedua, gimana donk. Gak nyaman khan, kalo yang rajin gak naik naik, trus yang suka ngoper kerjaan malah gampang naik. Hmm... solusinya mungkin setelah jangka waktu tertentu, musti dipindahin ke daerah yang lebih keren... bagian yang menganalisa... yang tahunya data muncul, trus rekap rekap, trus muncullah hasil analisa.... Hmm... kalo memang di nyecript terus bisa mengganjal, bisa dicoba tuch, buat muter orang supaya bisa pindah ke bagian yang nganalisa. Jadi gpp, sementara pindah bagian doank, posisi tetap. Asal pindahnya ke bagian yang nganalisa. Sebagai lompatan gitu.

Cuman, biasanya, nyari ganti orang yang jago nyecript juga susah. Tapi mestinya jangan ditahan karena ini ya.... Cause semakin piawai, bakalan semakin teknikal. Dan semakin susahlah naik.

Tapi dilain pihak, kalo yang pada piawai nyecript pindah ke bagian analisa, trus yang ada di bagian nyecript tinggal orang orang yang tersisa, gimana ya... Khan aliran data di perusahaan jadi gak bagus juga ya... Lieur ah.......

---- yang jadi males liat kodok.....

Monday, May 19, 2008

Telling Story Of Success

Ini kiriman artikel dari suami yang gak mau bikin blog sendiri, tapi suka nebeng posting :-)

* * * * *

Cerita tentang kesuksesan sangat indah untuk didengar. Buktinya buku-buku tentang otobiografi orang yang sukses laku keras di pasaran. Memang sudah tabiat manusia untuk berusaha mencapai kehidupan sukses yang berujung kepada kebahagiaan hakiki. Oleh karena itu, berita tentang kesuksesan senantiasa ingin didengar dan diharapkan perwujudannya.
Dalam surat Adhuha ayat ke 11 disebutkan, “Wa amma bini’mati Rabbika fa haddist“. Artinya kurang lebih adalah, “Dan terhadap nikmat TuhanMu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)“.

Tafsir ayat ini yang diambil dari Assalam tafsir adalah sbb : “Dalam ayat ini Allah menegaskan lagi kepada Nabi-Nya agar ia memperbanyak pemberiannya kepada orang-orang fakir dan miskin serta mensyukuri dan menyebut-nyebut nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya. Menyebut-nyebut nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kita bukanlah untuk membangga-banggakan diri, tetapi untuk mensyukuri dan mengharapkan orang lain mensyukuri pula nikmat yang telah diperolehnya“.

Tentunya dalam konteks ini, diharapkan bila mendengar cerita tentang kenikmatan / kesuksesan seseorang semakin bertambah rasa syukur dan turut bahagia terhadap kesuksesannya sebagaimana maksud ayat di atas. Akan tetapi, kadang-kadang jalan cerita berbeda dari harapan.

Dari Pengalaman pribadi ketika memulai bisnis, yang di lakukan pertama kali adalah menggali informasi dari teman-teman yang sudah sukses berbisnis. Namun kadang informasi yang diberikan kurang seimbang (balance). Misalnya hanya cerita kesuksesannya saja yang diberitakan, tetapi cara menuju suksesnya terlewati.

Bahkan ada yang kurang fair dengan menceritakan bahwa dirinya sudah berhasil, hanya untuk menutupi bahwa yang sebenarnya terjadi adalah sebaliknya. Kondisi ini mengandung dua mudharat : untuk yang bercerita menjadi jatuh ke sikap membangga-banggakan diri (ujub), dan untuk pendengar akan mendapatkan informasi yang salah tentang bisnis.

Bahwa bisnis adalah solusi bagi pencerahan hidupnya, tanpa ada perjuangan dan tidak ada cerita sedih di baliknya. Pandangan seperti ini akan menjadi bumerang bagi seorang pemula. Bukan tidak mungkin dengan doktrin seperti itu, seorang pemula ketika gagal dalam memulai bisnis maka akan sangat kecewa dan selamanya tidak akan pernah mau mencoba lagi.

Ada pengalaman kami yang mungkin banyak yang mengalaminya juga. Ada rekan yang baru belajar berbisnis menceritakan bahwa beliau telah sukses 100 % dengan pengelolaan bisnisnya. Bahwa omset / penghasilan bisnis sudah melampaui target. Dan tidak lupa cerita secara berapi-api tentang penguasaan bidang bisnisnya, bahkan mengajak pendengar di sekelilingnya untuk berbisnis dengan gaya dan caranya.

Kami bukannya ingin menggugat keberhasilannya dalam berbisnis. Bahkan kami turut berbahagia jika keadaannya memang betul seperti apa yang diceritakan. Tapi menurut apa yang pernah kami dengar, kesuksesan sebagian dari mereka ternyata hanya sesaat.

Tulisan ini juga tidak untuk menggugat para penggiat personal improvement, dengan anjurannya supaya kita senantiasa optimis dan pantang menyerah. Senantiasa memandang positif terhadap apa yang sedang kita perjuangkan. Namun perlu dicermati agar informasi / cerita yang disampaikan ke orang lain jujur dan seimbang.

Tentunya dengan maksud agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Tujuan akhirnya adalah supaya semua orang senang untuk berusaha / berbisnis dan menjadi kaum “Tangan di Atas (TDA)”, sebagaimana di contohkan oleh banyak para sahabat konglomerat Rasulullah SAW seperti Abu bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf , dll.

Mengukur kesukseskan dengan Baju sendiri

Sering kita terjebak dengan ukuran sukses yang kita definisikan sendiri. Padahal sangat berbahaya kalau yang merencanakan dan mengukur keberhasilan adalah orang yang sama. Dalam bisnis pribadi hal tersebut masih sering dilakukan. Efeknya, cerita hasil bisnisnya selalu tokcer nomor satu karena punya omset yang luar biasa. Sementara faktor biaya, cash flow, aspek pelayanan, lingkungan eksternal, ketahanan bisnis ke depan, dll sering terlupakan. Pernah dengar bahwa ada usaha dengan omset tinggi, pelanggan yang banyak, tapi baru setahun sudah tutup ? Mudah-mudahan bisnis kita tetap lancar, dan tidak termasuk golongan ini. Amin...

Nah, kalau sudah sukses, ketika sharing pengalaman jangan lalu menggunakan baju kita untuk dipakaikan ke orang lain. Karena pasti ukurannya, kapasitasnya, dan rezekinya, juga beda. Kalau perlu pake adaptor biar nyambung. Juga jangan sampai kita berbangga-bangga dengan maksud meninggikan derajat sendiri di hadapan orang lain. Walaupun hal seperti ini sudah menjadi budaya universal yang menjangkiti setiap insan di dunia. Bukan hanya di dalam bisnis tapi juga di setiap sisi kehidupan. Bahkan Alloh dan Rasulnya telah mengingatkan umatnya supaya menghilangkan sikap kesombongan. Seperti disebutkan dalam surat Luqman ayat 18 yang terjemahannya “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Jujur

Kejujuran adalah pilar utama dalam kehidupan. Di dalamnya ada kehormatan dan kemuliaan diri. Ketika kita berbagi dengan orang lain, hendaknya diiringi juga dengan kejujuran sehingga informasi yang disampaikan seimbang. Dengan demikian informasi tidak menjadi bias bagi pendengarnya, dan berguna sebagai referensi pedoman tindakannya.

Sampaikanlah informasi yang terang, bahwa bisnis mempunyai segudang potensi keberhasilan dengan syarat ada perjuangan, pengorbanan, dan usaha nyata. Memang perlu kenekatan untuk memulai, dan perhitungan cermat. Akan tetapi, kalau perhitungan itu malah menghalangi kita untuk berbisnis, maka buang saja teorinya. Seperti kalau akan bermain Niagara-gara di DUFAN, tidak pernah dibahas bahwa secara teori mainan itu bisa membahayakan jantung. Yang kita tahu adalah “coba dan nikmati“. Walaupun dengan resiko masuk angin dan bajunya basah kuyup.

Ini juga autokritik buat kami sendiri, kadang-kadang kalau cerita tentang Anugrah serasa tidak pernah rugi, hehehe.. Padahal kenyataannya, sudah berapa banyak waktu yang harus disediakan. Sudah berapa kali kecurian. Belum SDMnya yang gonta-ganti (waduh...pusying deh...). Ditambah lagi target dan job di kantor TDB.

Walah, banyak kali ya hambatannya ya... Itu kalau dilihat dari sisi hambatannya. Dari sisi senengnya, ya bisa dibaca di postingan yang lain lah... :-)

Tuesday, May 13, 2008

Software POS Anugrah

Software Poin Of Sales Anugrah akhirnya jadi juga, alhamdulillah. Tx to mas Heru yang udah rela dikejar kejar supaya software nya segera kelar.

Ide dan niat pengen bikin software ini muncul karena ketidak puasan akan software yang ada di pasaran. Gak tahu karena kitanya yang pelit gak mau beli yang lengkap, atau yang lengkapnya memang belum ada. Yang jelas sich, udah search dan nanya2, ternyata software yang memenuhi syarat dan dapat disesuaikan dengan system Anugrah belum ada yang cocok.

Tadinya ada yang lumayan cocok, dan ada juga testimoni dari member TDA yang udah pake, katanya bagus. Plus harganya juga murah. Plus lagi, bonus source code. Jadi kupikir, gak ada ruginya lah. Kalopun ada yang perlu disesuaikan, khan ada source code nya, jadi kita bisa utak atik sendiri.

But setelah beli... kita kecewa. Cause cuman ada pembelian dan penjualan. Gak ada inventori. Gak ada laporan rugi laba. Gak ada akun. Aduh... (Oops, katanya sich sekarang udah bisa disambung ke laporan keuangannya, pake patch. Tapi tepatnya gak tahu, kita udah gak nyoba lagi)

Trus pas ngeliat ke source code nya, ampunn.... nyerah dech... source code-nya bener2 gak baku. Hiks... Jadinya software itu ngendon aja di meja, berdebu... :-(

Trus ada software satu lagi yang harganya lumayan. Maksudnya, kalo sesuai sama kebutuhan sich gpp invest segitu. Tapi untuk nyoba dulu... enggak ah. Kebetulan versi trial udah kita download. Dan ternyata memang gak sesuai sama yang kita butuhkan. Cuman sayangnya aku lupa tepatnya dimana gak cocoknya.

Apalagi ada salah satu vendorku yang udah beli software tsb, trus gak dipake. Katanya sich gak bisa ngadopt transaksi retur. Walah !!

Trus adalagi 2 software POS gratisan yang udah kita coba juga. Tetep aja ujungnya sama, ada yang kurang.



Rata2 software itu kalo ada inventory, means gak ada laporan keuangan (gak ada akun, gak ada laporan cash flow, rugi laba, dll). Sebaliknya, kalo ada laporan keuangan, biasanya gak ada pencatatan inventory. Padahal kalo dipisah, berarti kudu nginput 2x. Walah !! Pertama males banget. Kedua, kemungkinan gak sinkron jadi gede. Padahal butuhnya computerize khan supaya sinkron, supaya kondisi di lapangan bisa dicek dan dicocokkan dengan data di komputer. Lha kalo komputernya aja gak sinkron, gimana mo make buat nyocokin yang di lapangan...

Jadinya kita niat banget pengen bikin Software POS Anugrah. Desain dan rancangan form, desain tabel, sudah lama dibuat. Desain sudah kita cek dengan beberapa kondisi transaksi di Anugrah, alhamdulillah, sudah ok (versi desain lho ya).

Trus rancangan akun juga sudah dibuat. Lumayan lama juga buat orang IF untuk belajar tentang akun. Hanya karena ngotot aja, dan semangat nggedein Anugrah, yang bikin kelar belajar akun otodidak. Sampai akhirnya desain software Anugrah supaya bisa ngeluarin laporan rugi laba juga sudah kelar.

Dan alhamdulillah, coding software tsb versi 1 sudah jadi. Software ini bisa menampung tentang inventori (jumlah stock, keluar masuk stock, stock di-off-kan, stock hilang, dll), pencatatan cash flow (bahkan pencatatan semua arus keluar masuk per akun), dan laporan rugi laba. Bahkan karena semua arus keluar masuk dicatat, nantinya kalau dikembangkan sampai report penjualan per merk, atau pembelian per merk, atau pembelian merk apa no berapa yang paling laris untuk periode tertentu, juga sudah bisa. Nantinya lho ya.

Sampai saat ini form standart saja yang sudah dibuat. Form penjualan (termasuk retur), pembelian, pindah barang antar toko, dan biaya. Form tambahan seperti update harga (ganti harga secara rancangan juga sudah bisa lho...), update akun, update barang, akan menyusul segera. Sementara sambil nunggu form tambahan selesai, kita update nya tembak langsung ke database.

Alhamdulillah, paling gak, akhir bulan ini kita sudah dapat ngeliat laba bersih dari perhitungan komputer.

Dan psst... saran dari yang ngoding, pengennya software ini gak usah dijual. Dan juga gak disimpen. Lho ?? Kata suami suruh dikasihkan gratis ke yang butuh. Aduh !! Tadinya aku gak setuju, mengingat buat bikin desainnya lumayan meres kemampuan. Belum belajar tentang akun yang perlu 3 tahun cause otodidak. Dari buku ke buku. Dari nanya satu orang lanjut ke orang yang lain. Trus kubilang juga ke suami, semua system untuk Anugrah tertuang ke software ini. Means kalo ada toko yang systemnya masih blank, dengan pake software Anugrah, bakalan kebantu banget. Nah, kita siap gak, kalo ada toko lain yang pake software kita, trus langsung meningkat pesat ngelampaui Anugrah.



Kata suami sich, gak papa. Toch kita dapat pahalanya. Nah lo !! Kalo udah nyangkut ke pahala, susyah dech.....

Anugrah GTA

Kali ini giliran foto Anugrah GTA yang mo mejeng.






Ini dua foto Anugrah GTA tampak depan, plus foto model kecil name Uthi :-)










Sebagian Anugrah tampak dalam. Rak yang dipake mantan rak Anugrah ITC Depok.


Stock lagi kosong. Padahal barusan ndatengin sekian karung. Cuman banyak keserap di Anugrah ITC Depok. Jadinya Anugrah GTA musti rela ngalah, nunggu stock baru datang lagi.









Anugrah GTA tampak samping, dipotret dari carport rumah. Hijau ya...









Ikutan mejeng ah... hihihi....


Mejengnya di depan gantungan yang sudah di-OFF khan. Itu lho, yang udah gak dijual lagi di Anugrah ITC Depok. Harganya ? Jangan tanya... dijamin murah abisss...

Penampilan Baru Anugrah ITC Depok

Alhamdulillah, akhirnya, kesampaian juga niat mo motret penampilan baru Anugrah di ITC Depok.

Foto pertama, di sebelah ini, terlihat Anugrah tampak depan. Neon box nya udah yang baru, dengan logo baru hasil kreasi saya sama suami. Bagus khan... :-)

.

* * *
Nah, ini tampak dari sudut hook-nya Anugrah, dengan salah satu sisi berupa anak tangga dengan dinding tangga dari kaca.

Nama Anugrah yang lama kita pasang di samping, buat jaga-jaga, kali' aja ada pelanggan loyal yang apalnya sama plang nama yang lama :-)
Logo di plang samping ini masih pake logo yang lama. Lebih keren logo yang baru khan...
* * *

Ini fotonya Rani, yang udah hampir setahun jagain Anugrah ITC Depok.

.

Trus, keliatan khan, rak toko yang sekarang cantik... :-)
Dan lebih rapi donk... Dan lebih bersih... Dan lebih chic... dan... Pokoke jauh lebih bagus lah. Gak percaya ? Coba aja ke sana....
.
* * *
.
.
.

.
Gak seru kalo gak nyantumin juga foto Anugrah pas rame, hihihi...
.
.
.
* * *
.
.
.
Buat perbandingan, supaya keliatan perubahannya, tak liatin juga foto toko sebelum dibenahi.

Keliatan khan, sisi yang hook, kita tutup dengan rak, supaya bisa naruh patung di atasnya. Karena kebetulan arus pengunjung munculnya dari sisi satunya. Sehingga saat itu, menurut kami wajib hukumnya naruh patung di sisi hook tsb. Setelah dibenahi, patung anak yang setengah badan itu ditaruh di atas rak di sisi depannya, tapi raknya mepet depan toko. Sehingga tetep keliatan sama pengunjung yang datang dari sisi tsb. Liat dech foto setelah pembenahan.


Ini rak yang lama. Karena sempet terjadi perubahan di tengah jalan (diperbanyak), jadinya gak sebagus yang di set dari awal.
Raknya tingginya gak sama. Trus juga ukurannya gak sama. Jadinya kesan gak rapi. Iya khan...

OK, segitu dulu ya untuk gambar foto Anugrah ITC Depok terbaru. Mo lunch dulu nich...