Monday, July 22, 2024

GIIAS

Kemarin untuk pertama kalinya kami ke GIIAS. Dan fyi, kami gak biasa ke pameran apapun. Gak nyaman dengan begitu banyaknya orang dan parkir yang susah. Tapi karena ini GIIAS, plus mobil dah cukup berumur, plus kabarnya di GIIAS banyak diskon + tawaran macam2. Jadilah kami sepakat berangkat.

Perjalanan lancar. Parkir di IEC full, jadi kami hanya dapat parkir dekat Editown 2, ke lokasi GIIAS pakai shutte. Masih nyaman lah. Nah turun dari shuttle yang kaget. Roame pol. Kalau GIIAS serame itu, kek gimana PRJ ya..

Udah gitu, masuknya dr hall 11, yang isinya truk dan motor. Dan gak ada peta yg bs diminta kek di dufan gitu. Wajar sih, ini kan pameran ya. Gak worth kali ya cetak peta kek gt. Untung ada cukup banyak panitia yang informatif sehingga tidak begitu lama kami sampai juga di hall 5 sd 3A, lokasi brand2 mobil yang kami tuju.

Lumayan nyaman sih, dan memang enak, karena kita bisa melihat dan membandingkan langsung berbagai brand mobil. Mobil yang jadi tujuan utama kami ke GIIAS ternyata mengecewakan, fitur dan interior nya tidak sesuai dengan harga yang dibandrol. Juga gak sesuai dengan ekspektasi kami. Padahal lokasi booth nya lmyn mencil loh, dan kami sejak pintu masuk khusus langsung menuju ke booth ini. Tapi yasudlah.

Mulai lah kami melihat2 brand lain dengan tipe mobil yang sejenis dan budget yang seperti yang kami inginkan. Karena memang brand mobil yang dipamerkan sangat banyak, plus masing2 brand juga menampilkan tipe mobil yang banyak, jadinya kami fokus hanya pada brand2 tertentu, plus tipe yang sesuai budget kami.

Dan dari lihat2 di GIIAS itu, yang tadinya pilihan utama A, dan opsi berikutnya B dan C. Eh, tahu2 belinya Z :-)

Kenapa ? Interior bagus, Fitur banyak, Diskon gede pol, ini pulang dari GIIAS sudah kita cek ke beberapa dealer, ternyata diskon yang kita dapat di GIIAS memang oke. Bisa trade in, bisa cicil syariah dengan bagi hasil yang khusus promo GIIAS juga. Plus tanda jadinya gak gede.

Dah gitu aja dulu. Mau rapat lagi :-)

Tuesday, December 12, 2023

Kolesterol

Sudah hampir 10 tahun, setiap GCU, kolesterolku selalu 240. Tapi gak ada keluhan berarti. Jadi aku juga cuek saja. Apalagi kata bu dokter kalau gak ada keluhan gak perlu minum obat.

Nah, kemarin lagi iseng. Mumpung bu dokter lagi di rumah, jadi pengen aja di cek. Tapi karena gak ada keluhan, dan iseng aja supaya kek diperhatiin gt sama anak2, jadinya aku cuman cek tensi sama kolesterol. 

Eeehh... tahu2 kolesterolnya 200. Turun dari 240 yang sudah bertahan selama 10 tahun, gak naik gak turun. 

Jadi pikir2, dan terus heran. Karena relatif makan tetap, gaya hidup juga tetap. Olah raga ya gitu2 aja, gak ada yang spesial yang sudah tak lakukan untuk menurukan kolesterol. Jadi kenapa bisa turun ?

Tahu2 bu dokternya bilang, umi sekarang sudah lebih ikhlas kali, gak gampang sakit hati an...

Hah ? Emang bisa ya ? Ngaruh ya ke kolesterol ?

Tapi kalau dipikir2, iya sih, alhamdulillah... 

Sekarang banyak pencerahan sepertinya. Kek yang pernah tak tulis di blog ini juga, aku sempat ngalamin jatuh bangun dengan ujian2 Nya.

Sekarang jadi jauh lebih -- dan masih berusaha terus -- untuk menerima ketetapan - Nya.

Kalau ada yang nyakitin aku, berusaha langsung ingat, bahwa sebenarnya Allah lah yang sedang mengujiku. Dan orang itu hanya sarana. Kalaupun dia tidak melakukan, maka Allah akan menghadirkan orang lain yang akan menjalankan peran untuk ujianku. Jadi aku gak perlu marah2 ke ybs gak perlu juga sakit hati. Karena Allah yang menghadirkan ujian itu untuk perbaikanku.

Fokus pada konteks nya, pada ujian yang diberikan-Nya, pada proses pembersihan jiwa yang perlu terus aku lakukan. Dan jangan tergeser dengan objek yang menjadi sarana Allah untuk proses ini.

Begitu pula sebaliknya, kalau mendapat kenikmatan, selalu berusaha mengingat bahwa Allah lah yang memberikan kenikmatan itu, sehingga sedih tidak terlalu sedih, dan gembira juga tidak berlebihan. Dan gak sombong juga, gak riya, karena semua kemampuan juga hanya karena diberikan oleh Allah.

Jadi, kalau mau menurunkan kolesterol, bisa tuh dicoba. Selamat berjuang :-)

Friday, October 20, 2023

Perimenopause

 Dulu kala, pernah berharap banget menopause datang lambat2 saja. Sampai suatu saat, ibuku kena kanker -- alhamdulillah sekarang sudah sembuh -- dan saat itu barulah dirunut silsilah ke atas. Ternyata memang cukup banyak riwayat kanker di keluarga besar kami, terutama yang wanita. Dengan kata lain, aku beresiko tinggi untuk terkena kanker.

Apa hubungannya dengan menopause ? Karena saat itu juga aku baru tahu, kalau menopause sehat di usia 45 - 55 th. Kalau setelah usia tadi masih belum menopause, maka resiko kanker akan lebih tinggi.

Maka jadilah aku sekarang menunggu masa2 menopause, menjelang menopause, atau istilahnya perimenopause. Tapi kalau aku dengan anak2, kami buat istilah : menipeese (baca : menipis).

Apa gejala menopause ? Katanya sih beda2 ya, tergantung kondisi setiap orang. Ya iyalah, kalau kondisi saat mens aja beda2, gimana kondisi menjelang menopause.

Di aku, yang jelas sering sakit kepala, terutama kalau menjelang mens. Ini gak kebayang sebelumnya. Karena aku dulu hampir gak pernah sakit kepala. Kadang sakit banget sampai harus disandarkan terus kepalanya, kadang berlangsung cukup lama, tapi kadang sakit kepalanya gak gitu berat dan cuman sebentar. Dan sakit kepala ini tiba2 saja datangnya, perginya juga tiba2 saja. Gak ada tuh oh karena kemarin kehujanan, jadi sekarang sakit kepala. Atau oh karena bangun tidur, jadi sakit kepalanya ilang. Gak tuh. Semua sepertinya tiba2. Tahu2 sakit kepala, dan nanti tahu2 juga hilang. Tanpa obat, tanpa terapi.

Gejala lain, jadi cepat capek, pegal2. Dulu aku sering mengerjakan banyak hal. Bayangkan aja, di masa anak2 yang 3 orang itu kecil2 plus 1 bayi belum setahun, aku bekerja, sambil buka usaha. Gak tanggung2, 3 offline + 1 online. Plus produksi sendiri dari nol, dengan ngajarin jahit mbak yang biasa momong anak2. Benar2 dari nol. Kebayang kan gimana pontang pantingnya aku dulu. Saat itu gak berasa pontang panting sih, cuman berasa memanfaatkan waktu dengan optimal.

Nah, sekarang tuh, semangat sih masih ada ya. Tapi begitu sehari aku (terlalu) semangat seperti dulu, maka besoknya aku ambruk, kecapekan. Lemas. Makanya sekarang kudu bener2 tahu diri, menjaga diri sendiri, sadar diri kalau umur sudah mau setengah abad. Semangat boleh, tapi kudu tetap ingat umur. 

Makanya sekarang kan lagi merintis lagi nih jadi produsen baju renang ya, mana semuanya masih ditangani sendiri karena aku masih berharap bisa paham dulu semua prosesnya, sehingga pada saatnya punya karyawan nanti bisa tak ajari. Jadinya banyak2 slow down dulu deh, menahan diri, walaupun banyak tawaran untuk meningkatkan bisnisnya, tapi sementara aku rem dulu. Gpp, bisnis yang terlalu cepat berlari, terlalu tinggi spec mesin, sementara body nya belum siap, kemungkinan untuk rontok juga lebih besar. 

Thursday, August 31, 2023

Adil pada Anak

 Saya pernah dipangil psikolog sekolah, saat itu anak saya kelas 6 SD. Karena memang sebelumnya saya tahu ada program Pendidikan seksualitas di sekolah, jadi saya pikir semua dapat panggilan seperti saya. Tapi sudah mulai agak heran ketika saya ditelpon terus dan dipastikan kehadirannya.

Okelah, saat terima rapor, saya mampir ke psikolog memenuhi undangan. Dan tiba2 psikolog  bilang : Anak ibu terpapar pornografi.

Tersambar petir di siang bolong. Tapi saya masih waras. Okelah, kudu sabar dan tenang. Bisa jadi psikolog ini benar, tapi bisa jadi tidak. Adem dulu. Sambil berpikir apa yang musti saya lakukan.

Saya tanya psikolognya, tahunya dari mana.

Kata psikolog, sebelumnya ada wawancara dengan semua anak. Dan anak saya termasuk yang terindikasikan terpapar pornografi.

Hmm, ok. Saya tanya lagi, Bagaimana teknis wawancaranya ?

Psikolog : sebenarnya bukan saya sendiri yang melakukan wawancara, tetapi ada volunteer yang membantu. Anak2 berkumpul beberapa orang, diajak diskusi, dan diberi beberapa pertanyaan. Jawaban dan ekspresi mereka yang menjadi acuan apakah mereka terpapar atau tidak.

Ok, masih bisa diterima, tapi sudah satu catatan, psikolog tidak berinteraksi dan mengevaluasi langsung anak saya.

Saya kejar lagi, jawaban dan ekspresi seperti apa yang menjadi indikasinya ?

Psikolog : biasanya mereka terlihat malu atau menyembunyikan sesuatu.

Saya tanya lagi : Ada catatannya nggak ya, aapa jawaban anak saya dan bagaimana ekspresinya sehingga dia diindikasikan terpapar pornografi ?

Psikolog tampak membuka2 catatannya, dan menjawab : volunteer waktu itu bertanya ke anak2 : adakah yang pernah melihat gambar2 porno di hp atau gadget lain. Dan anak ibu menjawab pernah.

Hmm, masih make sense buatku, Bukankah kalua kita googling atau main games memang suka ada aja iklan2 aneh muncul. Dan mungkin ukuran porno ini relative. Sesuatu yang wajar di mata orang lain, bisa jadi sudah dianggap porno oleh anak saya Kenapa saya yakin, feeling orang tua yang dekat sama anaknya 😊

Jadi saya kejar lagi, Bagaimana ekspresi anak saya setelah menjawan itu ? Apakah dia tampak malu atau menyembunyikan sesuatu ?

Psikolog membuka catatan lagi, tidak sih bu, anak ibu hanya menjawab seperti itu. Ekspresinya tampak wajar.

Ooohh… Syukur alhamdulillah kalau begitu.

Saya sampaikan ke psikolognya, kalua kondisinya begitu bu, bisa jadi bukan anak saya terpapar pornografi, tetapi justru dia terlalu polos sehingga dia menyampaikan apa adanya, yang mungkin untuk anak seusia dia tergolong wajar, sementara untuk anak saya, gbr2 seperti itu sudah masuk ranah pornografi.

Keluar dari ruang psikolog, saya berpikir keras, bagaimana cara diskusi dengan anak saya, supaya dia tidak merasa dituduh, tapi dia mau menyampaikan apa adanya.

Akhirnya saya cerita, tadi umi dipanggil psikolog, Katanya adek terpapar pornografi karena pas ditanya pernah lihat gambar porno nggak, adek jawab pernah.

Tak amati ekspresi dia, ternyata ekspresinya kesel abis, trus dia ngomel, kan ditanya pernah lihat gambar porno nggak, ya jawab iya lah, kan pernah lihat, Masak bohong. Kan drama2, games, juga suka muncul. Tapi kan gak dilihat sama kita, tapi kelihatan.

Dari sana aku langsung lega, anakku alhamdulillah masih aman, Dan sekarang, 6 tahun setelah itu, kejadian ini masih menjadi bahan lelucon di keluarga kami.

Setiap Anak Istimewa

 Saya punya anak 4 yang masing-masing berbeda. Sebelum membahas tentang sifat, kita lihat dari kacamata pendidikan formal dulu yang biasanya jadi standard ukuran sebagian besar kita. Jelas kepandaian setiap orang berbeda. Kebetulan anak saya ada yang sangat pintar, dan ada juga yang (saat itu) rata2.

Tapi jangan salah, semua harus dilihat utuh. Jadi saya sampaikan ke setiap anak saya, masing2, bahwa setiap anak punya kelebihan dan kekurangan. Jadi gak usah sombong, dan juga gak usah minder. Karena modal itu pemberian Allah, termasuk modal kepandaian. Tetapi Allah menilai prosesnya, bukan seberapa modal kita, tetapi seberapa jauh kita sudah melangkah maju.

Ada anak yang dikasih modal pinter 80 dari skala 100. Tapi ada juga yang dikasih modal pinter (hanya) 40 dari skala yang sama. Tentu saja bagi mereka yang dikasih Allah modal 40, akan sangat sulit dan tertatih-tatih hanya untuk mencapai  75, yang bahkan masih di bawah mereka yang sejak awalnya modalnya 80.

Tapi Allah Maha Adil. Kalau yang sejak awal modalnya 80 alias pinter luar biasa tanpa harus capek2 belajar, terus dia dapat nilai 100, maka usaha dia di mata Allah bernilai 20. Ya donk, kan modalnya sudah 80. Tapi bagi mereka yang susah payah ngedapetin nilai 75 sementara modal awalnya 40, maka usaha capek2 dia beajar mendapat nilai 35 di mata Allah. Jadi meskipun dalam pandangan manusia nilai dia cuman 75, tapi di mata Allah nilainya lebih tinggi.

Yang dapat modal pandai, tidak perlu terheran2 karena yang lain diterangin masih gak paham2. Yang sudah belajar jungkir balik ternyata nilainya masih mepet juga gak perlu kagum berlebihan dengan mereka yang nilainya bagus tanpa belajar. Kagum lah dengan proses yang sudah dilakukan.

Karena itu untuk mendidik anak2, jangan hanya melihat hasil akhirnya. Kenali anak dengan baik, dimana kelebihan dan kekurangannya. Dukung kelebihannya, bantu untuk mengangkat kekurangannya. Jangan membanding-bandingkan anak satu sama lain. Apalagi dengan anak orang lain, Karena setiap anak itu berbeda, setiap anak istimewa degan kelebihan dan kekurangannya masing2.