Thursday, April 16, 2009

Review Produk (5) : Baju Renang Rifa, Rizqy, Sulbi, D'Safa

Nah... akhirnya muncul juga kesempatan buat bikin review produk lagi. Kali ini baju renang yang dapat giliran buat di-review. Dan kebetulan merk baju renang yang pernah dan sedang dijual di Anugrah ITC Kuningan dan Anugrah ITC Depok adalah merk Rifa, Rizqy, Sulbi, dan D-Safa. Baju renang merk D'Safa cukup banyak yang suka. Namun distributor kami gak ngambil lagi, jadi ya terpaksa merk ini di-drop dari daftar barang yang dijual di Anugrah. Kata distributor-nya sih karena harga baju renang DSafa yang udah gak make sense lagi. Sedangkan baju renang merk Sulbi, juga idem, gak dijual lagi di Anugrah, dengan alasan yang hampir mirip, karena case distributornya yang pindah dari merk Sulbi ke merk Rizqy, dengan harga dan model yang sangat mirip. Jadi tinggal dua merk, Rifa dan Rizqy. Lihat gambar sebelah khan. Nha, yang motif barbie, yang dipake We, itu yang merk Rifa. Kalo yang biru, aku lupa. Kalo gak salah sih D'Safa. Sedangkan yang dipake Al sama Mut -- di foto di bawah, yang motifnya pink bunga2, itu merk Rizqy. Perbedaan model yang mudah dilihat ada di jilbabnya. Keliatan di foto khan ? Rifa dengan model jilbab 'topi pilot', sedangkan Rizqy mempertahankan model jilbab yang tetap lebar, dengan topi sebagai aksen dan penguat supaya jilbab gak terbang / lepas. Untuk model bajunya, Rifa mengeluarkan beberapa model : overall dengan bagian bawah celana panjang plus atasannya, atas dan bawah gabung jadi 1 pcs, dan atasan dengan ujung bawah hot pants, plus celana panjang. Sedangkan Rizqy mengeluarkan 2 model, gabung 1 pcs, dan terpisah atasan (yang bentuknya mirip kaos) dan bawahannya yang seperti celana panjang. Bahan dan motif kadang sama persis. Bahkan dulu pas masih ngambil D'Safa, kadang bahan ketiganya sama semua. Mungkin perbedaan ada di kualitas bahan polosnya, dan kerapihan dan kekuatan jahitan. Harga baju renang Rifa untuk yang dewasa perempuan, sekitar 200 ribu. Sedangkan merk Rizqy untuk item yang sama, 140 ribu. Jauh ya... Emang sih. Tapi diskon yang diberikan Rifa memang lebih besar juga, kalo dibandingkan dengan Rizqy. Jadi ujung2 nya, harga pokok terpaut gak jauh. Emang ada selisih sih, tapi khan ada 'rupa' juga. Trus yang disukai konsumen yang mana ? Hmm.. pertanyaan yang urgent, dan relatif. Hehehe. Di Anugrah ITC Depok, penjualan keduanya hampir sama. Kadang memang ada yang memilih Rizqy karena model jilbabnya yang lebih lebar. Ada juga yang milih Rifa karena model jilbabnya yang lebih chic. Ada yang milih Rizqy karena harganya. Tapi ada juga yang milih Rifa karena kualitasnya. Jadi ya kurang lebih lah. Lupa, tambahan sedikit gpp ya. Khusus untuk produk baju muslim pria, desain dari Rizqy yang 2 pieces sangat disukai. Produk ini memang special. Suami juga begitu lihat langsung suka. Enak dipakainya, dan gak berasa aneh. Nutup aurat dan sopan tetep dicapai, tapi juga tetep boleh dipakai di kolam renang yang sering nulis 'harus pakai pakaian renang'. Dan tetep enak dipakai lagi. Gak berasa pakai baju 'aneh'. Hehehe. Bagi yang berminat dengan produk2 ini, dapat menghubungi Anugrah dengan sms ke 0812 107 8685, atau klik di http://AnugrahBusanaMuslim.com.

Wednesday, April 15, 2009

Adaptasi Rumah

Sudah satu setengah tahun kami menempati rumah baru. Sebenernya bukan rumah baru juga sih. Tapi rumah bangunan lama, yang baru kami beli. Jadi buat kami, bisa dianggap sebagai rumah baru khan ?

Rumah lama dan rumah baru kami berdampingan komplek. Rumah lama kami, KPR BTN sejak tahun ntah kapan, yang jelas yang pada ngambil KPR itu sekarang udah padha punya cucu, yang cucunya lebih gede dari anak2 ku. Kebayang gak ? Gampangnya gini dech, rata-rata penghuninya lebih tua dari ortuku, dan tinggal disana bersama anak dan cucunya. Trus rumahnya hampir semuanya sudah dibangun full ngabisin tanah. Jadi crowded banget.

Kalau malem, banyak para tetangga yang masih ngerumpi di luar rumah. Ntar kalau jam 9 - 10, baru padha masuk rumah. Jadi kalau pas suami pulang malem, ngerasa masih banyak temen. Soale banyak yang ngobrol depan rumah, dan kedengeran sampai lt 2 rumah kami. Secara, khan rumahnya kecil2 dan berdempetan. Udah kebayang khan ?

Rumah lama kami itu, lantai bawahnya cuman buat lewat, buat aktivitas para mbak, dan nerima tamu. Hampir semua aktivitas keluarga ada di lantai atasnya, yang terdiri dari 2 kamar 3x3, satu kamar mandi, dan ruang keluarga 4x5. Karena kecilnya, jadi apapun yang dilakukan anak2 selalu dapat kami lihat. Belajar ya disitu, makan disitu, baca buku disitu, bahkan kamar mandi masih di area situ juga.

Kalau pagi, kami berebutan turun ke bawah untuk sholat shubuh di masjid, yang hanya selang 1 rumah. Setelah itu jalan2 pagi sambil ngobrol. Sholat maghrib dan isya juga sering jamaah di masjid. Yach... deket sich... Kalaupun Uthi (yang waktu itu masih bayi) nangis, gampang nyusulnya. Kadang kalo lagi gak bisa, kajian di masjid juga bisa didengerin dari rumah.

Rumah yang sekarang, Alhamdulillah, sangat besar menurut ukuran kami. Total ada 5 kamar, 4 kamar mandi, dan beberapa ruang lain. Di rumah yang dulu, dimanapun aku duduk bisa sambil ngeliatin anak2. Di rumah baru ini, kalo aku duduk di ruang tamu, ya hanya yang di ruangan itu yang keliatan. Anak2 yang kadang padha di kamar gak keliatan. Dan lebih susah lagi, kadang gak denger kalo dipanggil.

Tadinya kupikir di rumah baru ini, kami hanya perlu adaptasi dengan lingkungan yang baru, dengan tipical tetangga yang sangat berbeda dengan yang dulu. Tapi setelah satu setengah tahun, aku baru kepikir, sepertinya adaptasi dengan rumahnya juga perlu.

Kenapa ? Dulu kami terbiasa ada di satu tempat. Ya iyalah, lha wong gak ada tempat lain lagi. Jadi semuanya ya ambruk bruk di satu ruangan. Sekarang, karena begitu banyak ruangan dan masing2 cukup luas dan nyaman, jadinya anak2 (dan kami ortunya) berada di ruangan yang berasa nyaman untuk ativitasnya masing2.

Tadinya kita gak berasa pengaruhnya, dan merasa nyaman2 aja. Soale memang pas pindah rumah, kita set ruangan supaya semua ruangan terpakai dan enak digunakan. Tapi setelah satu setengah tahun, mulai berasa ada yang hilang. Keakraban dan kebersamaan antar anggota keluarga nggak kayak dulu lagi. Anak2 jadi lebih sering bertengkar. Kami, ortunya, jadi gak banyak interaksi dengan kegiatan anak2 lagi. Interaksi dan saling berbagi antar anak juga jauh berkurang.

Akhir2 ini efeknya begitu terasa. Tadinya kita bingung. Kenapa ya, kok jadi gini. Anak2 yang di lingkungan lama sering jadi contoh, sekarang bahkan sampai ada mbak yang pulang karena keusilan mereka. Trus direnungkan ulang, kita sampai pada dugaan karena kondisi rumah yang banyak ruang itu tadi, yang bikin anak2 jadi memang jarang saling berinteraksi. Akhirnya ruangan di atas kita tata ulang. Dibuat supaya ada lahan untuk berinteraksi, dan supaya semua bisa tergabung dalam satu ruangan. Hasilnya ? Belum kelihatan lah... hehehe... lha wong tata ulangnya baru hari ahad kemaren. Tapi insya Allah mengarah ke yang lebih baik.

Jadi, untuk yang sedang nyari rumah besar, pertimbangkan interaksi antar anggota keluarga. Buat ruangan2 yang tersedia tidak mengganggu interaksi dan kedekatan anggota keluarga. Soale, gimanapun, anggota keluarga lebih penting dari rumahnya khan ?


Gambar diambil dari sini