Baru pertama kali ini saya nulis di blog.... Semoga bisa menjadi hikmah, atau at least menjadi pengingat, terutama bagi saya sendiri. Suatu saat di suatu hari nanti....
Akhir akhir ini begitu banyak cobaan menghampiri. Datang dan pergi. Saat kami mengira sudah akan terlampaui satu ujian, ternyata ujian lain muncul... lebih berat... dan silih berganti...
Masih teringat saat melahirkan We, anak ke-4 kami, hanya sepekan menjelang lebaran 2006. Saat itu aku sendiri, Iv, dan Mut baru sembuh dari cacar air. Dan seperti umumnya lebaran, semua mbak di rumah kami pulang 2 - 3 pekan. Dengan cuaca yang sering mendung, dan kesibukan mengurus 3 anak plus satu bayi hanya bersama suami, dokter spesialis menyuruh We dimasukkan ke inkubator tepat sehari sebelum lebaran. Di hari yang sama, Al baru diketahui kena cacar air yang lebih parah dari kedua adiknya. Seluruh badannya muncul bintil yang lebih besar dan lebih berair. Walhasil, hanya abinya dan Iv yang sholat ied pada lebaran hari itu. Alhamdulillah, setelah sholat ied kami ditelpon rumah sakit, We diijinkan pulang. Disisi lain, muncul masalah baru karena Al belum sembuh. Cacar airnya masih cukup parah. Bahkan yang berair juga masih banyak. Muncul kekhawatiran, bagaimana dengan We yang umurnya baru hitungan hari ? Bagaimana kalau dia tertulari cacar air dari Al ?
Bismillah, di hari lebaran, kami berbagi tugas. Abi bertugas menemani Iv dan Mut makan... di luar ! Ya, di luar. Karena di rumah gak ada lagi tenaga tersisa buat bikin makanan atau mberesinnya. Sedangkan aku bertugas ngurus Al yang sakit dan We yang belum sebulan. Saking kuatirnya kami, Al terpaksa disuruh berdiam terus di kamar, ditemani setumpuk buku. Alhamdulillah, dia memang seneng baca buku. Hari hari itu, Al hanya bisa melihat adiknya dari kamar.
Lebaran kali ini, tidak ada tamu, tidak ada bertamu, dan tidak ada rekreasi. Lebaran itu, kami semua berdiam di rumah. Suatu malam... semua anakku sudah tidur... dan abinya ke masjid... aku bermunajat... kupanjatkan doa yang sangat panjang pada Allah... kuadukan semua kesulitanku, semua bebanku, semua kegelisahanku, ketakutanku, kekhawatiranku, kegetiranku, capeknya aku, hanya pada-Nya. Dan air mata jatuh berderai...
Alhamdulillah fase itu terlewati juga. Al sembuh dari cacar air. Dan mbak mbakku datang satu satu.
Kemudian muncul ujian yang lain. Fera yang momong Mut sejak lahir, pulang, nikah. Alhamdulillah gantinya sudah ada di rumah juga, Ayu, kakaknya Iis. Tapi khan gak sekedar ada gantinya. Cuti melahirkan tinggal 2 bulan. Waktu yang cukup singkat untuk memperkenalkan dan mendekatkan Ayu dengan Mut, untuk membiasakan Ayu dengan cara bermain Mut, dengan mainan Mut, untuk mengenalkan Ayu dengan aturan di rumah, untuk membuat Ayu terbiasa dengan kebiasaan yang ada di rumah, untuk mengajari Ayu tentang memandikan bayi, merawat bayi, manasin ASI di kulkas, kapan ASI jadi basi, dst. Sementara We baru sebulan, masih banyak membutuhkan perhatian.... Tumpang tindih ! Tapi semuanya harus berjalan. Dan harus close saat aku pertama kali melenggang ke kantor lagi karena cuti habis. Saat waktunya tiba, aku berangkat kantor lagi, masih teringat bagaimana Mut nangis bombay setiap kita berangkat...
Alhamdulillah fase ini juga terlewati. Entah bagaimana kami melewatinya. Hanya rumus 'jalani saja, jangan banyak dipikirkan'... yang tertanam di benak kami. Dan bertahan... baik fisik maupun emosi... benar benar berusaha seperti benteng... bertahan, dan jangan sampai jebol. Karena bila benteng ini jebol, maka yang kena dampaknya nggak hanya diri sendiri...
Dan setelah fase itu terlewati... datang lagi cobaan yang lain. Yang datang ke kedua orang tua yang sangkat kuhormati dan kusayangi -- dan semoga Allah memberikan husnul khotimah kepada mereka berdua dan menyatukannya di Surga-Nya. Amien. Dengan cobaan itu, seiring dengan waktu, keluarga besarku mulai terpecah. Terkotak kotak... Emosi juga makin meningkat... tersenggol sedikit meletup... Bahkan kadang meletup tanpa disulut. Dan sampai saat ini belum tampak ada solusi di mata kami... Sekali lagi, hanya bertahan yang dapat kami lakukan. Jalani, dan jangan banyak dipikirkan. Jalani, dan tahan... jangan sampai bendungan emosi jebol, karena alirannya akan bagaikan air bah, meluap ke segala arah... mengenai tidak hanya yang salah... tapi lebih kepada yang lemah... Tahan, jangan sampai bendungan fisik lemah, karena masih begitu banyak hal lain yang membutuhkan fisik dan pikiran, yang tidak boleh diabaikan begitu saja... karena efek mengabaikan akan terasa sampai berpuluh tahun kemudian....
Dan kemudian... muncul kekhawatiran...Allah tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Selama ini, Allah memberi cobaan lagi (semoga) karena kami mampu, (semoga) karena kami lulus dalam ujian sebelumnya. Jadi Allah menambah 'level' ujian bagi kami. Dan kalau kami lulus dalam ujian kali ini... akankah Allah memberi ujian yang lebih berat lagi ? Berat rasanya membayangkan akan mendapatkan ujian yang lebih berat dari kali ini. Lha wong ujian kali ini aja kami sudah cukup klepek klepek... kayak ikan di darat... gimana kalau level ujiannya ditambah.... Lha wong dengan level ujian yang sekarang saja kami masih belum mendapatkan solusinya. Belum bisa melewatinya.
Namun Alhamdulillah, Allah tidak membiarkan setan semakin berkembang dalam hatiku. Sedikit demi sedikit ada pencerahan. Ada sinar masuk... Ada Nur yang mulai menerangi hati yang redup...Semua anak SD tahu, kalau ujian di SMP dan di SMA akan lebih berat daripada ujian di SD. Tapi apakah mereka berhenti dan takut untuk naik kelas ? Apakah karena takut menghadapi ujian di kelas berikutnya yang lebih berat, mereka jadi gak mau lulus dalam ujian yang dihadapi di kelas yang sekarang ? Apakah karena tahu ujian di kelas berikutnya lebih berat, mereka jadi takut lulus ujian kenaikan kelas ? Nggak !! Mereka tetap melaju... mereka tetap menginginkan lulus. Dan tetap melangkahkan kaki menuju jenjang berikutnya. Mereka tetap menghadapi, meskipun tahu bahwa ujian akan lebih berat. Mengapa ? Karena mereka tahu, mereka akan dibekali sebelum harus melewati ujian. Dan dibekali lagi, bila memang belum lulus ujian. Dibekali lagi, dibekali lagi, dibekali lagi, sampai akhirnya mereka siap dan lulus ujian.
Begitulah ujian dari Allah, pendidikan dalam sistem tarbiyah dari Allah. Kalaupun sekarang saya sedang diuji, dan belum mendapatkan solusinya, tetaplah yakin, Allah bersama kita. Dan sudah janji Allah, Allah tidak akan memberi ujian melebihi kemampuan hambaNya. Dan janji Allah adalah pasti. Kalaulah ujian ini masih belum terlewati, bukan berarti kita tidak kuat -- karena Allah tidak akan memberi ujian melebihi kekuatan kita. Berarti dalam pandangan Allah kita kuat, kita bisa, kita mampu. Dan Allah lebih mengetahui daripada kita sendiri. Mungkin kita saja yang kurang berusaha, kurang mengaplikasikan ilmu yang kita punya. Kurang kuat dalam mengeluarkan semua potensi kita, semua usaha kita... Dan Allah akan terus menambah bekal kita sampai kita lulus dalam ujianNya...Dan Allah tidak akan mengeluarkan hambaNya yang sedang dalam proses tarbiyah. Allah tidak akan men-drop out muridNya. Bahkan Allah akan selalu menambahkan bekal kepada siapa yang mau mengambil jatahnya. Tidak ada seorangpun yang akan dikeluarkan dari sistem tarbiyah Allah meskipun belum lulus dalam ujian berkali kali, kecuali dia sendiri yang mengeluarkan dirinya dari sistem itu. Dan itulah orang orang yang tidak lulus dalam ujianNya.Naudzubillahi min dzalik. Semoga kita tidak termasuk di dalamnya. Kalau memang kita belum lulus, biarlah kita tetap menjadi muridNya yang masih perlu dan mau mengambil perbekalan dari Allah untuk menyelesaikan ujian. Dan semoga kita tidak termasuk yang berputus asa dan berusaha untuk keluar dari jalur pendidikan kehidupan yang telah dirancang Allah untuk kita.
Wallohu alam bishowab.
Jakarta, 14 Mei 2007, menjelang long weekend -- jarang jarang ada euy.....
No comments:
Post a Comment