Wednesday, June 20, 2012

Jadi apa yang harus disiapkan ?

Masih pesantren series...

Kali ini pengen cerita apa aja sih yang perlu kita siapkan kalo mau masukin anak kita ke pesantren. Seperti biasa, tendensius dan subyektif, sehingga maybe valid hanya untuk case aku aja. Tapi minimal, sebagai gambaran kasar masih bisalah... karena based on apa yang aku rasakan, dan gak ada manipulasi sama sekali.

Pertama, persiapan mental anak.
Menurutku, jangan sampai anak masuk pesantren karena paksaan. Kalau mengarahkan (baca : ngebujukin) sampai anak 'ngerasa' berminat masuk ke pesantren, sah sah aja sih. Kasih tahu enaknya di pesantren, dan kasih tahu juga gak enaknya masuk pesantren. Infokan juga kenapa kok kita pengen dia masuk ke pesantren. Pokoke sampai anak ngerti apa dan kenapanya kita pengen dia masuk ke pesantren.
Anak perlu tahu enaknya, supaya memompa semangat dan keinginan dia untuk masuk ke pesantren. Tahu gak enaknya, supaya dia persiapan mental kalo yang gak enak itu terjadi. Jadi paling gak sudah ada tameng, gak begitu kejadian yang gak enak, trus anak kita langsung minta pindah sekolah, balik ke yang deket rumah. Sedangkan tahu tujuan kita masukin kesana, supaya dia tahu, visi dan misi masuk ke pesantren, sehingga minimal dia tahu arah yang sedang kita tuju.

Kedua, persiapan mental orang tua.
Nah, ini juga ternyata penting banget. Karena kalau ortu gak siap mental, begitu anak cerita macem-macem, yang muncul ikutan gak tega. Nangis bombay. Ujung-ujungnya, idem dech sama anaknya : tarik aja dech dari pesantren. Sementara namanya anak2, apalagi kumpul orang banyak, yang bener2 beda latar belakang dan budaya, terjadi konflik kayaknya udah pasti. Liat aja dulu pas kita baru2 nikah, konflik2 sepele lumayan banyak khan ? Itu padahal 'cuman' menyatukan 2 orang, 2 budaya, 2 latar belakang. Nah, anak2 kita ini, di pesantren, bareng dengan sekian anak dengan latar belakang beda2. Ya wajar aja kalau terjadi konflik.
Kalau persiapan mental ortu kuat, pas anak cerita, kita bisa stay cool (keren khan, dimata anak, cool gitu ortunya). Jadinya kiat bisa ngeredam dan nenangin anak, bukan malah menambah kepusingan dia.

Ketiga : persiapan dana.
Aku sering dapat pertanyaan atau pernyataan yang mengisyaratkan pengen masukin anak ke pesantren karena biaya yang lebih murah. Uff... ketahuilah... sama sekali enggak. Karena, kalo aku, jadwal wajib nengok anak minimal sebulan sekali. Jelas perlu biaya buat ongkos transport. Belum jajan + bekal makan siang buat adek2 nya. Belum tentengan buat yang di pesantren, plus bekal buat dia sampai sebulan ke depan. Ujung2nya... gede juga... Cuman bisa dicicil tiap bulan :-)

Keempat : persiapan tenaga.
Kalau anak sudah masuk pesantren, otomatis jadwal nengok jadi agenda tambahan kita. Awal2 seminggu sekali. 2 minggu sekali. Sampai menthok di sebulan sekali. Anggaplah disana 2 - 3 jam. Nah, tinggal dihitung dan diperkirakan dengan lama perjalanan, kira2 seberapa banyak tenaga yang kudu disiapkan.

Kelima : biasakan cross check.
Bukan berarti gak percaya sama anak kita. Tapi wajarlah, kalau karena emosi, maka cerita dari anak kita tendensius. Makanya kita kudu cross check minimal ke wali asrama, ke sesama orang tua murid, dll. Ini juga berlaku kalau kita dapat cerita dari ortu temen anak kita, jangan lupa juga cross check ke anak kita dan wali asrama. Jadi minimal balance, kita gak terpancing emosi.

Ketujuh : tetaplah berkomunikasi dengan anak.
Dulu aku bingung, kalo di pesantren, gimana cara kita untuk tetep berkomunikasi dengan anak2. Untuk tetap mengarahkan anak2. Karena globalnya tentu saja kita satu tujuan dengan pesantren, tetapi tujuan detilnya, bisa saja berbeda. Karena khan tujuan pesantren itu mengadopt keinginan semua anak + ortu.
Ternyata, meskipun anak kita di pesantren, jauh di mata, tetapi ternyata komunikasi, arahan dari ortunya, tetap sangat berperan. Bagaimana kita memotivasi dia pada saat nengok. Bagaimana kita mengarahkan pada saat dia ada masalah. Apa pilihan2 yang dia punya untuk menggapai tujuan. Dll.

Kedelapan... hmm... kayaknya yang utama tujuh biji itu. Sisanya persiapan teknis, ini menyesuaikan saja dengan list dari pesantren. Ada juga yang gak ada list, tapi perlu, misalnya : box container yang paling gede, file cabinet yang plg kecil spy bs masuk lemari, hanger, dll.

That's all... Semoga bermanfaat...


Persiapan Kak Iv Masuk Pesantren

Kali ini giliran persiapan yang kedua, kak Iv, masuk pesantren. Suasananya beda dengan pas kak Al masuk pesantren. Kalo dulu, baik aku maupun Al nya, memang mantep mo masuk ke pesantren, tapi jauh di dalam lubuk hati... kita masih gonjang ganjing. Bukan bimbang milih pesantrennya, tetapi lebih karena mau pisahnya. Sehingga semua persiapan kebutuhan Al di-pack-ing mepet pas mau berangkat.

Beda lagi casenya dengan Iv. Anak keduaku ini, begitu semangatnya masuk pesantren. Sampai-sampai abinya yang mencoba ngebujuk supaya di SMP NF aja yang deket rumah, ditolak mentah-mentah. Gak mau sama sekali. Padahal dia satu-satunya dari SD NF yang masuk ke HK.

Sampai aku juga bilang, jangan dibayangkan pesantren itu sebegitu serunya. Gak enak kok... Pesantren itu berarti jauh dari umi abi. Mau makan enak gak bisa. Mau tidur sepuasnya gak bisa. Mau baca buku sepuasnya juga gak bisa. Pokoke gak enak dech...

Tapi tetep aja anaknya penuh semangat mau ke HK. Sampai aku bilang... apa sih yang diceritain kak Al sampai kak Iv semangat banget. Jangan terlalu percaya, itu khan seru versi kak Al. Aslinya belum tentu.

Tapi dasarnya kak Iv.. tetep semangatnya penuh, gas poll...

Nah, karena semangatnya yang 200% persen itu juga, Iv dengan begitu gembira menyiapkan semua keperluannya. 2 box container plastik terbesar yang kita beli buat barang2 dia di pesantren, udah hampir penuh. Mulai dari baju, jilbab, peniti, sampai sikat baju udah dia siapkan. Makanan, gelas, piring, sendok, garpu, pokoke lengkap lah.

Aku yang jadi agak khawatir. Karena kalo persepsi 'bagus banget', ternyata realisasi mentok di 'bagus', maka meskipun levelnya bagus, jadi keliatannya 'jelek'. Tapi kalo persepsinya 'gak enak', trus ternyata realisasinya 'bagus', maka yang terasa akan 'sangat bagus'.

Semoga Iv gak ketinggian mempersepsikan, sehingga dia nyaman berada di sana... Amien...