Showing posts with label Pengembangan Diri. Show all posts
Showing posts with label Pengembangan Diri. Show all posts

Tuesday, July 29, 2025

Dunia itu ketetapan

 Sering denger kalimat : dunia itu ditetapkan, sementara akherat itu diperjuangkan. Sering  denger kan ?

Aku juga. Tapi ternyata, paham dengan kalimat ini baru-baru ini. Itupun kalau sekarang sudah bisa dibilang paham. Mungkin memang perlu bertahap utk paham ya. Sesuai peningkatan iman kita. Sesuai kapasitas kekuatan kita.

Setelah berbagai ujian menerpa, dan setelah mendengarkan berbagai kajian, baru sedikit2 kami paham.

Dunia itu ditetapkan. Apa impactnya ? Dilakukan saja sesuai porsinya. Karena porsi inilah yang diberikan Allah ke kita. Pada saat itu. Pada saat yang lain bisa jadi berbeda. Tapi pada saat itu, porsi kita yang diberikan Allah itu. Jadi lakukan saja sesuai porsinya.

Aku pernah ngotot melebihi porsiku. Saat itu walaupun bukan mengejar uang (yang nota bene dunia sering dinisbatkan ke uang), tp mungkin aku mengejar aktualisasi diri. Mengejar pengakuan. Penerimaan. Dan mengejar penasaran : apakah aku bisa. Dan itu dunia.

Apa yang terjadi ?

Masalah menimpa. Bolak balik. Bertumpuk2. Dan karena merasa gak mengejar uang, juga gak mengejar jabatan, ego ku masih merasa : aku gak mengejar dunia kok... Kan manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain..

Baru akhir2 ini aku sadar, itu hanyalah excuse. Atau bisa jadi karena pemahamanku dan kualitasku masih segitu. Ternyata 'yang paling bermanfaat' ini juga perlu di framing dulu bahwa dunia itu ketetapan, sedangkan akherat itu diperjuangkan.

Jadi sekarang ini, sebelum memaksimalkan usaha dan nge gas habis, cek dulu, ini dunia atau akherat. Kalau dunia, ya kerjakan sesuai porsinya, karena Allah memang lebih senang porsiku disitu segitu. 

Tapi kalau akherat, nah, gas pol, usahakan maksimal. 



Tuesday, December 12, 2023

Kolesterol

Sudah hampir 10 tahun, setiap GCU, kolesterolku selalu 240. Tapi gak ada keluhan berarti. Jadi aku juga cuek saja. Apalagi kata bu dokter kalau gak ada keluhan gak perlu minum obat.

Nah, kemarin lagi iseng. Mumpung bu dokter lagi di rumah, jadi pengen aja di cek. Tapi karena gak ada keluhan, dan iseng aja supaya kek diperhatiin gt sama anak2, jadinya aku cuman cek tensi sama kolesterol. 

Eeehh... tahu2 kolesterolnya 200. Turun dari 240 yang sudah bertahan selama 10 tahun, gak naik gak turun. 

Jadi pikir2, dan terus heran. Karena relatif makan tetap, gaya hidup juga tetap. Olah raga ya gitu2 aja, gak ada yang spesial yang sudah tak lakukan untuk menurukan kolesterol. Jadi kenapa bisa turun ?

Tahu2 bu dokternya bilang, umi sekarang sudah lebih ikhlas kali, gak gampang sakit hati an...

Hah ? Emang bisa ya ? Ngaruh ya ke kolesterol ?

Tapi kalau dipikir2, iya sih, alhamdulillah... 

Sekarang banyak pencerahan sepertinya. Kek yang pernah tak tulis di blog ini juga, aku sempat ngalamin jatuh bangun dengan ujian2 Nya.

Sekarang jadi jauh lebih -- dan masih berusaha terus -- untuk menerima ketetapan - Nya.

Kalau ada yang nyakitin aku, berusaha langsung ingat, bahwa sebenarnya Allah lah yang sedang mengujiku. Dan orang itu hanya sarana. Kalaupun dia tidak melakukan, maka Allah akan menghadirkan orang lain yang akan menjalankan peran untuk ujianku. Jadi aku gak perlu marah2 ke ybs gak perlu juga sakit hati. Karena Allah yang menghadirkan ujian itu untuk perbaikanku.

Fokus pada konteks nya, pada ujian yang diberikan-Nya, pada proses pembersihan jiwa yang perlu terus aku lakukan. Dan jangan tergeser dengan objek yang menjadi sarana Allah untuk proses ini.

Begitu pula sebaliknya, kalau mendapat kenikmatan, selalu berusaha mengingat bahwa Allah lah yang memberikan kenikmatan itu, sehingga sedih tidak terlalu sedih, dan gembira juga tidak berlebihan. Dan gak sombong juga, gak riya, karena semua kemampuan juga hanya karena diberikan oleh Allah.

Jadi, kalau mau menurunkan kolesterol, bisa tuh dicoba. Selamat berjuang :-)

Friday, October 20, 2023

Perimenopause

 Dulu kala, pernah berharap banget menopause datang lambat2 saja. Sampai suatu saat, ibuku kena kanker -- alhamdulillah sekarang sudah sembuh -- dan saat itu barulah dirunut silsilah ke atas. Ternyata memang cukup banyak riwayat kanker di keluarga besar kami, terutama yang wanita. Dengan kata lain, aku beresiko tinggi untuk terkena kanker.

Apa hubungannya dengan menopause ? Karena saat itu juga aku baru tahu, kalau menopause sehat di usia 45 - 55 th. Kalau setelah usia tadi masih belum menopause, maka resiko kanker akan lebih tinggi.

Maka jadilah aku sekarang menunggu masa2 menopause, menjelang menopause, atau istilahnya perimenopause. Tapi kalau aku dengan anak2, kami buat istilah : menipeese (baca : menipis).

Apa gejala menopause ? Katanya sih beda2 ya, tergantung kondisi setiap orang. Ya iyalah, kalau kondisi saat mens aja beda2, gimana kondisi menjelang menopause.

Di aku, yang jelas sering sakit kepala, terutama kalau menjelang mens. Ini gak kebayang sebelumnya. Karena aku dulu hampir gak pernah sakit kepala. Kadang sakit banget sampai harus disandarkan terus kepalanya, kadang berlangsung cukup lama, tapi kadang sakit kepalanya gak gitu berat dan cuman sebentar. Dan sakit kepala ini tiba2 saja datangnya, perginya juga tiba2 saja. Gak ada tuh oh karena kemarin kehujanan, jadi sekarang sakit kepala. Atau oh karena bangun tidur, jadi sakit kepalanya ilang. Gak tuh. Semua sepertinya tiba2. Tahu2 sakit kepala, dan nanti tahu2 juga hilang. Tanpa obat, tanpa terapi.

Gejala lain, jadi cepat capek, pegal2. Dulu aku sering mengerjakan banyak hal. Bayangkan aja, di masa anak2 yang 3 orang itu kecil2 plus 1 bayi belum setahun, aku bekerja, sambil buka usaha. Gak tanggung2, 3 offline + 1 online. Plus produksi sendiri dari nol, dengan ngajarin jahit mbak yang biasa momong anak2. Benar2 dari nol. Kebayang kan gimana pontang pantingnya aku dulu. Saat itu gak berasa pontang panting sih, cuman berasa memanfaatkan waktu dengan optimal.

Nah, sekarang tuh, semangat sih masih ada ya. Tapi begitu sehari aku (terlalu) semangat seperti dulu, maka besoknya aku ambruk, kecapekan. Lemas. Makanya sekarang kudu bener2 tahu diri, menjaga diri sendiri, sadar diri kalau umur sudah mau setengah abad. Semangat boleh, tapi kudu tetap ingat umur. 

Makanya sekarang kan lagi merintis lagi nih jadi produsen baju renang ya, mana semuanya masih ditangani sendiri karena aku masih berharap bisa paham dulu semua prosesnya, sehingga pada saatnya punya karyawan nanti bisa tak ajari. Jadinya banyak2 slow down dulu deh, menahan diri, walaupun banyak tawaran untuk meningkatkan bisnisnya, tapi sementara aku rem dulu. Gpp, bisnis yang terlalu cepat berlari, terlalu tinggi spec mesin, sementara body nya belum siap, kemungkinan untuk rontok juga lebih besar. 

Tuesday, June 20, 2023

Kembali...

Dulu kala, pernah mendapat ilmu untuk menerima semua ketetapan Allah... 

Tapi setelah 25 tahun berlalu, digempur kehebohan dunia, dan kesombongan karena merasa bisa, merasa lagi hebat, lupa lah aku dengan semua ilmu yang pernah diajarkan. 

Alhamdulillah Allah masih sayang. Meskipun jatuh bangun, jatuh bangun, dan trus aja aku jatuh lagi, meskipun tertatih-tatih, Allah masih berkenan untuk membimbing aku, meluruskan lagi jalanku... Dan bersyukur pada guru2 yang gak bosan2 mengingatkan aku...

Insya Allah tahun depan dapat porsi untuk berangkat haji. Dan jadi ingat dengan pelajaran2 dulu kala, diminta bersiap, karena kalau memang Allah menghendaki aku berangkat haji, maka Allah akan membersihkan aku untuk persiapannya, Supaya pas haji sudah siap, supaya pas haji nanti mendapat ridho-Nya. Bismillah... semoga kali ini aku bisa lebih kokoh dengan semua ujian, sehingga tetap fokus pada ridho-Nya... aamiin...

Sering diingatkan, biasakan menganggap dunia itu kecil. Trus pas lagi ngerasa dunia itu kecil, pas lagi ngerasa dekat2 nya, pas lagi ngerasa benar2 bersyukur dan ridho dengan semua ketetapan-Nya, seperti biasa, muncullah ujiannya. Yang dikatain lah, yang dijulidin lah, yang tidak dianggap bisa lah, macam2. Dan ternyata, meskipun pas lagi ngerasa dekat2 nya, semua yang terjadi tetap butuh waktu untuk membuat hati tetap tenang dan gembira. Tetap saja semua gempuran itu membuat aku oleng dulu, ambruk, dan tertatih untuk berusaha bangun lagi, 

Tapi at least, sekarang sadar... kalaupun aku tampak bisa, Allah yang menginginkan aku tampak bisa... Allah lah yang memberi kemampuan kepadaku sehingga bisa. Tanpa-Nya, jelas aku gak bisa apa2.

Dan kalaupun ada begitu banyak orang membuat skenario negatif untuk aku, tidak akan terjadi kecuali Allah menghendakinya. Dan sebaliknya, kalaupun ada begitu banyak orang membuat skenario untuk mendukung aku, gak akan aku berhasil didukung kalau tanpa ijin-Nya. 

Kata Gus Baha, hidup itu gak perlu sulit2. Cukup menerima saja. Kita hanya diminta untuk ridho dengan semua ketetapan-Nya. Fastabiqul khoirot... 

Thursday, April 18, 2013

No comfort in growth area, no growh in comfort area

Itu cuplikan yang tak dapat dari majalah sekolah HK pas terakhir nengok pekan kemarin. Quotes yang bagus ya... No comfort in growth area, no growth in comfort area. Gak ada kenyamanan pada saat sedang berkembang, dan gak ada perkembangan pada saat kita nyaman.

Terlalu ekstrim dikit sih. Mustinya bukan 'no' ya, tapi 'less'. Cuman kalau diganti less, kalimatnya jadi kurang bombastis. Kurang mengena. Makanya aku masih pake cuplikan aslinya : no.

Kalau kita sedang berkembang, maka sudah sunnatullah kenyamanan itu berkurang. Dan kebalikannya, kalau kita bertahan berhenti pada area yang membuat kita sudah merasa nyaman, maka sebenarnya pada saat itu perkembangan kita berhenti.

For example, diskusi yang tak lakukan dengan Iv. Meskipun dia juga comfort di HK, dia betah di HK, tapi gak dipungkiri lah, kalau dibandingkan lebih nyaman mana di HK atau di rumah, pasti dia jawab nyaman di rumah. Yaiyalah... gimana enggak... internet bisa diakses kapan saja. Mau beli buku tinggal bilang. Makan bebas memilih. Mbak stand by. Dan bisa ketemu umi setiap saat.:-)

Di HK...  mekipun ada laundry, tapi urusan ngeberesin lemari tetep Iv sendiri. Jumlah baju yang di laundry juga dibatasi. Ngeberesin tempat tidur juga kudu sendiri. Belum piket harian. Makan memang tersedia, tapi menunya tahu sendiri khan... Kantin juga ada, tapi jelas terbatas. Sate gak mungkin lah ditemukan di kantinnya. Trus persediaan makanan kecil + minuman juga dibatasi maksimal 1 box untuk sebulan. Keluar kudu ijin dan maksimal sebulan sekali doank. Pulang ? Wuaaa... jangan tanya... hampir gak mungkin buat minta ijin. Cukup 2x setahun saja...

Dari sisi waktu dan tenaga juga. Di rumah dia punya begitu banyak waktu luang. Sampai sisa2. Fyi, Iv ini, di rumah aku gak pernah liat dia belajar, tapi nilainya selalu bagus. So, gimana waktunya gak nyisa2...lha wong dia gak pernah belajar... kursus juga tak batasi. Cuman renang sama piano klasik. Waktu sisanya dipakai buat baca buku cerita dan tidur2 an :-)

Nah... beda lagi di HK... berapa kali Iv ini ribut masalah kegiatan yang waktunya tumpang tindih. Sebagai gambaran, untuk sekolahnya aja, kurikulum di HK jauh lebih banyak dari di sekolah umum. Hampir 2x lipat karena ada muatan agamanya. So, waktu yang dibutuhkan untuk sekolah sekitar 2x lipatnya khan. Belum dia kita minta untuk ikutan kelas khusus tahfidz, karate, dan kelas khusus olimpiade. Juga kita sampaikan kalau kita berharap dia aktif ikutan ngurus organisasi yang ada di HK. Jadi kebayang... waktu dia memang super padet disana. Dan... ternyata Iv dengan waktu yang super padet, dia juga masih sempet bikinin aku rajutan tempat HP yang imoet dan cute hasil dia belajar ngerajut sama temen2 di HK.(Tx a lot ya kak Iv... rajutan HP nya umi pake terus neh... )

So... udah kebayang belum betapa gak comfortnya HK kalau dibanding di rumah....

Tapi.... jelas Iv juga sangat sadar... kalau growth yang dia dapatkan di HK jauh lebih besar daripada kalau dia di rumah. Jadi dia rela comfortnya turun sebagai 'bayaran' atas naiknya growth. Bahkan turunnya comfort ini masih gak sebanding dengan kenaikan growth yang didapat.

Jadi growth nya apa yang didapat di HK dibanding di rumah ? Banyaaakkk... Kalo ilmu udah jelas lah ya... Selain ilmu, hafalan Iv juga naik drastis. Management waktu yang lebih canggih. Melankolis yang langsung jauh berkurang. Kemampuan ngerajut tanpa kursus dan spare waktu khusus. Dan jadi lebih sayang ke keluarga. Lha jarang ketemu... khan kangennya jadii muncul :-)


Kalo kata Al pas dulu pernah tak komentarin yang mirip, dia bilang : pengorbanan menuntut ilmu 'Mi...
Pengorbanan untuk rela mengurangi comfort dalam rangka meraih growth yang lebih besar.

Semoga sukses dunia akherat ya anak2 ku yang solihat.... Amien....

Wednesday, March 20, 2013

Ikhlas...

Ikhlas... sudah sangat sering denger khan ? Bahkan sejak belum sekolah, jangan2 kata ikhlas sudah masuk ke telinga kita. Atau dibalik deh, kalo anak kita ada yang belum sekolah, pernah gak kita ngomong tentang keikhlasan ini ke mereka ?

Yup, ikhlas memang sudah familiar banget di telinga kita. Cuman... apa sih ikhlas itu ? Definisi, dan pemahaman tentang ikhlas, mestinya juga berkembang sesuai ilmu dan pemahaman kita. Kalau pas kecil kita tahunya ikhlas ya sebatas ngasih ke orang gak diungkit-ungkit, nah, sekarang semoga sudah semakin berkembang.

Orang yang ikhlas akan menganggap bahwa segala sesuatunya itu sebagai ibadah. Segala sesuatu yang dia lakukan akan bernilai sebagai amalan. Dan bagaimana itu ibadah ? Contoh paling gampang adalah sholat. Pada saat kita sholat, semarah apapun, sekesel apapun, yang keluar dari mulut kita adalah bacaan sholat. Gerakan kita hanya gerakan sholat. Itu doank... Gampang khan ? Hehehe.... gampang dicerna, tapi susah dilakukan. Terutama buatku. Jadi dalam kehidupan sehar-hari, seharusnya semarah apapun kita, sekesel apapun kita, tindakan yang kita lakukan, ucapan yang keluar dari mulut kita, hanya yang bernilai ibadah. Gak ada itu nggrundhel, ngrasanin, ngomel, dll. Bisa ? Hope so...

Trus... karena semua yang dia lakukan bernilai ibadah, maka orang yang ikhlas akan selalu gembira. Hidupnya akan tenteram. Gimana enggak ? Pada saat dia marah, dia bisa meredam, dan ambil sisi positifnya. Karena, kalau dia belum bisa meredam, pasti yang keluar bukan kata2 yang mengandung nilai ibadah.Ya khan...

Dan... orang yang ikhlas juga akan mendapatkan pahala sebelum dia berbuat. Enak khan... Karena perbuatan baik itu mendapat pahala pada saat niat sudah dilakukan, dan gak hanya pada saat perbuatan baik itu dilakukan. So... orang yang ikhlas, pada saat dia berniat untuk ikhlas, sudah mendapatkan pahala... dan dobel pahala pada saat dia benar2 melakukannya...

Tuesday, November 20, 2012

Satuan waktu dan kesempatan...

Ilmu terbaru yang barusan aku dapet... dan pengen sharing in my blog...

Hidup itu hanyalah kumpulan satuan waktu... potongan-potongan waktu, yang terintegrasi dalam satu kehidupan. Dalam setiap potongan waktu, Allah memberikan nikmat dan ujian-Nya, dengan situasi dan kondisi yang beraneka rupa.

Trus, apa yang perlu kita lakukan untuk setiap satuan waktu itu ?

Apapun yang datang pada kita, jadikan ia sebagai 'kesempatan'.

So, dalam setiap potongan waktu, kita tanya pada diri kita, apa yang terbaik yang bisa kita lakukan pada saat ini. Ingat, saat INI. Jadi kita memang fokus untuk melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan, sekarang, di setiap satuan waktu yang kita punya.

Dan anggap semua yang datang pada satuan waktu itu sebagai kesempatan. Apapun itu. Even apabila yang kita hadapi adalah berupa musibah, ujian... tetaplah anggap sebagai kesempatan.

Karena sesungguhnya, apapun yang datang, memang merupakan kesempatan yang diberikan Allah bagi kita untuk melakukan pembersihan, pengokohan, dan pengembangan diri kita.Dengan menganggapnya sebagai kesempatan, maka kita akan fokus pada diri kita sebagi subyek, dan bukan obyek.

For example...

Kalau dalam salah satu satuan waktu, tahu-tahu ada yang menjadikan kita sebagai obyek kemarahannya. So... what we can do ? Pertama, apa yang terbaik yang bisa kita lakukan...Hmm... banyak hal yang bisa dipilih, tapi ingatlah, selalu pilih yang terbaik yang dapat kita lakukan. Trus next... gak usah mikir kenapa ya dia kok njadiin kita sebagai obyek. Tapi cobalah berpikir, apa yang telah kita lakukan ya, sehingga Allah menjadikan kita sebagai obyek kemarahannya...

Urusan bahwa dia marah, biarkan itu menjadi urusan dia dengan Allah. Urusan kita adalah bagaimana menjadikan dan menganggap bahwa kita menjadi obyek kemarahan itu sebagai kesempatan yang diberikan Allah untuk perbaikan diri kita.

Karena gini, bisa jadi saat itu ada begitu banyak orang, dan ternyata yang 'terpilih' untuk menjadi obyek kemarahan adalah kita, dan bukan orang lain. Mengapa ? Karena Allah yang telah memilih kita untuk menjadi obyek kemarahan :-) Karena Allah memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Dan bisa jadi... kalaupun yang marah itu gak menjadikan kita obyek kemarahannya saat itu, bisa jadi Allah mengirimkan orang lain dengan case yang sama. Ya nggak ? ;-)

Binun gak ? Sammmaaa ;-)


Sepuluh kelompok...

Suatu hari sahabat-sahabat Dzun Nun mendapati beliau sedang menangis.

"Mengapa engkau menangis ?" kata mereka.

Kemarin malam ketika bersujud di dalam sholat, mataku tertutup dan akupun tertidur. Terlihat olehku Allah dan Dia berkata kepadaku :

Wahai Abul Faiz, Aku telah menciptakan semua makhluk terbagi dalam 10 kelompok. Kepada mereka Aku berikan harta kekayaan dunia. Semua berpaling kepada kekayaan dunia kecuali satu kelompok.

Kelompok ini terbagi pula menjadi sepuluh kelompok. Kepada mereka Aku berikan surga. Semuanya berpaling kepada surga, kecuali satu kelompok.

Kelompok ini terbagi pula menjadi sepuluh kelompok. Kepada mereka Aku tunjukkan neraka. Semua lari menghindar kecuali satu kelompok, yaitu orang-orang yang tidak tergoda oleh harta kekayaan dunia, tidak mendambakan surga, dan tidak takut pada neraka.
Kepada mereka Aku bertanya, "Apakah sebenarnya yang kalian kehendaki ?"

Semua menengadahkan kepalanya sambil berseru, "Sesungguhnya Engkau lebih mengetahui apa yang kami kehendaki.

 == Cuplikan dari buku Warisan para Awliya, karangan Fariduddin Al Attar, hal 120.

Thursday, January 26, 2012

Abu Bakar

Tahu donk siapa Abu Bakar...

Blio yang dijuluki Ash Shidiq, karena sangat membenarkan. Ingat, gak hanya membenarkan, tapi SANGAT membenarkan.

Blio yang langsung masuk Islam pada saat diturunkan. Blio yang langsung membenarkan Isra Mi'raj pada saat yang lain masih ragu2. Dan blio juga yang pertama membenarkan perjanjian hudaibiyah disaat yang lain masih keberatan.

Blio yang pada pagi hari setelah shalat shubuh, Rasulullah bertanya, siapa yang pagi ini puasa, dan blio menjawab : Saya wahai Rasulullah, tadi malam saya meniatkan pada diriku untuk melakukan puasa pada pagi ini. Lalu aku berpuasa.

Kemudian Rasulullah bertanya, siapa yang telah menjenguk orang sakit. Dan Umar menjawab : Sesungguhnya kita baru saja shalat shubuh dan belum meninggalkan (masjid ini), lantas bagaimana kita bisa menjenguk orang sakit. Blio, Abu Bakar, menjawab : Saya wahai Rasulullah, orang-orang mengabarkan kepadaku bahwa Saudaraku, Abdurahman bin Auf, sedang menderita sakit. Lalu saya sengaja melewati rumahnya, dan bertanya tentang keadaannya, dalam keadaaan saya menuju masjid.
Kemudian Rasulullah saw bertanya, Siapakah diantara kalian yang telah mengeluarkan shadaqah. Umar menjawab : Wahai Rasulullah, kami masih bersama Anda semenjak selesai shalat, lantas bagaimana mungkin kami bersedekah. Namun blio, Abu Bakar, menjawab, Saya wahai Rasulullah, ketika saya masuk masjid ada seorang yang meminta sedekah. Sedangkan anaknya Abdurrahman bin Abu Bakar (cucu Abu Bakar) membawa sepotong roti. Lalu saya mengambilnya dan aku berikan kepada pengemis itu.

Blio yang terkenal karena keramahannya, penyayang, lemah lembutnya. Pada saat musyawarah tentang tawanan perang Badr dan Umar mengusulkan untuk : bunuh mereka semuanya. Maka blio, Abu Bakar dengan kelemah lembutannya, mengusulkan : lepaskan mereka dengan denda. Bagi yang mempunyai ilmu, suruh mereka untuk berbagi ilmunya.

Suatu hari, blio, Abu Bakar, duduk bersama Rasulullah SAW. Kemudian datanglah orang yang mencaci maki blio. Dan blio diam saja. Rasululloh hanya diam dan tersenyum. Kemudian cacian itu bertambah2 parahnya. Dan blio -- yang ash shiddiq, yang terkenal santun dan penyayangnya, yang lemah lembutnya tidak diragukan, menjawab sebagian cacian itu.

Ingat, blio menjawab 'hanya sebagian' cacian. Dan ingat juga track record blio... Kalau Abu Bakar sampai menjawab cacian itu... itu berarti cacian itu sudah sedemikian parah. Karena blio adalah ash shiddiq. Karena kasih sayang blio gak diragukan lagi. Karena blio begitu lemah lembutnya.

Dan apa yang terjadi selanjutnya sodara2 ?

Rasullulloh langsung bangun, dan berjalan menjauh. Abu Bakar langsung ikut berdiri dan menyusul.

Berkata blio, Ya Rasululloh, pada saat orang itu tadi mencaciku, engkau hanya diam saja dan tersenyum. Namun pada saat aku menjawab sebagian caciannya, engkau langsung berdiri dan menjauh.

Rasullulloh SAW menjawab, pada saat orang itu tadi mencaci dan engkau diam saja, sesungguhnya malaikat menjawabnya untukmu. Pada saat engkau membalas sebagian caciannya, syetan ikut tersenyum bersamamu. Dan aku tidak mau duduk bersama dengan syetan.

Gambar diambil dari sini.

Monday, December 5, 2011

Tawakkal...


Jika semua yang kita inginkan harus kita miliki, darimana kita belajar keikhlasan ?

Jika semua yang kita mau harus terpenuhi, darimana kita belajar kesabaran ?

Jika doa kita langsung dikabulkan, darimana kita belajar untuk memaksimalkan kemampuan yang diberikan kepada kita ?

Jika kehidupan kita selalu bahagia, darimana kita dapat mengenal Allah SWT lebih dekat ?

Tetap yakin bahwa segala ketentuan-Nya adalah yang terbaik untuk kita.
Dialah Allah, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang terhadap hamba-Nya.

== disalin dari sms motivasi seorang sahabat... Tengkyu yaks...

Gambar diambil dari sini.

Monday, August 15, 2011

Ramadhan hari ke-15

Ramadhan sudah di hari ke-15. Tilawah kita sudah di juz keberapa ?

Hari ke-15 berarti sudah di pertengahan 10 hari kedua Ramadhan yang penuh dengan maghfiroh. Di hari-hari ini Allah mengampuni dosa-dosa hamba-Nya.

Pada hari-hari ini pula, kondisi dan stamina kita mulai turun. Setelah 10 hari pertama dengan penuh semangat menghidupkan Ramadhan, hari-hari ini capek, letih, lelah mulai dirasakan. Kepayahan. Sakit. Fisik juga mulai drop.

Sebelumnya, kalo mulai ngalamin kondisi begini, maka aku ngerem aktivitas. Dengan harapan supaya bisa mencapai finish dengan 'selamat'. Cuman tausiyah terakhir yang aku dapat membuat aku berusaha 'bangkit'.

Karena, maghfiroh itu memang ditandai dengan kepayahan, keletihan, dan sakit. Hal-hal itu yang mengiringi turunnya maghfiroh dari Allah SWT. Dan bagaimana tanda kita sukses mendapat maghfiroh ? Kalo kita gak merasakan lagi sakit, payah, dan capek.

Hmm... bentar... perlu diluruskan. Jangan salah sangka. Kepayahan, capek, dan sakit tetap ada. Cuman kalo udah dapat maghfiroh, maka itu tidak dirasakan lagi. Gak dianggep lagi. Begitu...

Karena surga itu dikelilingi dengan kepayahan dan keletihan. Jadi kalo kita ngelakuin sesuatu dan happy, hmm... dunia itu... dan bukan akherat (ini kata ustadzahnya lho...). Dan kalo kita gak mau berpayah-payah lagi, gak mau berasa capek lagi, ya berarti kita udah gak mau dapat surga...

So, dengan tausiyah itu... akhirnya aku mengusahakan kembali. Yang biasanya terus ngerem supaya bisa 'maksimal' sampai akhir ramadhan, sekarang jadi tetep tak upayakan, dan berusaha mengabaikan segala jenis penyakit yang mulai menyerbu. Gak sakit parah sih, penyakit standart lah. Flu, sakit tenggorokan, dst nya.

Semoga tahun ini Ramadhan kita lebih sukses dari tahun2 sebelumnya. Amien...

Gambari diambil dari sini.

Friday, August 12, 2011

Ternyata belum cukup...

Hari ini dapat pelajaran baru lagi. Hikmah baru.
Kirain selama ini aku udah cukup ‘hebat’ dalam urusan meng-qawwam-kan suami. Namun ternyata, seperti kata para ustadzah, kalo kita merasa soleh, justru itulah tanda kita lagi gak soleh. Karena di atas langit ada langit. Karena liyabluwakum ayyukum ahsanu amala. Karena Allah melihat siapa yang lebih baik amalnya. Di antara yang amalnya baik, ada yang amalnya lebih baik. Di antara yang lebih baik, ada amal terbaik. Dan begitu seterusnya.
Makanya, buatku, penting untuk selalu berkumpul bersama orang soleh. Selalu dalam putaran mereka. Karena itu tadi, untuk berkaca diri, bahwa ternyata selalu ada yang lebih baik dari kita. Kalo derap bersama orang soleh berhenti, khawatir aja jadi ngerasa udah hebat. Padahal dibanding ‘para orang soleh’, ternyata amalku seujung kuku mereka juga gak nyampe. Uff… sedihnya…
Balik ke masalah per-qawwam-an. Akhir2 ini ada satu hal yang aku sama suami masih belum sefaham dalam metodanya. Anggaplah gini, kita lagi ada problem sama pihak lain. Kita udah sepakat, bahwa problem itu kudu diselesaikan. Cuman gimana caranya ?
Disini mulailah gak sepakat itu muncul. Aku sebagai pihak yang moderat dan vokal (hihihi… ngerasanya sih begitu….) jadi pengen menyampaikan saja, maunya kita tuh gimana. Supaya ada komunikasi gitu. Jadi clear. Kali aja mereka gak ngerti kita maunya apa. Itu dalam pikiranku. Sementara suami, lebih ke arah damai aja, toh kita udah pernah implisit menyampaikan. Jadi sekarang, usaha suami lebih ke arah pendekatan ke sang pemilik kuasa. And the rest, gimana Allah SWT ngasihnya. Begitu…
Nah, dalam pikiran normalku, khan manusia kudu usaha. Khan Allah gak akan ngubah keadaan suatu kaum sampai dia berusaha. Jadi kita kudu usaha khan. Ya gak ? Para pembaca sepakat sama aku khan ? Hehehe… (Cari dukungan J)
Sementara, tak liat suamiku juga gak begitu kuat sebenernya. Buktinya, even urusan ibadah memang nambah, tapi badan rupanya belum ikut nahan. Jadilah fisik yg gak kuat nopang. (baca : sakit).
Dan karena ngeliat suami jadi lebih gampang sakit, maka aku juga jadi tambah keukeuh aja buat ngomporin bin maksa supaya ada komunikasi, supaya ngomong getoo….
Tapi, rupanya Allah memberi jalan lain. Setelah diskusi sana sini dengan para orang soleh, aku disadarkan. Ternyata porsiku gak gitu kok. Porsi sebagai istri adalah mendukung suami. So, kalo suami milih itu, dan dia jungkir balik sampai sakit, yasudah, porsi kita tetap mendukung, mengiyakan, memberi ruang buat suami. Karena even sakit, bisa jadi sakit itu memang cara Allah untuk membersihkan kotoran2. Karena ada jenis2 kesalahan yang gak bisa dibersihkan dengan ibadah, dengan doa, dengan istighfar. Tapi dibersihkan Allah hanya dengan cara diberi sakit, kepayahan, kelelahan, didholimi, dll.
Karena hati itu cuman hanya bisa terisi satu hal. Kalo gak fujur, ya taqwa. So, kalo ada sedikit saja potensi fujur, khan hati jadi gak bersih. Makanya karena Allah sayang kita, maka dikasihlah itu bertumpuk segala macam sakit, kesusahan, kepayahan, supaya fujurnya ditekan sampai habis. Supaya tinggal taqwa yang ada. Begitu…
Jadi kita kudune gimana donk ? Ya itu tadi, porsinya sebagai pendukung. Jadi aku kudu ngasih ruang buat suami ber-kontemplasi sama sang Khalik. Kalo di curhatin, ya dengerin. Ditanya, ya dijawab. Tapi gak perlu ngeyel. Kalo suami mo konsen ngapalin Quran, ya kasih ruang (dan waktu). That’s all. Gak perlu berdiskusi tentang tema itu kecuali kalo suami ngebuka diskusi. Gak perlu berdiplomasi. Apalagi berusaha meyakinkan dengan ide2 kita J (biasane gitu sih…)
Begitu saran yang masuk ke aku. Trus aku sukses gak ngelakuin ? Dan gimana hasilnya di suami ? Kita tunggu yaks… khan dapat sarannya juga barusan… Hehehe…
Yang jelas, usaha khan tetep dijalankanlah…
Gambar diambil dari sini.

Friday, May 6, 2011

Memilih...

Mencoba menghitung usia produktif...

Kupikir, untuk piawai dan menguasai hal2 yang detil, dan mengikuti perkembangan teknologi sembari tetap trampil di level detil, ada limit usianya. Ada batas umur untuk bisa mahir dengan kerumitan. Lewat treshold-nya, kemampuan untuk rinci dan teliti mulai meniti grafik menurun.

Sementara, kemampuan manajerial, practice makes perfect. Semakin bertambah usia, gak ngaruh, malah makin mumpuni, sejauh practice -- dilatih, dan tetep berlatih.

Dan bersyukurlah aku, karena kemampuan manajerial kami dilatih di ourselves bisnis. As Owner, kami bebas menentukan arah bisnis. Kami bebas menentukan pedoman untuk bisnis kami. Dan Alhamdulillah, kami telah sepakat untuk menjalankan Anugrah sesuai tuntunan yang benar, sesuai yang kami tahu tentang perintah Allah SWT dan larangannya, dan sesuai contoh yang diberikan Rasululloh SAW.

Melihat sekitar, mencermati lingkungan, mengamati teman2, sepertinya langkah kami mulai jelas terpetakan. Saatnya untuk mulai meminta pertimbangan Allah dengan istikharah kepada-Nya, untuk menentukan takdir Allah yang manakah yang kami pilih. Apakah berpindah dari satu takdir ke yang lainnya, atau tetap dengan takdir yang telah dijalani, atau bahkan ke takdir lainnya lagi.

Hanya berharap bisa membaca hikmah yang diberikan melalui kejadian2 yang Allah SWT desain. Hanya berharap bisa belajar dan mengambil apa yang Allah ajarkan. Sembari berharap bisa ridho sama apapun ketentuan Allah SWT yang ditetapkan-Nya atas kami, dan Allah ridho pada apa yang kami lakukan. Sehingga kita bisa masuk surga (firdaus) dengan ridho-Nya. Amien...

Monday, May 2, 2011

Oportunis

Hari ini speechless... Uff...

Berinteraksi dengan beragam orang, beragam tipe perilaku, beragam kemauan dan keinginan, dan beragam target dan cara yang dipilih untuk mencapainya. Membuat aku berpikir... dan belajar banyak...

Sebagai 'mantan' pleghmatis asli, aku tidak terbiasa untuk mengambil kesempatan. Tidak terbiasa untuk oportunis, memanfaatkan kesempatan sejauh masih dalam norma yang benar. Sebagai seorang pleghmatis, (tadinya) lebih sering menerima saja keputusan yang diambil orang lain.

Bergaul dengan banyak orang dengan beragam tipe, membuatku berpikir ulang dan belajar banyak hal...

Puncaknya pas ada pertanyaan di kuiz : apabila dari tempat kita berdiri, terlihat ada 3 pintu. Ketiganya terbuka lebar. Di luar ketiga pintu itu, terlihat pemandangan yang indah dan sangat alami, dengan air terjun, bunga2 yang mekar, kupu2, burung2 beterbangan, dll. Di persimpangan menuju pintu2 tsb, ada kunci tergeletak. Apakah Anda akan mengambilnya ?

Dengan berbagai pertimbangan... aku memilih : tidak. Karena toh pintunya terbuka, aku belum perlu kunci tsb. Siapa tahu nanti ada yang lebih perlu. Dan kalopun nanti ada pintu tertutup, khan aku bisa balik lagi buat ngambil.

Sayangnya, seorang opoprtunis akan memilih : ambil. Dengan alasan gak ada salahnya diambil, siapa tahu ntar pintunya nutup dan ngunci. Lagian, gak ada yang dirugikan kalo kita ngambil. Kalopun ntar ada yang butuh, khan bisa minta ke kita.

You see ? Terlihat yaks, perbedaannya...
Jadi sejak aku menyadarinya, mulailah aku mengamati, dan belajar untuk meningkatkan level oportunisku, agar nggak pleghmatis2 banget. Dan pembelajaranku juga diimbaskan ke lingkungan terbatas, hanya mereka yang tak pikir perlu dan mau berubah.

Include di oportunis... adalah mengemas dengan indah. Selama ini, hal yang bagus, yang besar, gak bisa tak gambarkan dalam kata2, sehingga orang lain menganggap biasa2 saja. Sementara di tangan orang oportunis (sanguinis ?), hal yang biasa bisa menjadi begitu bagus, begitu besar, begitu spektakuler. Really...

Ini juga masih belajar, masih mengamati. Masih menjadi pengamat dan pemerhati kata2 pada saat para oportunis bicara. Bagaimana caranya mereka menjawab dan merangkai kata, sehingga orang lain merasa itu hal yang hebat.

Dan satu lagi, belajar untuk menghargai diri sendiri. Karena para pleghmatis, biasane gak menghargai hasil karya sendiri, karena selalu saja masih ada kekurangannya. Padahal di tangan oportunis, dengan karya yang sama dan kekurangan yang (malah) jauh lebih banyak, bisa berbangga dan menyampaikan ke orang lain kehebatannya, sembari mengolah kata supaya (bahkan) kekurangannya jadi terlihat kelebihan juga.

Uff... hebat yaks orang oportunis...
Iyah hebat... dengan satu catatan... oportunis gak papa, bahkan perlu, cuman tetep di koridor yang bener, sejauh gak mendholimi orang lain...

Jadi, belajar oportunis yook, mariii....

Monday, March 14, 2011

Do Many Thing...

Suatu saat ada sahabat yang nanya, kamu kok ngerjakan segitu banyak hal, emangnya buat persiapan resign ya ?

Uff... binun aku ngejelasinnya. Sejujurnya, pengen resign sih jelas iya, lha wong khan udah jelas, kerja itu coapek banget. Capek fisik udah pasti, mengingat kerjanya di Jakarta, 8 to 5, belum termasuk perjalanan 3 jam at least, pp. Juga capek pikiran dan hati... Yach... namanya juga kerja, ada ajalah saat2 kita kudu menata hati dan pikiran, meluruskan niat... Ya khan ?

Cuman... kalo supaya bisa resign maka aku ngerjakan banyak hal... hmm.. kayaknya aku musti mikir ulang...

Coba dirunut yaks... aku dulu jualan baju pertama kali, karena ada yang minta diambilin baju dari Bandung, buat dia jual. Trus lanjut kulakan baju di Jakarta, supaya ibmer ada kerjaan, mengingat sebelumnya sibuk ngurusin anak2 ku. Trus masuk ke grosir, karena produsen menentukan kiat kudu naroh modal minimal, yang mau gak mau ya aku musti muter pikiran buat nutup lah...

And then, buka toko, karena ada mantan karyawan yang tahu2 dateng minta kerja, dan gak mungkin tak taroh buat kerja di rumah. Trus trakhir ini buka online, cause ada banyak barang kita yang 'ngetem' di rumah, sayang khan kalo gak dikaryakan... Nah, keinginan buat masuk ke produksi juga karena ada barang kita yang penjualannya bagus banget, tapi susah dapat barang.

So... kalo ngeliat semua reason itu... kayaknya gak ada hubungannya sama resign yaks...

Yang jelas, aku berasanya sih ngerjakan aja apa yang dikasih sama Allah SWT. Kalo Allah nunjukin jalan, dan kayaknya make sense buat dijalanin, ya kita jalanin aja...

Nah, kalo ternyata trus kita keliatan ngerjakan banyak hal, ya wallohu alam... kita ngerjakannya step by step kok. Setiap mo ngerjakan step yang baru, juga sambil mikir, make sense gak...

Dan kalo ntar di salah satu step itu aku resign... yach... maybe... itu cuman salah satu step... salah satu jalan yang ditunjukkan ALlah SWT itu tadi... Dan --again-- kita cuman mikir... make sense gak yaks... Kalo make sense, ya lanjuuutt....

Foto2 diambil dari tanaman yang ada di rumah setelah shubuh beberapa hari yang lalu :-)

Sunday, March 6, 2011

Tidur mulu...

Barusan Mut tahu2 komen ke aku : 'umi mah nyuruh terus, tapi gak pernah kerja. Kerjanya tidur mulu'. Waks !! Lha kok bisa2 nya... Di rumah, memang aku 'sangat memanfaatkan' supporting systemku berupa para mbak. Dengan kata lain, aku banyak minta bantuan mereka. For example, pas mo ke kantor, sepatu buat ke kantor aja aku minta ambilin. Trus kalo butuh ojek juga minta telponin. Trus ambilin tas, dompet, dstnya, juga sering minta tolong (baca : nyuruh) mereka. Banyaklah memang kerjaan kecil2 yang mengkaryakan para asisten rumah tanggaku itu. Yah.... maybe (dirasa) kebangetan kali yaks... But, untuk diketahui... sampai tepat sebelum aku bener2 berangkat, anak2 itu masih nempel di aku. Contoh kecil, anakku itu, salim aja kudu sekian kali per anak. Belum masing2 juga kudu dipeluk. Plus minta gendong. Begitu yang ketiga selesai rutinitas sebelum berangkat, yang pertama udah minta diulang lagi. Dari salim, peluk, trus gendong / diangkat. Terus aja... So, untuk sedikit memperpanjang waktuku bersama mereka, jadilah yang kecil2 tadi aku (terpaksa) mengkaryakan supporting system berupa asisten rumah tangga. Kadang (atau sering yaks ?) pas lagi banyak hal yang kudu tak pikir dan tak tangani, sehingga supaya yang kecil2 gitu gak lewat dan lupa, jadi ya (terpaksa) langsung didelegasikan. For example mo nengok Al, sekalian belanja barang. Jadilah aku pesen banyak ke mbakku : siapin baju ganti We di tas, siapin minum buat di jalan, barang a, b, c masukin ke tas buat Al, siapin tikar, dstnya, dstnya. Gak ketinggalan minta siapin daftar jumlah stok. Panjang dah pokoknya. Tapi dengan list yg panjang itu, aku tetep memastikan mereka solve, dan aku tetep bisa maen sama Iv, Mut, dan We. Hasilnya, mereka jadi belajar dan bisa manage waktu dan kerjaan, dan kerjaan dan tanggung jawabku yang seabreg terselesaikan. Win win khan ? Satu alasan lagi, karena selain asisten rumah tangga, anak2 juga kudu dibiasakan untuk dimintai tolong. Buat beli sesuatu misalnya, atau ambil sesuatu. Supaya mereka mengerti dan dapat menangkap makna suatu kalimat. Dan belajar bertanggung jawab. Dan belajar berani. Dan belajar berkomunikasi. Dan banyak kelebihan lainnya yang membuat anak memang kudu belajar untuk dimintai tolong di rumah. Itupun bertahap. Kata guru TK nya, kudu diajarin mulai dari 1 perintah doank, sampai beberapa perintah yang digabung menjadi satu. For example lagi, kalo ke Mut, kita udah bisa bilang : minta tolong bilangin ke mbak, ntar jangan lupa matiin air. Trus sekalian ke dapur ambilin sendok sama piring ya... Getoo... Cuman... gimana caranya nerangin ke Mut yaks... Untungnya, sambil siap2 tidur beberapa saat sebelumnya, aku ngajarin Mut Al Kautsar. Dan sebelumnya lagi Al Ashr. Jadi kusampaikanlah ke Mut... Tahu nggak, kemaren pas umi ngajarin Mut Al Ashr 2 ayat, trus minta kak Mut diajarin sama mbak ayat ketiganya, mbak sukses gak bikin kak Mut apal Al Ashr ? Padahal itu kak Mut udah pake ngerasa terpaksa. Udah pake ngotot. Ternyata belum sukses khan. Nah, sama umi, kak Mut berasa kayak maen doank, sebentar doank, udah apal Al Ashr sama Al Kautsar. Apal Al Humazah juga sama umi, juga sambil maen2. Gitu dibilang Mut, umi gak kerja ? Sampai sini Mut udah nyengir.... Trus kita tambahin aja sekalian... Gitu bedanya Mut... kalo umi, keliatannya tidur terus, nyuruh terus, padahal sambil tidur umi mikir... kerja...Buktinya tadi, sambil umi tiduran, kak Mut udah apal surat At Takatsur khan... Ujungnya kita akhiri dengan pura2 marah ke kakak Mut... Mosok umi kayak gitu dibilang gak kerja... hayoo... umi kerja gak kalo kayak gitu... Pura2 marah, sambil nggelitikin Mut... Adegan diakhiri dengan cengiran lebaaarr-nya Mut... dan Alhamdulillah, dari sorot matanya, insya Allah gak ada lagi keraguan tentang uminya yang 'tidur terus'. Gambar diambil dari sini dan sini.

Wednesday, February 23, 2011

Supporting System

Suatu saat, pas ketemu seorang guru yang pas, aku nanya tentang beban. Sebenarnya saat itu aku lagi free sih, lagi gak terbebani (kecuali sedikit, hehehe). Cuman buat persiapan, dan mengingat beberapa waktu sebelumnya aku sempet ngalamin padetnya beban pikiran dan beban tenaga, fisik dan mental, jadi ya mumpung ketemu guru yang tepat aku nanya aja. Dan jawaban blio adalah : bangun supporting system. Supporting system not only khadimat -- para asisten di rumah. Tapi juga semua yang membuat kita terbantu sehingga bisa menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi dengan benar. Kita bahas satu2 dengan kondisi subyektif di aku yaks. Asisten di rumah... uff... jelas, ini supporting system buat aku. Cause masak, udah didelegasikan ke mereka. Termasuk list menu, juga dikuasakan ke mereka. Belanja juga udah dipasrahin. Udah all in lah. Trus yang jagain anak2 juga udah di delegasikan ke mereka.Yang ngurus ojek buat pulang pergi les, juga mereka. Tugasku ngecek2 everything as our planning atau enggak. Trus karyawan toko... ini juga supporting systemku yang lumayan canggih. Semua urusan toko udah di handle semuanya. Paling aku tinggal beli barang. Itupun sering mereka yang ingetin barang apa aja yang udah habis. Walhasil, aku dapet tambahan income tanpa kudu full ngalokasikan waktu dan tenaga. Trus... keluarga besarku, jelaslah supporting system juga. Kalo asisten di rumahku ada yang aneh2, laporan pertama biasane muncul dari keluarga besarku. Juga gimana kondisi anak2 ku pas aku gak di rumah. Trus anak2. Pernah juga ngerasa anak2 jadi problem maker. Bikin emaknya pusing. Tapi itu jaraaaaaang banget. Bisa dihitung sebelah tangan lah. Itupun kejadian pas akunya juga lagi gak bener. Nah, yang lebih sering terjadi, mereka jadi supporting system yang hebat buat emaknya. Nurut. Pinter. Hafalan bagus. Nilai sekolah bagus. Sholat lancar. Tilawah lancar. Dan emaknya kebagian dapet pujian dech dari para guru... :-) Trus suami, (kalo suami ikutan baca, jangan overestimate yaks,kekekek... ). Ya jelaslah suami itu supporting system yang penting dan perlu. Kalo lagi pegel2 tepar, yg bisa nge-refleksi dan gak perlu pergi (baca : gak perlu bayar) itu suami. Kalo lagi males makan, yang jago ngoprek dapur trus muncul makanan aneh2, juga suami. Dan as soulmate, gak perlu diperjelas lah kalo untuk urusan curhat segala macam hal. Trus sekolahnya anak2. Yang aku gak pernah bisa rajin2 nongol pas diadain rapat atau acara2. Palingan nongol kalo anak2 pentas. Tapi dengan modal nomor HP mereka, pas aku ngehubungin mereka selalu sabar menanggapi, dan cepat merespon. Jadi kerjasama orang tua dan guru terbangun bagus. Aku tahu apa yang terjadi sama anakku di sekolah, dan guru tahu bagaimana kami menangani anak2 di rumah. Supporting system yang hebat buatku. Trus temen2 kantor... yach... kadang2 ada juga seh, biasalah, seperti kondisi kantor pada umumnya, ada saat2 yg nyebelin, ngeselin, bikin feel guilty, useless... and soon. But... Alhamdulillah, aku masih dikasih Allah SWT supporting system di kantor... yang siap jadi temen curhat, temen sharing, temen nasehatin, saling ngedukung, saling ngomporin, temen nggosiph 'inovasi2' baru, etc. Trus para tetangga... juga supporting system yang sangat baik buatku. Mereka pada maklum kalo kayak sekarang neh, aku weekend sibuk ngurus Al. Akibatnya segala jenis arisan lewat dech. Tapi pas sekalinya aku bisa ngumpul, mereka tetep welcome. Trus... owh... yang utama dan gak mungkin ditinggal, supporting system dari para sahabat di pertemuan pekanan. Tempat aku curhat. Tempat menumpahkan semua uneg2. Tempat berbagi. Tempat bisa menampilkan aku apa adanya, gak perlu jaim (psst... emang kalo di tempat lain jaim yaks ?) Tempat nge-charge semangat. Tempat ngerasa... uff... ternyata ada temen yg sama yaks... Bahkan kadang2... jadi ngerasa malu udah curhat, karena ternyata ada yang lebih parah problematikanya. Jadi bisa lebih pede buat nyelesain masalahku. So, dengan smua supporting system yang aku udah punya... kayaknya memang aku sangat layak bersyukur yaks... Dan sangat disadari karena supporting system yang banyak itulah makanya aku bisa lebih maju lagi... Tengkyu for all of you guys... But... gak dipungkiri lah... even ada sekian banyak supporting system, tapi ya namanya juga manusia, ada saatnya ngerasa gubrakkk. Ngerasa hadoooh... gak sanggup lageee... Ngerasa, ngapain seh aku sampai kayak gini... Buat aku, pas saat2 itu dateng... aku gak terlalu muluk dengan bilang kudu nambah tilawah, nambah sholat malem, dst nya. Karena pada kenyataannya, pas saat2 itu datang, uff... susah banget itu dilakukan. Yang ada tilawah berkurang, cause kesehatan ikut lebam. So, buat aku yang penuh keterbatasan as manusia normal, yang selama ini tak lakukan sih mengusahakan supaya tetap bersabar, dan tetap berdzikir mengingat Allah SWT. Lebih tepatnya lagi... kalo aku... cukup dengan melantunkan lafadz Allahu Akbar, Astaghfirullah, dan lafadz2 pendek lainnya. Yang dibaca terus menerus. Dan terus... dan terus.... Sambil berharap Allah SWT ridho dengan yang tak lakukan. Dan aku bisa lebih ridho dengan kehendak-Nya terhadapku. Note. : urutan supporting system tidak menunjukkan urutan prioritas lho ya... Gambar diambil dari sini dan sini dan sini.

Tuesday, February 8, 2011

World in your Hand

World in your Hand. Dunia di tangan Anda.

Ada beberapa makna. Yang pertama, raih dunia supaya ada di tangan kita. Ini sudah banyak yang ngebahas, jadi gak usahlah kita ikut2 an ngebahas makana yang ini. Makna lainnya : letakkan dunia di tangan kita, dan jangan di hati kita. Nah... yang ini yang mo kita bicarakan.

Selama ini, yang sering nyangkut di telingaku adalah kalimat dari Hasan Al Basri : letakkan harta di tangan kita, dan bukan di hati. Namun dengan beberapa peristiwa yang muncul di kehidupanku, terpikir... kayaknya aku lagi dikasih pelajaran sama Allah untuk juga menaruh dunia di tangan, dan gak hanya harta. Dan tidak memberi porsi hati untuk urusan dunia.
'Dunia' disini berarti semua hal yang terkait dengan duniawi, dan bukan akherat.

So, apa maksudnya naroh di tangan, dan bukan di hati ?

For example, kalo ada anak temen kita yang meninggal. Bisa jadi kita ikut sedih. Ikut mengurus jenazahnya. Ikut menyolati, dst nya. Tapi, level kesedihannya tentu berbeda dengan kalo yang meninggal anak kita sendiri. Cause anak kita sendiri itu udah lebih nempel di hati. Gak di tangan doank.

Itu sample-nya. Udah kebayang khan... Trus gimana penerapannya ?
Singkatnya, kita yang menguasai dunia, dan bukan dikuasai dunia. Kalo aku sih... ini juga lagi belajar... Ya berlatih aja untuk meletakkan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia itu di tangan. Gak terlalu sedih kalo ilang. Gak terlalu sakit hati kalo gak dapat. Gak sampai pusing berhari hari kalo ada yang gak sesuai keinginan. Gak sampai gak bisa ngapa2 in berhari hari kalo belum dikasih sama Allah SWT.

Sedih sih tetep, manusiawi lah. Tapi... untuk gak sedih berkepanjangan, ini yang lagi berlatih.

Karena kalo sedih yang berkepanjangan itu berarti temanya sudah masuk ke hati, sudah porsinya akherat. Jadi... berharapnya... aku sedih kalo hari ini tilawahnya kurang. Kesel sama diri sendiri kalo gak sholat tahajud. Nyesek kalo gak sengaja ber-ghibah. Malu banget kalo gak sholat dhuha. And soon. Tapi, meski sedih banget, tetep aja kudu bangkit dan melakukan lho ya, supaya solve.

Emang ngefek yaks ? Hmm... insya Allah iya. Membuat kita tidak terkungkung sama urusan dunia. Cause there is another world in there... A Long life world... Dan gak hanya dunia yang seperti mampir minum kayak dunia kita sekarang. Coba deh...

Gambar diambil dari sini.

Monday, February 7, 2011

Dengan kelembutan...

Alkisah... suatu saat di beberapa waktu yang telah lewat, ada seorang bapak dari kampung yang selalu membimbing anak2 asuh yang kurang beruntung. Suatu saat bapak ini diberi kelebihan, sehingga berniat mengajak anak2 asuhnya untuk piknik ke dufan di kota metropolitan. Lalu berangkatlah berombongan bapak dan anak2 asuh dari kampung ke dufan.

Sampai di Dufan.. Gubrak !! Kaget bapak yang baek hati ini. Maklum, terbiasa di kampung dengan tarip 5 ribu rupiah per kepala bisa masuk ke tempat rekreasi. Sementara dufan... hampir 20 kali lipatnya. Kali sekian anak yang blio bawa. Uff... langsung keringat menetes.

Gimana neh. Mo gak masuk, kesian sama anak2 yang udah kadung semangat diajak ke dufan. Mo masuk... uang di kantong ternyata gak mencukupi. Lagi bingung... rupanya ada seorang bapak lain yang memperhatikannya. Bapak kedua ini, jalan langsung menuju bapak yang dari kampung, dan menumburnya. Jatuhlah amplop di antara mereka. Sambil nunjuk ke amplop dan melihat tepat ke bola mata bapak yang dari kampung, bapak kedua bilang : itu, amplop anda jatuh.

Bapak asuh binun. Diambilnya amplop itu, yang ternyata isinya segepok uang yang ternyata cukup untuk biaya tiket semua anak asuhnya. Dia tengok2... bapak kedua sudah tidak terlihat sama sekali.

Banyak cara bapak kedua untuk menolong sang bapak asuh. Namun, bapak kedua memilih untuk menolong dengan 'tetap bersembunyi'. Menolong dengan penuh kelembutan yang berasal dari hati. Dan bapak pertama selalu teringat dan berterima kasih dengan kejadian tsb, meskipun gak tahu dan gak kenal, dan sudah lama terlewat.

Di masa yang lebih lama lagi, kita kenal Rasululloh yang selalu membagikan kepada para sahabatnya makanan yang dihadiahkan kepada blio. Suatu saat, ada wanita yang memberinya buah2 an. Rasululloh memakan satu demi satu sambil tersenyum, sampai semua buah itu habis. Setelah wanita itu pulang, sahabat pun bertanya, mengapa tidak seperti kebiasaan blio. Dan Rasululloh SAW menjawab : ketahuilah, buah itu rasanya masam. Aku khawatir apabila kalian ikut memakannya, maka akan muncul kalimat yang dapat menyakiti hati wanita tsb. Karenanya aku memakannya sampai habis.

Ada banyak cara untuk berbuat. Ada banyak cara untuk beramal. Ada banyak jalan menuju kebaikan. Ada saatnya perlu berlatih untuk beramal dengan kelembutan, seperti yang Rasululloh contohkan...

Gambar diambil dari sini.

Wednesday, October 6, 2010

Herpes

Pekan kemaren aku kena Herpes. Awalnya pas nganter Al hari pertama setelah lebaran. Khan udah biasa tuch, kita bolak balik ke Al Kahfi. Malah pas puasa itu khan rutenya nambah ke Bogor dulu, baru ke al Kahfi. Tiap pekan lagi. Puasa lagi. Tapi its ok tuch. Nah, pas nganter Al kemaren itu, baru nyampe tol (untungnya nyampe tol pas pulang), kaki berasa pegeeeeelllll banget. Pokoke pegelnya pol dech. Gak pernah2 sampe pegel kayak gitu. Sampai bingung. Padahal di al kahfi juga gak banyak gerak. Trus sampai rumah, saking pegelnya, juga cuman bisa tiduran doank. Padahal mbak belum pada dateng. Jadinya suami dech yang mandiin We dan ngurus semuanya. Kesian juga sich... tapi ya itu.. berasa pegelll polll....

Itu berlangsung 2 hari.... Trus setelah 2 hari itu, pegelnya hilang. Hari berikutnya... gateeeellll pollll... Gateeeelll banget. Tapi karena aku udah biasa gatel2 di tempat2 tertentu kalo lagi ada pikiran, jadi ya masih gak mikir yang aneh2 lah. Langsung aja diolesin balsem agak banyak. Besoknya gatelnya ilang.

Kupikir selesai. Tapi... dua hari kemudian... pas di kantor pagi2, kok ada yang ngganjel neh, di siku. Berhubung pake lengan panjang, dan lagi gak sholat, jadinya ya brenti sampai ngerasa aneh itu doank. Sorenya baru... walah... kenapa neh... kok lokasi yang kemaren gatel2 sekarang kayak melepuh gitu... mlenthung2 berisi air. Khan kalo karena digaruk gak mungkin hasilnya mlenthung2 isi air gitu...

Jadilah langsung ke dokter. Dan vonis pun turun : Herpes ! Owh... ternyata... pegel dan gatelnya itu awalan dari si herpes ini. Dan apakah Herpes itu ? Inilah hikmahnya kena Herpes. Minimal aku jadi tahu seperti apa itu Herpes. Dan kalo ada yang kena Herpes, jadi bisa lebih bersimpati. Pasalnya, kalo liat penampakan si Herpes ini, keliatannya kayak gatel2 'doank'. Hiks... Padahal asli... yang dirasakan jauh dari kata 'doank' :-)

Sejak muncul plenthung2 itu... tanganku yang kiri lemes. Gak keliatan lemes sih. Cuman kalo dipake, ampuuunnn.... langsung nyeri2... ngilu... Slain gak bisa dipake, juga kudu dilurusin. Kalo dipaksa dilipet, nyerinya juga kumat lagi. Sampai pas tidur khan selalu tak lurusin, eee.. suami comment... gak usah gitu2 amat, dilipet gpp kok... Walah! dikirain aku ngelurusin karena terlalu takut nular ke kulit di atasnya. Padahal dilurusin terus itu karena ya memang kalo dilipet swoaakithh...

Trus masuklah ke babak berikutnya. Mulai punggung sampai jari (herpes menyerang sistem saraf dari mulai tulang belakang, sampai satu jalur saraf. Jadi di case aku, yang terserang dari tulang belakang sampai jari), gateeel banget.... Jadi kalo di awal itu gatelnya pas di lokasi yang mo keluar plenthung2. Nah, pas plenthungnya udah keluar, di lokasi itu gak gatel sama sekali, tapi justru di jalur saraf yang terkena, selain lokasi plenthungnya, itu jadi gateeelll banget. Dan lama ini... sampai sekarang masih kadang2 muncul tuh, gatelnya. Padahal sekarang plenthungnya udah habis, paling tinggal sisa secuil2 kayak luka yang belum kering.

Nah... setahuku, sama seperti cacar air (karena virusnya memang sama), herpes ini penyebaran virusnya bisa ditahan kalo ketahuan kurang dari 3 hari. Jadi kalo nemu case yang sama, segeralah ke dokter untuk dapet obat. Karena begitu lewat 3 hari, rata2 penanganannya pake rumah sakit. Atau obat per 4 jam.. atau per 6 jam... jadi even malem2, ya kudu tetep bangun buat minum obat. Aku Alhamdulillah, udah ketahuan di hari pertama, jadi obatnya cukup 3x sehari.

Dan setelah semua 'penderitaan' itu... ketika ditanya sakit apa... yang bisa ditunjukkan 'hanya' luka hampir kering berdiameter 7cm. Gak salah sih kalo terus pada heran... sakit gituan aja kok lama banget gak ngantor... hix hix...

Untuk yang mau tahu tentang herpes, bisa baca disini.