Wednesday, December 12, 2007

My Beloved Parents


Saat aku kelas 1 sampai 4 SD, orang tua mengalami kejayaan karier. Setiap sabtu minggu kami pergi piknik keluar kota. Rumah dinas pun sangat besar. Saking besarnya, kami bisa bersepeda di dalam rumah, di antara kursi kursi ukir di ruang tamu. Sodara juga ada aja yang menginap di rumah. Baik sehari, sepekan, sebulan, kadang sampai ukuran tahun.

Artis juga beberapa kali hadir di rumah kami sekedar mampir bila mereka sedang show di sana. Pernah saat ada artis bertandang, sampai halaman depan rumah kami yang lumayan luas penuh dengan orang yang pengen lihat. Bahkan ada yang sampai nangkring di pohon di depan rumah. Darimana mereka tahu ya, padahal gak diumumin kalau artis itu datang. Saya sendiri saat itu masih belum ngeh kenapa orang-orang segitu antusiasnya dengan tamu kami.

Di halaman belakang ada pohon kelapa yang rutin didatangi orang untuk mengambil kelapanya. Masih terbayang di benakku, orang tsb memanjat pohon kelapa dengan melubangi batang kelapa untuk pijakan kakinya. Terus begitu sampai di atas. Begitu dia sampai di atas, gak lama mulailah terjadi 'hujan' kelapa. Kelapa kelapa berlompatan dari atas ke segala arah di halaman belakang rumah.

Di salah satu sisi rumah ada paviliun yang cukup besar. Seingatku sudah memenuhi syarat disebut rumah. Ada ruang tamu, kamar, kamar mandi sendiri, dst. Oleh orang tua kami, paviliun ini dipinjamkan free, entah ke siapa -- saya saat itu belum paham.

Kalo kami ke kantor ayah dan membutuhkan sesuatu, ayah tinggal memencet bel. Dan muncullah seseorang yang selalu siap membantu.

Itu gambaran sebelum ayah kemudian mendapat ujian. Pindahlah kami ke Semarang, dengan rumah mungil yang kondisinya cukup parah. Kami yang terbiasa antar jemput mobil dengan sopir, berubah menjadi tidak ada mobil sama sekali. Rumah yang seluas lapangan bola, menjadi halaman tidak terurus yang luas.

WC pun bampet, gak bisa digunakan. Kalo mo BAB (aduh... maap nich...) kita kadang gali tanah di belakang. Kadang juga terpaksa nebeng ke WC umum yang gak terlalu jauh. Pernah saat BAB gali tanah di belakang, berdua adek, tahu tahu ada sodara datang. Waduh... malu... Untung sodara belum sempet lihat. Cepet cepet kita timbun terus lari ke KM buat bersih bersih.

Kalo mo refreshing, kami berempat, saya bersama kakak dan adek, berjalan kaki ke mall terdekat. Yang sebenarnya gak terlalu dekat juga. Disana kami jongkok dibalik rak membaca tintin. Sering sambil diselingi senggolan dari karyawan mall yang 'pedes' liat kami cuman baca dan nggak beli. Pulangnya kami jalan kaki lagi. Kadang kalo adek capek, kakak bergantian menggendongnya.

Secara bertahap kondisi mengalami perbaikan. Rumah diperbaiki. Dipagar. Dibuatlah tempat kos. Mobil dinas yang teronggok diperbaiki sehingga bisa jalan kembali, meskipun bak terbuka. Aku masih ingat, kalo mo pergi, kita sudah tahu urutan masuk mobil. Pertama ayah di belakang sopir. Terus kakakku nomor 1 duduk di sebelah ayah. Terus adekku masuk, dipangku kakak pertama. Terus ibuku masuk. Baru aku masuk, dipangku ibu. Nah, kakakku yang kedua, masuk dari pintu sopir, dan duduk di sebelah kanan ayah. Jadi bagian depan mobil pick up itu diisi oleh ayah, ibu, dan 4 anak. Full dah.

Kalau keluar kota, kadang kita duduk di bak terbuka itu. Kita dibawain kursi rotan untuk duduk di bak belakang. Terus kita sudah bekal mainan dari kertas, yang diikat dengan tali. Saat mobil berjalan, rasanya senang sekali melihat mainan kertas yang terbang terbang mengikuti mobil.

Kadang di minggu pagi, kami berlari pagi ke simpang lima. Sekedar untuk lari saja. Dan pulangnya berjalan kaki lagi. Kalo nggak, malam minggunya kami ke simpang lima. Hanya untuk melihat lihat. Atau bermain bola yang kami bawa. Tidak ada jajan yang kami beli.

Terus ayah kami ditugaskan pindah keluar kota. Dengan beberapa pertimbangan, ibu memutuskan untuk tetap menetap di Semarang. Mulailah masa ibu mendidik kami sendirian. Dan hanya didampingi ayah hari sabtu dan minggu.

Pernah suatu hari aku diajak teman dan ayahnya untuk membeli keperluan pramuka. Kebetulan ayah ada di rumah dan saya sudah diijinkan beliau. Saat berjalan kaki sekian ratus meter dari rumah, ibu ternyata melihat dari jauh, naik motor. Ibu menyampaikan kagetnya, karena aku digandeng dengan orang 'entah siapa'. Dan aku cukup terharu, karena itulah salah satu bukti kekhawatiran ibu kehilangan aku.

Ibu waktu itu menjadi guru SMA. Kalo kami ujian atau tes semester, ibu pasti membawakan segepok kumpulan soal untuk kami pelajari. Meskipun saya sangat jarang menyentuhnya, ibu tetap setia membawakan segepok soal itu. Bukannya saya gak menghargai ibu. Tapi ibu mengajar di sekolah swasta yang kurang terkenal. Sementara saya sekolah di SMA Negeri 3 di Semarang. Jadi jenis soalnya 'agak berbeda'.

Kadang tahu tahu ibu pulang dengan membawa segunung belanjaan. Dan diantara belanjaannya selalu terselip buah, terutama pepaya, kesukaanku. Padahal pepaya itu cukup besar. Dan ibu membawa segunung belanjaan itu dengan naik motor. Kata ibu, beberapa kali di tengah jalan pepaya itu melorot dan memaksa ibu untuk berhenti sebentar membetulkan letak pepaya supaya nggak jatuh.

Ibu sering terlihat mencuci sendiri seluruh baju kami dengan tangan beliau. Gak jarang acara mencuci dilakukan sampai malam.

Saat aku diterima kuliah di Bandung, ayah dipindahkan lagi ke Semarang. Alhamdulillah, ibu jadi ada teman, selain adikku.

Saat ini kami, empat sodara, alhamdulillah sudah bisa merintis untuk menjadi 'orang' sesuai harapan orang tua. Tiga dari kami sudah naik haji. Dan kami semua tinggal di Depok. Tiga orang plus ibu tinggal di komplek yang sama, GTA. Sedangkan adek sudah berencana untuk membangun rumah di dekat kami.

Mengurus kami sendirian sejak aku kelas 5 SD sampai lulus SMA, plus goncangan fitnah yang pernah menerpa, membuat ibu kami cukup keras, disiplin, dan terbiasa mengambil keputusan. Kami bersyukur, ibu saat itu cukup tegar menghadapi kondisi yang berubah drastis. Dan ibu cukup kuat untuk mendidik dan menghadapi kami sehingga kami saat ini bisa menjadi orang yang 'melek'. Sedangkan ayah, lebih memposisikan diri untuk mengalah. Memupuk kesabaran. Dan menyerahkan (hampir) sepenuhnya semua keputusan. Karena ayah memang sehari harinya tidak bersama kami.

Akhirul kalam, aku ingin berdoa untuk mereka...

Ya Allah, aku menyayangi keduanya. Kami menyayangi keduanya. Buatlah mereka husnul khotimah di akhir hayatnya. Satukanlah mereka di surga firdaus-Mu. Ya Allah, kalau ada kekurangan mereka, ampunilah mereka ya Allah. Atas kekhilafan mereka yang mungkin mengambil langkah yang salah. Ampunilah mereka karena mereka sudah berusaha yang terbaik yang mereka bisa. Ya Allah... ampunilah mereka. Letakkan mereka di surga Firdaus-Mu.

Rabbanaa Aatinaa min ladunka Rahmah, wa hayyi lana min amrinaa rasyadaa. Ya Rabb, berikanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah petunjuk-Mu yang lurus untuk urusan kami ini. Rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaani saghiiroo... Rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaani saghiiroo... Rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaani saghiiroo...

Amien.
Teriring ungkapan sayang sepenuh hati kepada ibunda dan ayahanda yang telah bersusah payah dan mengerahkan segenap kemampuan untuk membesarkan kami. Semoga Allah memudahkan langkah mereka untuk menuju surga firdaus-Nya.

Tuesday, December 11, 2007

Protes

Critanya gini. Khodimat ku khan mendadak minta pulang. Memang baru sebulan kerja sich. Trus tak tanya, kenapa. Kata dia, soalnya kak Al sering ngatain. Kak Mut sering mukul. Waks !! Kaget bener aku.

Selama ini, banyak yang bilang anakku baek. Bahkan sempet ada khodimat yang pindahan dari komplek sebelah, gaji disana udah 600-an (baby sitter), gak betah minta pindah ke aku salah satunya karena anakku baek2, even gaji di aku cuman 300 (cause khodimat baru).

Pernah juga pas kunjungan dari sekolah ke rumah, salah satu guru anakku sempet bilang... "ternyata bisa ya, ortu dua2 nya kerja, anaknya baek2".

So, alasan dia pulang sempet bikin aku shock dan gak habis pikir. Trus investigasi dimulai.

Mumpung anak2 tidur, pertama kupanggil Mida, yang sudah cukup lama ikut kami. Kata Mida, kak Al memang suka ngatain. Kalo pulang sekolah, naruh baju juga sembarangan. Dikasih tahu susah. Oops... Waduh... umminya ketinggalan berita nich. Kok bisa bisanya aku gak tahu perkembangan Al jadi seperti itu.

Dikorek lagi : kata Mida, kak Al kalo mandi juga suka teriak teriak, minta diambilin baju sama adeknya, Iv. Kak Iv udah dibilangin jangan mau, tapi tetep aja ngambilin baju buat kakaknya. Walah... apa lagee nich... Tambah mengkerut aja jidatku.

Trus Mida kutanya. Kak Al pas di rumah lama udah kayak gitu belum ? Kata Mida enggak. Di rumah lama dulu baek. Pas disini aja jadi kayak gitu. Trus kuajak discuss, apa karena sering maen sore ya Mida ? Kata Mida kayaknya enggak, soale maen sore juga cuman di depan rumah, gak ada yang macem macem. Waduh !!

Kita disini memang baru sich. Pindahan dari rumah lama-nya bulan Agustus. Jadi baru sekitar 4 bulan lah. Masih adaptasi sama lingkungan. Dan ternyata adaptasi gak hanya di lingkungan, tapi di cukup banyak hal. Gak nyangka juga, cause disini ini kalo ngojek dari rumah lama cuman 3.000. Jadi gak jauh. Masih satu kelurahan. Cuman disini ini memang banyak mbak 'bertebaran'. Jadi mbakku banyak temen. Kalo di komplek lama dulu, relatif gak ada mbak yang jalan jalan.

Kebetulan kak Iv udah bangun. Jadi kupanggil lah kak Iv. Kutanya, menurut kak Iv, kak Al itu gimana. Katanya kak Al itu jahil, suka ngerjain kak Iv. Kenapa kak Iv disuruh suruh sama kak Al mau aja. Kata kak Iv, soalnya kalo gak mau, ntar kak Al gak mau temen. Jadinya mo maen sama siapa kalo kak Al gak temen. Kutanya lagi, lho... khan ada mbak ? Jawabannya, mbak sibuk terus. Gak mau diajak maen. Ooo...

Nah, terakhir muncul kak Al. OK, kak Iv kita suruh makan, aku ganti ngobrol sama kak Al. Kak, kalo ummi nanya ke mbak, atau ke temen temen kak Al, menurut mereka kak Al itu gimana, kira kira jawaban mereka apa ya ? Kak Al nyengir, trus bilang... gak tahu. Lho, kok gak tahu. Menurut kak Al aja, kira kira mbak bakalan bilang apa ? Trus dijawab kak Al, pasti mbak Mida bilang aku bandel ya... Hmm... mulai nyambung nich...

Kenapa kok kata kak Al mbak Mida bakalan bilang gitu ? Kata dia, soalnya kalo dikasih tahu gak nurut. Masih sambil cengar cengir. Kutanya, kenapa kakak kok gak nurut. Dia cengar cengir aja, gak jawab. OK, pertanyaan pindah. Kenapa kak Al sekarang sering nyuruh kak Iv ? Kalo kak Iv takut kak Al gak temen, khan sebenernya kalo kak Iv gak temen, kak Al juga gak punya temen ?

Trus... tahu tahu, dengan emosi yang keliatan, Al bilang... iya... soalnya kita gak punya temen lagi... Kutanya, lho, khan ada mbak... Jawab Al, mbak tuch maen sendiri sama temennya. Lho, maen gimana ? Iya, mbak tuch ngobrol, maen sendiri sama mbak mbak laennya. Gak pernah lagi mau maen sama kita. Jadinya gak ada temen, cuman sama dek Iv doank. Oh... baru ngeh aku...

Gak lama, aku ngobrol lagi sama Mida. Kubilang, Mida, kayaknya ummi udah tahu kenapa kak Al kayak gitu. Mereka, kak Al sama kak Iv 'kehilangan' mbaknya. Dulu pas kita masih di komplek lama, pulang sekolah mereka biasa maen sama mbak mbaknya. Trus sekarang, mbaknya pada nyuapin dek We sama kak Mut di taman deket rumah, barengan sama mbak mbak yang laen. Jadinya mereka binun gak punya temen. Trus protes. Nha, protesnya ya dengan gak nurut itu. Dengan ngelempar baju kemana mana. Supaya mbaknya sibuk. Kalo sibuk khan jadi di rumah....

Trus kutanya Mida, bukannya ummi ngelarang Mida ngumpul sama temen2. Tapi ummi berharap anak2 ummi punya temen maen juga. Nha, karena waktunya berbenturan, gimana ya... Mida mau gak ya, kalo sore nemenin anak2 maen. Jadi nyuapin dek We sama kak Mut nya di rumah aja, sambil nemenin kak Al sama kak Iv maen.

Mida udah setuju sich. Cuman aku yang gak enak juga, ngelarang mereka maen. Jadi akhirnya kedeketin lagi. Kubilang, sorry, pengennya sich gak ngelarang Mida ngumpul. Tapi masalahnya khan anak2 nya ummi jadi gak punya temen. Jadi gimana ya. Toch mereka juga kayaknya gak bakalan maen di rumah terus terusan. Nha, pas mereka pengen maen di luar, Mida juga bisa ngumpul sama temen2. Trus untuk kompensasinya... ya udah, tak kasih libur sebulan 2 hari. Cuman ambilnya kalo sabtu minggu aja ya. Gaji juga tak naikin 50.000 dech...

Malemnya, semua tak kumpulin. Kubilang kak Al, kak Iv, ummi udah ngobrol sama mbak Mida, sama bibik. Mbak Mida sama bibik udah mau nemenin kakak maen. Nha, karena udah ditemenin maen, kakak jadi kudu nurut kalo dikasih tahu. Kak Iv mau gak, ditemenin maen, tapi kudu nurut kalo dikasih tahu ? Kak Iv bilang mau. Kak Al mau gak ? Nyengir... trus bilang mau tapi gak jelas, sambil tangannya masuk ke mulut. Gak mau gitu, kak Al yang jelas, mau enggak, kataku negasin. Mau, kata kak Al.

Nha, kalo Mbak Mida atau bibik nggak mau diajak maen, kakak bisa bilang ke ummi. Tapi sebaliknya, kalo kakak dikasih tahu gak nurut, mbak Mida sama bibik juga bisa bilang ke ummi.
Deal. Alhamdulillah. Case close. Ternyata 'kebandelan' anakku muncul karena protes sama mbaknya. Untung aja cepet ketahuan. Jadi meskipun Ros pulang, aku cukup makasih juga sama dia karena bikin aku jadi melek problem di rumah.

Dreams Anugerah, and Make it Come True


Ini dia dream Anugerah yang dikirimkan ke bu Ning. Dimunculkan ke blog lebih untuk saya sendiri, supaya ntar akhir 2008 tahu bagaimana akhirnya pencapaian dream ini.

* * *

Dreams. Kata yang sangat indah dan terasa nyaman. Namun dreams jangan sampai hanya menjadi sebatas angan. Menjadi lamunan. Dreams, mimpi, harapan, cita cita, harus dimaknai tujuan yang ingin dicapai, tujuan yang akan dicapai. Anugerah Collection di tahun 2008 mempunyai banyak big dreams.


Dream yang pertama, membuka toko kedua di rumah. Semoga yang ini cepat terealisasi. Langkah-langkah yang harus dilakukan sudah terlihat. Hanya waktu dan kesempatan belum pas. Insya Allah sebelum Mei 2008 sudah dilaunching toko kedua yang berlokasi di komplek Griya Tugu Asri ini.


Dream kedua, membeli satu lokasi lagi untuk berjualan, dan otomatis dagang lagi disana. Dream yang ini menunggu rumah yang lama laku terjual. Semoga Desember ini sudah deal dengan pembelinya. Cuman kita masih belum menemukan lokasi yang tepat untuk toko ketiga ini. Pengennya nggak jauh jauh. Tapi nggak jauh itu dimana ya. Di ITC sebenarnya masih minat juga. Sayangnya belum ada lokasi yang dijual dan kita sreg -- termasuk sreg dari sisi harganya. Pernah survey di Tamini Square, hasilnya kurang pas. Pernah juga survey ke ITC Kuningan, meskipun katanya daya beli lebih tinggi daripada ITC Depok, tapi kayaknya segmennya gak pas buat Anugerah. Cibubur Junction, bisanya sewa, gak bisa beli. Padahal pengennya sekalian investasi properti. So... dream nya jelas. Lokasi menyusul...


Dream ketiga, bikin system computerize yang mencakup semuanya. Selama ini yang saya temukan, baik yang free ataupun yang beli, rata rata memisahkan antara software stock dengan software laporan keuangannya. Padahal kupikir itu harusnya menyatu. Jadinya gak puas dengan yang sudah ada. Rancangan system sudah dibuat. Detail data beberapa sudah dibuat juga. Yang belum coding nya. Semoga segera kelar. Dan kelebihan system ini, dirancang oleh orang yang menguasai teori perancangan system IT, menguasai teknis operasional system penjualan retail, menguasai pembukuan yang diperlukan untuk toko retail, menguasai laporan standard yang diperlukan, dan juga mempunyai gambaran laporan yang bakal diinginkan. Ke depannya, kita masih memikirkan untuk menjual software ini atau tidak. Atau justru software ini menjadi modal kita untuk franchise retail busana muslim. Let's see... Ini dream tahap berikutnya. Masih rada jauh... Belum taraf aplikatif. Belum dipikirkan bener. Masih antara ingin dan jangan... Yang jelas softwarenya dibikin saja dulu. Ntar kalau software sudah jadi, baru berpikir dream tahap selanjutnya yang berkaitan dengan software ini.


Trus... tahun 2008 juga, pengen membiayai ibu untuk umroh full Ramadhan, hanya dari laba bisnis. Plus uang saku dan lain lain, dana yang dibutuhkan sekitar 25 juta. Kalau melihat laba tahun ini sampai November, insya Allah laba sudah cukup untuk itu. Tinggal realisasi. Semoga bisa sesuai rencana.


Dream berikutnya, kalau system computerize sudah jadi, akan diaplikasikan di seluruh toko Anugerah. Toko yang di rumah yang jadi base-nya. Rancangan system sudah memenuhi untuk kondisi ini. Jadi nanti penjualan di setiap toko Anugerah akan dilayani dengan menggunakan komputer. Ada meja dengan monitor yang tersimpan di bawah meja, sehingga hanya layarnya yang terlihat dari balik kaca. Means kalau system sudah siap, beli komputer, trus nyari meja yang pas. Dan mulai ngajarin SDM supaya terbiasa. In my mind, SDM akan dibiasakan dulu di rumah selama beberapa bulan. Baru setelah itu dioperasionalkan di toko. Dan tentunya mulai pertama di tokonya tidak pada saat puasa. Supaya SDM yang ada tidak kagok, yang akibatnya bisa membuat pembeli 'lari'.


Trus... dengan 3 toko, anggap saja laba kotor tiap toko ** juta per tahun. Dikurangi biaya 1,5 juta kali 12 bulan, 18 juta. Jadi dari tiap toko plus minus ada laba sekitar ** juta per tahun. Kali tiga toko jadi ** juta per tahun. Jadi per bulan ada *,* juta net profit. Kalo ambil pensiun dini, uangnya buat buka toko ke-4. Jadi ada tambahan lagi *,* juta. Total per bulan net profit sekitar ** juta. Ini asumsi optimis, hehehe... jadi takut juga setelah lihat angkanya. But... means kalo tokonya sudah 3, dan ternyata diperlukan keterlibatan yang lebih di bisnis... gak ada lagi yang diberatin. TDA... here I come...


Waduh.... sudah 2 lembar. Ya sudah, dreams nya dicukupkan sampai disini. Mohon maaf kalau ditulis tidak dengan formal, karena ditulis dengan hati dan emosi.

Monday, December 3, 2007

Terus Terang Harus Terang Terus


Setelah sekian lama nggak sempet sempet ngeliat toko, akhirnya pekan kemarin kita menyediakan waktu buat nengok toko sama anak-anak. Dari jauh sudah terlihat ada yang aneh. Loh... kenapa tuch toko kita, kok jadi gelap yach... Suami nimpalin, lampunya lupa dinyalain kali'... Memang beberapa kali kita nemuin Iis sama Agung lupa nyalain lampu yang sorot. Jadi kesannya kelihatan lebih gelap. Nggak seterang kalo lampu neon sama lampu sorotnya dinyalakan semua.

Pas udah sampai di toko, kita coba tes saklar lampunya, lho... ternyata semua dalam posisi on. Dan semuanya menyala. So, what's going on ? Usut usut, ternyata lampu mulai temaram. Nyala sich nyala, tapi sekedar nyala gitu lho. Kayak hidup segan mati tak mau, hehehe...

Jadi ahad kemaren, kita menjadwalkan lagi wajib kunjungan ke toko. Mampir dulu beli lampunya di ruko ITC. Ternyata murah lho. Kirain lampu yang segitu gedhe, eh, panjang denk, kirain harganya juga panjang. Ternyata harganya 'cuman' 10 ribu per lampu. Kita beli 4, cause lampu neon panjang gitu di kios kita memang ada 4 biji.

Trus ke toko, pasang pasang sebentar. Sementara suami pasang, saya sama anak-anak ngider liat liat. Kali' aja ada toko yang dijual murah, hehehe... Pas balik lagi, ternyata penggantian lampu sudah selesai. Dan toko sudah lebih terang.

Dan tahu gak, malemnya, Rani ngelaporkan penjualan hari itu mencapai 1 juta. Retail lho. Alhamdulillah.

Jadi inget. Dulu pas masang lampu sorot, penjualan juga terdongkrak. Barusan tak liat, kalo dari rata-rata profit mingguannya, naik hampir 2x lipat. Dihitung dari average Januari 2007 sampai Juli (pas masang lampu), dan dari Juli sampai dua pekan sebelum Ramadhan. Soale pekan terkahir syaban khan biasanya memang udah ikutan naik, jadi dianggep sudah bukan situasi normal lah.

Trus jadi inget juga, ada resto di Lenteng Agung, yang tadinya gelap gitu. Berkesan kumuh. Sepi. Ya jelaslah, lihat aja gak minat sama sekali buat mampir. Suatu saat, resto itu perbaikan dengan menambah jumlah lampunya. Seingatku sich bangunannya tetap begitu aja. Cuman sekarang jauh lebih terang. Dan tahu nggak... ternyata sekarang, tiap lewat ada aja mobil yang lagi parkir disitu. Dan aku termasuk salah satu 'korban' yang akhirnya jadi tertarik juga makan di situ.

So, the point is. Jangan takut untuk membuat dagangan kita terang. Karena memang harus terang terus. Hihihi.... kayak iklan philips. Kebetulan lampu 10 ribu-an itu memang philips sich :-)

Thursday, November 29, 2007

Concern


Hahaha... sok banget dah... padahal sebenarnya masih berpikir juga, bener gak sich in English nya begitu.

Maksudku gini, kita kadang tuch suka kebalik balik. Sering denger tentang pembagian waktu khan ? Tentang efisiensi waktu, efektifitas waktu, pemanfaatan waktu, dst. Ini idem, tapi tentang pikiran.

Beberapa hari yang lalu aku baca republika tentang baby blues. Ibu yang setelah melahirkan trus sering merasa bersalah, apalagi setelah ninggalin bayinya cause harus kerja. Trus karena merasa bersalah, si ibu ini jadi di kantor gak concern, kepikiran baby terus. Akibatnya kerjaan gak selesai. Dibawalah kerjaan ke rumah. Di rumah, juga jadi gak bisa maen sama baby-nya dengan tenang, cause tertekan pikiran kerjaan kantor yang belum kelar. Nah khan... mbundhet jadinya.

Untuk asisten yang di rumah, aku juga sering briefing untuk ini. Soale kadang tuch, mereka pas masak kepikiran belum njemur, jadinya gosong dech. Pas njemur, e... kepikiran belum nanak nasi. Walhasil jemurannya acakadul. Nggak dibalik dan tumpuk tumpuk. Kena senggol dikit jatuh. Trus pas udah mulai nanak nasi, inget gula habis, padahal kudu bikinin minum. Jadinya magic jar lupa di-cethekin ke bawah. Jelas gak bakalan mateng lah... Pas beli gula, e... inget ngisi air kamar mandi belum dimatiin. Jadinya gulanya ketinggalan. Nah, dari situ aja kebayang gak... lauk gosong, nasi gak mateng, jemuran padha jatuh, gula juga tetep aja nggak ada. Ribet banget khan...

Kubilang ke mereka. Kamu tuch concern aja sama apa yang di depan kamu. Yang sedang di adepin. Kalo lagi njemur, ya concern aja ke jemuran supaya njemurnya bener. Terus kalo udah, baru masak. Concern lagi aja sama masak. Kalo udah lagi, baru kerjaan yang lain lagi. Gitu. Nah, kalo lagi njemur, terus tahu tahu Widad bangun, misalnya. Ya udah, concern dulu sama Widad. Ditatur supaya gak ngompol. Dst.

Dan itu gak hanya untuk urusan rumah lho ya. Kupikir di semua tempat, kita juga kudu punya ketrampilan membagi pikiran ini. Misalnya aja, jam 8 sd 17 masih ngantor. Ya udah, selama jam itu concern ke kerjaan kantor. Jangan ngelamun kemana mana. Trus jam 17 - 22 waktunya rumah dan anak2. Jadi di jam itu concern ke keluarga. Maen sama anak2. Jangan mikirin kantor terus. Jam 22 - 24 ngurusin bisnis, misalnya. Atau kerjaan kantor yang dibawa pulang. Jadi semuanya dapat jatah dikerjakan. Dengan begitu, semua kerjaan dan tanggung jawab insya Allah selesai. Dan kita ngerjainnya dengan benar dan sekuat kemampuan kita.

Namun tentu saja flexible, gak sa-klek. Kalo lagi jam kantor, terus tahu tahu di telpon dari rumah anak kita jatuh dari pohon. Ya gak bisa juga, kalo kita ngotot pokoke sekarang lagi concern sama kantor. Kebalikannya juga, kalo lagi di rumah, trus tahu tahu di telpon dari kantor ada urusan, sejauh nggak mengganggu ya gak papa dikerjain dulu. Concernnya dipindah dulu sementara. Tapi pathokannya ya itu tadi, sejauh nggak mengganggu concern yang prioritas.

Jadi untuk yang masih ngantor, gak usah terlalu lama merasa bersalah. Gak usah di kantor kepikiran terus sama anak2. Toch kepikiran juga gak akan mengubah situasi kondisi khan. Mendingan waktu, pikiran, dan tenaga yang ada dimaksimalkan untuk mengerjakan apa yang seharusnya kita hadapi saat itu. Sehingga pas masuk waktu untuk anak2, kita juga gak ngerasa bersalah sama kantor.

Untuk anak2, cukuplah Allah menjadi sebaik baik pelindung. (Oops... untuk kita juga denk...). Lha gimana, mo ibunya kuatir sampai kayak apa juga, mo ibunya njagain sampai gimanapun, tetep aja ada saatnya anak lepas dari perhatian kita. Yang gak mungkin lepas, ya perhatian Allah terhadap anak. Jadi ya kita titipkan aja anak kita pada Allah. Tentu tetap dengan segenap usaha dari kita.

Wallohu alam bisshowab.

Tuesday, November 13, 2007

Masih tentang my team

Yach... postingan kali ini masih berkisar tentang SDM, tentang team kami.

Hmm... mulai dari mana ya...

Yang pertama tentang Mudrikah, tangan kanan kami di rumah. Sebelum lebaran, Mud memastikan akan datang lagi, dan akan berangkat dari Wonosobo hari Rabu malam setelah lebaran. Hari rabu pagi saya confirm ke yayasannya, ok, katanya Mud barusan dari rumahnya mastiin ada tiket buat dia ke Jakarta. Ya udah, aku udah tenang. Eee... Rabu malamnya saya dapat sms dari yayasan, katanya Mud belum bisa balik, dan gak tahu bisa balik lagi atau enggak. Soalnya dia mo dilamar.

Gubrak !!!

Padahal itu udah hari kamis. Dan seninnya aku udah kudu ngantor, duduk manis di belakang meja. Dan hari itu kita udah ngebayangin bakalan dapat bantuan dari Mud yang memang sangat cekatan. Apalagi masakannya enak, hehehe. Jadi semua bayangan hapus dach...

Akhirnya jumat sabtu minggu kita ngider nyari asisten baru. Terakhir diputuskan ambil lagi dari yayasan yang sama dengan Mudrikah.

Dari yayasan ok, hari senin sore dikirim, means akan sampai hari selasa. Eee... selasa paginya dari yayasan sms, katanya Mud pengen balik lagi, tapi setelah lamaran. Lamarannya tgl 15 syawal. Ya udah, kubilang aja ntar kalo mo balik lagi suruh nelp aku aja.

Dan alhamdulillah, ternyata beberapa hari setelah lamaran, Mudr muncul di rumah kami. Yach... mengisi waktu sambil menunggu tanggal menikah.

Dihitung hitung, asisten yang ikut kami sampai menikah ada 3 orang. Yang pertama Nani. Setelah nikah dia berhenti. Terus kerja lagi pas hamil beberapa bulan. Yang kedua Fera. Berhenti beberapa saat sebelum nikah, setelah ikut kami hampir 4 tahun. Terus Mudrikah ini.

Nha, ada juga asisten kami yang masih betah, namun karena ada case pada pihak 3, jadinya gak bisa ikut kami lagi. Hmm... yang masuk kategori ini ada Yanti, gak diijinkan lagi sama kakaknya. Terus Iis, yang barusan berhenti lebaran kemaren karena gak diijinkan ibunya balik untuk kerja lagi. Satu lagi Sri. Asisten yang sangat prima, sayang musti balik juga.

Terus... ada lagi asisten yang minta brenti, atau paling gak perilakunya kayak udah gak mau kerja lagi, tapi tahu tahu datang lagi dan bilang pengen kerja lagi. Kategori ini diisi siapa ya... Pertama U. Terus Ay. Dan terakhir Ag (Sorry, khusus yang ini initialnya aja ya...)

Type terakhir. Ya jelas... kategori yang aku sama dia sama sama ngerasa gak cocok. Biasanya sich cuman seminggu-an bertahan di rumah.

Hiks... sebenernya sedih. Apalagi untuk yang masih ingin kerja lagi, tapi aku udah susah untuk nerima balik lagi. Gimana ya. Perasaan aku sudah cukup ngasih kesempatan dan pemakluman untuk kekurangan kekurangan mereka. Tapi ya itu, kadang mereka dimaklumi tuch nggak ngerasa. Mintanya lebih lagi. Nha, pas aku udah gak kuat, mereka dikeluarin. Baru dech... nyeselnya keluar. Pingin kerja lagi di tempatku.

Hiks... tapi gimana ya. Kok ya susyah ya, ngilangin perasaan dulu udah 'disakitin' sama mereka. Lha gimana enggak. Urusan memaklumi itu, sekali aja khan udah cukup nguras perasaan. Kalo bolak balik ? Walah... Ngabisin ati, ngabisin pikiran, ngabisin tenaga, ngabisin waktu. Khan sayang. Kupikir, kalo mereka kerja lagi, bisa abis resource ku buat ngurusin mereka. Padahal khan sayang. Kalo resource ku dihabisin mereka, kasihan anak2 donk...

Jadi mereka terpaksa gak diterima lagi. Bukannya aku dendam. Cuman waspada, hati hati, biar gak kejadian lagi. Dan untuk mereka, semoga penyesalan mereka itu menjadi pelajaran supaya mereka lebih menjaga diri kalo suatu saat kerja lagi.

-- Ditulis karena lagi sedih, mo ngeluarin satu orang lagi asisten kami... :-(
Hiks... hiks... Smoga ini yang terbaik untuk semuanya. Amien.

Thursday, November 8, 2007

Asah Gergaji

Di salah satu postingannya, jenderal TDA pernah bilang bahwa waktu setelah lebaran adalah saatnya untuk mengasah gergaji. Yup ! Tepat sekali. Dan jangan salah, ternyata urusan mengasah gergaji ini gak cukup 'hanya' 10 bulan.

Ini dari pengalaman kami tahun lalu. Kami mengalami 'kebingungan' setelah lebaran tahun 2006 terlewati. Sudah terbayang di depan mata, toko menjadi jauh lebih sepi dari saat ramadhan. Sebagai efeknya, aktivitas pembelian produk, milih, nata, ngecheck - ngecheck, juga jadi jauh berkurang. Apalagi sebagian besar memang sudah dipegang oleh asisten kami. Trus mo ngapain ??

Akhirnya dalam hati diputuskan, ya sudah. Mengalir saja. Kalau ada yang kayaknya perlu dilakukan, ya dilakukan saja. Sambil mengisi hari untuk menyambut lebaran berikutnya.

Ternyata, dalam perjalanannya, apa yang masuk dalam daftar 'harus dilakukan' itu cukup banyak. Hmm... saya ingat ingat dulu ya. Pertama kali kalo gak salah kami mbenahi setting toko. Karena rak yang ada di toko saat itu gak cukup lagi untuk menampung seluruh jenis barang. Padahal jumlah item per jenis sudah dibatasin, tetep aja rak yang ada gak muat. Pikir pikir, setelah nggesar nggeser rak, akhirnya dinding kaca (karena posisi kios sebenarnya hook) kami tutup dengan rak. Yach... gak papa dech, sejauh kami tahu, jumlah pengunjung yang muncul dari sisi itu sedikit. Selain itu, dengan adanya rak pada sisi itu, jadi ada tempat untuk manekin anak setengah badan. Dan kelebihannya, sisi inilah yang banyak dilihat dari jalur utama.

Dengan nggendong Widad yang belum 3 bulan, plus ngajak Uthi dan pengasuhnya, dan 2 karyawan toko, kami ngebongkar rak toko. Rak yang lama sebagian dipulangkan, diganti dengan rak olympic. Pengennya sich rak kayu beneran. Cuman udah gak sempet pesen. Jadi yang gampang aja dech. Beli Olympic di care4 di atas toko kita. Terus langsung pasang. Butuh beberapa hari untuk ngebongkar setting toko ini. Apalagi kejar kejaran dengan waktu untuk njemput Alya sama Iva. Biasa, mumpung ibunya cuti, mereka nagih minta jemput.

Setelah urusan raknya beres, menyusul urusan menata ulang peruntukan rak. Maksudnya rak yang ini diisi apa, yang itu diisi apa, dst. Untuk nata ini aja kita sempet trial and error beberapa kali. Salah satu penyebabnya, karena dari perkiraan pandangan mata tuch untuk 1 nomor seharusnya 2 kotak cukup. Ternyata enggak. Untuk urusan ini terakhir trial lagi pas mendekati ramadhan, karena lagi fokus ke baju muslim. Sementara stok yang keliatan baju renang. Jadi dech, oper peruntukan rak lagi.

Setelah posisi dan peruntukan rak beres, hmm... kok jadi banyak tempat untuk manekin setengah badan ya. Jadinya kita beli beberapa lagi. Tepatnya hampir 2x nya. Setelah pembenahan setting, alhamdulillah, toko jadi keliahatan lebih tertata. Emang sich, gantungan hampir semuanya hilang. Tapi manekin setengah badan nambah. Dan kita cukup puas dengan penataan toko yang baru.

Terus pembenahan kedua, untuk buku buku yang diperlukan. Pertama urusan stock. Karena di toko sudah muat banyak barang, jadi terpikir lagi, gimana nich caranya supaya gampang kalau mau tahu stock merk ini ada berapa pcs per nomornya. Jadinya kalo mo dilakukan pembelian, gak perlu lagi bolak balik nelpon ke toko. Atau bolak balik cek stock. Alhamdulillah, buku stock berhasil dibuat. Dan alhamdulillah lagi, sampai saat ini masih sangat mencukupi.

Terus buku laba. Terus buku untuk mencatat pelanggan dengan pembelian nominal tertentu. Terus buku konsinyasi. Semua pembenahan dibuat dan di-trial-kan ke asisten kita di toko. Kalo ternyata mereka salah terus, bisa jadi system nya yang terlalu susah. Jadi kudu diubah. Terus trial lagi. Dst. Jadinya sempat beberapa kali perubahan juga.

Berikutnya, toko terasa kurang hiasan. Kok isinya cuman rak aja, meskipun raknya warna warni, tapi tetep aja berasa kurang hiasan. Kurang nyeni gitu lho. Untung masih ada beberapa poster Annida dan Keke. Jadi kita pasang beberapa poster itu.

Trus dilihat lagi... lho... toko jadi gelap. Jadinya dipasanglah lampu sorot. Satu khusus menyorot manekin setangah badan yang kelihatan dari jalan utama. Tiga lagi menyorot manekin setengah badan pada masing masing sisi toko.

Berikutnya lagi, ngganti sign board sama ngerancang system supaya penjualan bisa pake kompie. Tapi ternyata sudah 2 bulan menjelang ramadhan. Wah, terpaksa semua pembenahan dihentikan. Khawatirnya kalo masih ada pembenahan, ntar asisten yang di toko belum apal. Jadinya pas rame di Ramadhan, khawatir dia malah gugup.

Nah, sekarang lebaran 2007 sudah terlewati. Saatnya lagi asah gergaji. Pe eR Pe eR sudah numpuk. Satu satu dijalani, diterapkan, trial and error. Eh, bukan error. Tapi trial and measure. Test and measure deng, kalo kata Om Brad mah. Semoga bisa meningkatkan net profit di tahun 2008. Amien.

Tuesday, November 6, 2007

Anugerah, Lebaran 2007

Akhirnya, berhasil juga menyelesaikan perhitungan laba sampai akhir oktober 2007.

Rata rata gross profit weekly (sebelum dipotong biaya) untuk tahun 2007 ternyata naik 150 ribu dibandingkan dengan tahun 2006. Itu untuk data di luar 5 pekan sebelum lebaran. Diambil 5 pekan karena ada kebiasaan customer yang tidak mau puasa-nya 'terganggu', sehingga sebelum puasa urusan beli baju sudah beres. Alhasil, penjualan pekan terakhir sebelum Ramadhan biasanya juga meningkat.

Nah, yang menarik, faktor kali untuk 5 pekan sebelum lebaran, ternyata hampir mirip, meskipun dari sisi rupiahnya meningkat. Jadi Rata rata Gross Profit weekly untuk 5 pekan sebelum lebaran, dibandingkan dengan data mulai Januari, untuk tahun 2006 menghasilkan angka 5,11 kali lipat. Sedangkan untuk tahun 2007 nilai kalinya 5,7 kali lipat.

So, dari data itu, ada kemungkinan penjualan sebelum lebaran sebenarnya ditentukan juga oleh penjualan pada bulan bulan di luar ramadhan. Dengan kata lain, bisa jadi sebenarnya pelanggan kita pada saat lebaran itu tetap. Bedanya, kalo di luar ramadhan, mereka datangnya satu satu, dengan rentang waktu yang mungkin agak jauh. Sedangkan pada saat ramadhan, semua pelanggan datang bersamaan.

So lagi, salah satu yang dapat ditarik, kalau mau penjualan ntar ramadhan tahun depan meningkat, ya dimulai dengan meningkatkan penjualan mulai saat ini. Atau penjualan di luar Ramadhan.

Jadi, apa inovasi untuk meningkatkan penjualan tahun 2008 ??

Friday, November 2, 2007

Update Anugerah Nov 2007

Wuaduh... belum sempet ngitung laba Oktober 2007 euy. Soalnya yang biasa menghitung sama ibunya ditahan di kampung. Suruh bantuin, ibunya mo ngelahirin. Sementara mo ngajarin yang baru, kok berasa tanggung ya. Khan Anugerah lagi design untuk bikin software toko kami, jadi harusnya nanti urusan ngitung laba bisa otomatis. Jadinya ngitung laba Oktober masuk ke daftar antrian yang kudu tak kerjain dech.

Nempatin urutan pertama, ngerancang software toko itu tadi. Yach... sekalian ngaplikasikan ilmu lah. (Mbak Doris... kita se-atap dalam hal ini nich...). Untuk urusan programmingnya, kalau suami ada waktu, ntar diserahkan ke suami. Kalau enggak, ya ke mahasiswa yang padha nyari judul TA. Khan kita tetanggaan sama gunadarma. Kali' aja kalo ke mahasiswa bisa lebih murah. Khan simbiosis mutualisme tuch. :-)

Urutan kedua, boleh lah, ngitung laba Oktober 2007. Soalnya sebenarnya penasaran juga nich...

Urutan ketiga, bikin SOP member. Udah ada rancangannya sebagian. Tapi kayaknya ada yang kudu diubah.

Trus, alhamdulillah, toko mulai buka tgl 22 Oktober. Alhamdulillah lagi, penjualan ada aja. Bahkan kemaren sempet ngeluarin 3 pcs, sekitar 400 ribu.

Vendor2 penyuplai udah dihubungi. Tapi ternyata produsen masih padha libur, dan baru pekan depan aktif lagi. Yang udah muncul baru baju renang. Wajar lah, karena baju renang khan gak ikut ngejar target lebaran, hehehe... Dan baju renang ini lumayan juga untuk nutup penjualan di luar lebaran. Berminat ?

Monday, October 29, 2007

Milestone Kehidupan

Selama menjalani kehidupan, ada saat tertentu dimana hari terasa sangat berat. Waktu terasa merambat detik demi detik. Jarum jam bergerak sangat lambat, dari satu angka ke angka berikutnya. Begitu malam tiba, yang ada rasa alhamdulillah... udah sehari lagi terlewati.

Biasanya hal itu terjadi saat ujian dari sang Maha datang pada kita. Dari perjalanan yang sudah mulai lancar, tahu tahu ada suatu noktah yang mengganggu ritme kehidupan yang sudah mengalir. Dan mulailah terjadi goncangan goncangan yang dapat menimbulkan riak kecil ataupun gelombang.

Jadi ingat dengan kantor lama di Kebon Sirih. Pernah suatu kali terjadi gempa. Berlarianlah orang-orang di gedung itu dengan panik. Pas gempa selesai, karyawan di gedung depan kita heran, kenapa kok yang di gedung kami masih berlarian, terlihat masih panik. Usut punya usut, ternyata di ke-4 sudut gedung dipasang semacam per, sehingga kalau ada gempa relatif aman. Problemnya, saat gempa selesai, karena penghuni di dalamnya masih panik, maka gedungnya juga masih goyang goyang.

Sepertinya milestone kehidupan kita mirip. Pada saat kehidupan kita mulai berdiri kokoh, oleh Al Mulk diberi sedikit goncangan untuk menguji ketakwaan kita. Untuk menguji sejauh mana iman kita. Untuk menaikkan derajat keimanan kita. Untuk membuat kita naik kelas.

Nah, saat goncangan itu terjadi, nasehat Rasululloh adalah bersabar. Bukan berarti kita berdiam diri saja. Seperti saat gempa di gedung kami terjadi, bersabar tetap berarti melindungi diri. Tapi jelas bukan berarti panik.

Saat karyawan atau khodimat padha pulang, bersabar bisa berarti menjalani hari dengan tenang. Dengan tidak menumpahkan kekesalan pada suami atau anak, misalnya. Bersabar bisa berarti 'hanya' menjalani hari tanpa kegaduhan, tanpa uring-uringan, tanpa kemarahan. Meskipun bingung sudah di ubun-ubun karena sudah saatnya masuk kantor tapi asisten belum muncul.

Dengan menjalani hari dengan tenang, semoga pertolongan Allah segera datang. Sehingga saat waktunya tiba, kita ngerasa tahu tahu saja semua masalah itu telah pergi. Padahal tidak satupun usaha kita yang istimewa selain menjalani hari dengan menahan diri.

Allah lah yang telah mengangkat riak dan gelombang dari kehidupan kita. Karena Allah sudah menjanjikan akan memberikan kemudahan bersamaan dengan kesulitan. Allah memberikan masalah bersamaan dengan solusinya.

Allahu Ma Ana. Allah bersama kita.

Kalau suatu masalah datang pada kita. Tidak mungkin tidak, pasti Allah yang menghendaki masalah itu hadir pada kehidupan kita. Dan Allah Al Ilm. As Samii'. Al Bashir. Tidak ada sesuatupun yang terlewat dari pandangan Allah, dari kehendak Allah. Dan Allah menciptakan segala sesuatu ada maksudnya. Tidak ada satupun yang sia sia. Termasuk menciptakan masalah pada kehidupan kita.

So, kalau pada suatu milestone kehidupan, kita belum juga bisa naik kelas, yakinlah. Dan berusahalah. Allah Maha Mengetahui apakah kita sudah layak lulus, atau tidak. Bisa jadi kita ngerasa masalah sudah lewat karena milestone itu dicabut Allah -- bukan karena lulus, namun karena tidak lulus untuk kemudian diujikan lagi pada suatu hari nanti. Dan berulang lah ujian pada point yang sama.

Sebenarnya kita 'hanya' disuruh sabar kok... Tapi kok ya sulit ya... :-)

Thursday, October 25, 2007

Renungan Khotbah Ied di Semarang

Ya, lebaran kali ini kami sholat ied di lapangan wologito semarang. Dan ternyata khotbah kali itu sangat menggugah hatiku. Dan menguntaikan doa yang mengalir begitu saja -- semoga bukan karena riya dengan nikmat yang telah Allah berikan. Semoga lebih karena khouf dan roja' pada sang Penguasa Alam. Dan saya tulis di blog untuk mengingatkan saya sendiri. Apabila suatu hari nanti ternyata Allah mengabulkan, agar saya tidak lupa dengan janji dan doa yang saya ucapkan sebelum semuanya diijinkan terjadi oleh-Nya.

Ya Allah, kalau Engkau berkenan memberi kelapangan materi pada kami, buatlah supaya kami tidak silau dengan kemudahan yang Engkau berikan. Bantulah kami untuk pandai bersyukur. Pandai menghargai nikmat yang Engkau berikan.

Ya Allah, bantulah kami agar kami tetap menggunakan materi sekedar mencukupi kebutuhan kami. Jangan biarkan kami melenakan diri kami dalam kelimpahan materi. Jangan biarkan kami terlena dengan dunia yang hanya seperti beristirahat di bawah pohon dari seluruh perjalanan yang sangat panjang. Bantulah kami meletakkan dunia hanya pada tangan kami, dan bukan pada hati kami.

Buatlah supaya kelebihan materi yang Engkau limpahkan kepada kami, kami gunakan untuk berbagi dengan mereka yang engkau takdirkan belum mendapatkan kelimpahan. Buatlah supaya kami cukup bersabar untuk berbagi dengan mereka.

Cukup bersabar untuk berbagi kelimpahan dunia. Cukup bersabar untuk berbagi ilmu. Cukup bersabar untuk membagi pemahaman. Cukup bersabar untuk membuka penghalang sinar menuju pintu surga-Mu.

Bantulah kami untuk tidak berputus ada dalam mendidik, membantu, mengajari mereka yang Engkau takdirkan kurang dari kami. Bantulah dan pertemukanlah kami dengan mereka yang Engkau inginkan masuk surga dan dapat mempermudah jalan kami masuk ke surga Firdaus-Mu.

Ya Allah, bantulah kami agar setiap langkah kami, setiap pilihan kami, setiap keputusan yang kami ambil, dalam rangka mendekat kepada-Mu. Buatlah supaya untuk urusan akherat, kami menyedikitkan pemakluman yang kami sering berikan untuk kami sendiri. Dan perbanyaklah pemakluman yang dapat kami berikan untuk urusan yang orang lain lakukan.

Rabbanaa Hablanaa Min Ladunka Rahmah
Wa hayyi' lana min Amrina Rasyadaa

Ya Rabb, berikanlah kepada kami rahmat dari sisimu
Dan sempurnakanlah petunjuk-Mu yang lurus dalam urusan kami

Amien

Tuesday, October 23, 2007

Jaminan Brand

Biasanya kalo ada brand terkenal, kita langsung mempercayai 'apapun' tentang brand itu. Minimal itu yang dulu terjadi pada saya. Bukan berarti saya termasuk yang brand minded lho. Maksudnya kalau saya beli yang branded, rata-rata pengecekan yang saya lakukan sangat lebih longgar daripada kalo non branded.

Trus di milis khan memang beberapa kali beredar adanya perbedaan harga di rak dengan saat dibayar di kasir. Yang muncul di milis seingatku ada Indomaret, Alfamart, dan Care4. Tapi dasar sudah minded, biasanya tuch yang terpikir, ah... itu khan kebetulan aja, harganya beklum di-update. Gitu. Jadinya tetep aja aku gak aware dengan harga di label dan harga yang kubayar.

Nha... libur lebaran ini keluarga besarku makan ke DeSa Bumbu. Tahu gak ? Kalo dari Jakarta, nongol di tol Puncak yang ke arah sukabumi, terus belok kiri dikit. Pas nyampe kita excited banget. Tempatnya enak. Asri. Udah gitu dateng disambut dengan mbak yang padha pake kebaya modern, sama suara gamelan. Jadi berasa adem. Iseng ngobrol sama karyawan tsb, katanya outbond musti bayar, di luar service resto. Per orang 20 ribu, sepuasnya. Hmm... lumayan khan...

Udah selesai makan, anak anak udah buru buru aja mo outbond. Kupikir, ah... sepuasnya ini. Jadi biarin aja outbond duluan. Toch ntar aku juga bisa lihat. Jadi aku nyantai aja.

Pas aku muncul di area outbond, Iva udah hampir selesai. Dia khan memang orangnya seneng yang petualangan gitu. Jadinya pengen lagi. Kubilang ke yang bantuin outbond, ternyata kata dia, 20 ribu itu per lintasan, dan sekali jalan. Jadi mo ngulang lintasan ya 20 ribu lagi. Mo pindah lintasan ya 20ribu lagi. Oalah...

Nha, sampai situ masih mendingan. Pas mo bayar, untung aja kakakku teliti. Bonnya diminta duluan. Tahu gak, gak tahu gimana, ikan yang kita beli 4 biji, muncul di bon jadi 5 ekor. Itu juga masih mending. Yang klewat parah, di bonnya ada tagihan udang asam manis. Padahal boro boro makan, lha wong disebut sebut aja enggak... Hhh... ngeselin gak seh...

Trus brand yang kedua, kita iseng iseng mampir ke ACE Hardware. Khan masih grand opening tuch, yang di depok. Kita beli rak besi kecil, e... ternyata dapet hadiah tempat minum karena termasuk 100 pembeli pertama. Terus pindah ke Index Furnishing. Ada discount sprei 70%. Wah, lumayan nich, kebetulan emang lagi butuh. Jadi aku beli beberapa. Plus sarung bantal dan gulingnya.

Eee... ada yang keliling bagi bagi balon. Kebetulan aku bawa Uthi sama Widad, jadi dapet 2 balon. Hmm... bagus juga nich pelayanannya.

Trus bayar. Wuah... dapat hadiah agenda sama bolpen unik, gedhe banget. Jadinya seneng...banget. Gimana enggak, beli yang dibutuhkan discount 70%, plus anak seneng cause dapet balon, masih plus agenda bagus dan bolpen unik.

Nha, setelah bayar, baru... suami mbisikin... eh... bener gak sih harganya segini. Tadi kayaknya enggak segini dech. Mo ngecek gak.

Hmm... cek aja lah, sekalian iseng ngeliat barangnya index Furn yang bagus bagus.

DAN... ternyata... di labelnya harga 84.400, tapi di bon yang kubayar 107.000. Itu per sprai yang kubeli. Juga sarung bantal dan gulingnya. Pas kita mo manggil SPG nya, gak tahu sengaja atau enggak, kok kayaknya mereka jadi padha menghindar gitu lho. Sampai akhirnya kita deketin salah satu. Terus kata mereka, Ooo... sebentar ya. Dan sebentarnya itu loama... sekali. Jujur aja, aku sampai gak enak juga nungguin lama gitu.
Setelah loama... katanya discountnya salah, masih discount yang kemarin -- 60%, tapi udah dibenerin. Terus nunggu loama lagi. Trus... akhirnya... disuruh lagi ke kasir. Ternyata kelebihan pembayarannya 91ribu. Tapi gak bisa diambil cash. Cuman kitanya udah capek. Ya udah dech, ambil sprai lagi aja, sama sarung bantal guling.

Trus ke kasir lagi buat ngitung kekurangan yang kudu kita bayar. Loh... lha kok harga yang dikasih balik lagi ke harga yang discountnya salah yang katanya tadi udah dibenerin. Jadi suamiku complain lagi. Baru dech... semua ok. Tapi aduh... udah ribet dan ngabisin waktu banget dech.

Jadinya sama percis dengan DeSa Bumbu. Kita udah seneng dan excited sama pelayanan yang diberikan. Jatah pas bayar, e... dimasuk masukin dan dinaik naikin. Gak jujur babar blas dech. Padahal ACE itu masih grand opening lho.

Kalopun pembelinya gak tahu, yang di Atas pasti tahu khan. Kalo pun bisnisnya tetap lancar bahkan makin lancar dengan cara seperti itu, harusnya bukannya seneng dan bangga... justru makin khawatir... karena berarti balasannya di akherat.

Asal inget saja, ayat Quran tentang timbangan jual beli adalah ayat terpanjang. Menunjukkan seberapa pentingnya.

Thursday, October 4, 2007

Anugerah, menjelang akhir pekan terakhir Ramadhan 2007

Menjelang akhir pekan terakhir untuk Ramadhan 2007. Apa yang bisa diambil untuk pelajaran Anugerah di Ramadhan berikutnya ?

Ternyata, stock 10 pcs per item gak cukup. Pekan kedua kami masih beli lagi, dengan kondisi barang di distributor minim. Yang aneh, pekan ketiganya, saat tersisa tinggal sekali akhir pekan, stock di distributor ternyata muncul banyak. Dan bagus bagus. Yach.. kita coba saja. Jadi akhir pekan ini stock tetap dilengkapi 4 sampai 6 pcs per item. Semoga tetap jalan dengan bagus.

Seperti postingan sebelumnya, maximal omset per hari sekitar 5 - 6 juta. So, kalau mo meningkatkan omset bulanan, mau nggak mau harus 'memberdayakan' hari selain sabtu ahad. Karena sabtu ahad sudah menthok. Nah, kata suami, diskonnya aja yang ditambah untuk selain sabtu ahad. Tapi aku kok keberatan ya. Karena diskon segitu khan udah mepet. Udah pas banget sebagai keuntungan gitu lho. Pikir pikir... akhirnya muncul ide, mungkin selama bulan Ramadhan tahun depan, akan muncul kebijakan diskon baru. Jadi sabtu ahad diskon 5%. Sedangkan selain sabtu ahad diskon tetap 10%. Jadi keuntungannya ada dua, pertama penyebaran lead ke hari selain sabtu ahad -- biar gak numpuk, dan kedua, berarti ada peningkatan keuntungan untuk pembelian yang sabtu ahad.

Terus... tgl 10 nanti kita sudah mudik. Padahal toko tetap buka sampai hari terakhir Ramadhan. So... kita mau ngajarin team untuk memasukkan hasil penjualan setiap jam 2 siang ke bank, sehingga lebih aman dan dapat terpantau oleh kita.

Trus apa lagi ya...

Monday, October 1, 2007

Harus cari terobosan lagi nich...

Sabtu ahad bulan Ramadhan, biasanya Anugerah membukukan omset per hari sekitar 5 juta. Untuk Ramadhan kali ini, mengingat pelanggan loyal sudah cukup banyak, kami mengharapkan bisa melebihi tahun sebelumnya.

Hari Sabtu kemarin, kami menyempatkan melihat toko. Alhamdulillah, rame banget. Sempat terpikir, hmm... kayaknya tercapai nich, omset lebih dari 5 juta sehari.

Malemnya, kita lihat catatan toko... oalah... kenapa tetep di angka 5 juta ya... Sempet heran juga. Padahal asli, rame banget. Ahad malemnya, berulang lagi, menthok di angka 5 juta. Hmm... jadi discuss sama suami.

Hasil discuss, sangat memungkinkan kalau memang angka segitulah maksimal omset yang dapat dicapai Anugerah dalam sehari. Dengan semua keterbatasan yang ada.

Kalau coba dihitung kasar, Anugerah buka plus minus 11 jam. Anggaplah yang 1 jam untuk berbenah buka dan tutup toko. Jadi waktu efektif Anugerah untuk berjualan ada 10 jam. Kali 3 karyawan, jadi plus minus bisa diasumsikan ada 30 jam. Diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk sholat, untuk berbuka, untuk antri wudhu, beli makanan berbuka, dll masing masing sekitar 1,5 jam, jadi total waktu efektif ada 25,5 jam. Buletinlah jadi 25 jam. Dari 25 jam itu, menghasilkan omset 5 juta. Jadi tiap jam tiap karyawan menghasilkan omset 200 ribu. Atau 1,7 nota per jam per karyawan. Atau 2 pcs baju per jam per karyawan.

Nah... kalau ngeliat hitungan kasar di atas, make sense khan kalau omset maksimal 5 juta per hari. Karena memang segitulah yang bisa terpegang oleh 3 karyawan saya dengan space yang cuman 5 m2.

Jadi gimana donk supaya omset naik ? Untuk menambah karyawan, sepertinya tidak mungkin kalau space tidak ikut bertambah. Yach... 5 m2, kalau dijaga 4 orang, bisa melimpah keluar ntar, penjaganya. Dengan 3 orang saja mereka sudah melimpah keluar kok.

Untuk menambah space... hm... masih berupa doa... :-)

Yang terpikir bisa dilakukan saat ini, adalah memaksimalkan omset di luar sabtu ahad. Yach, kalau memang sabtu ahad sudah menthok, ya yang perlu diupayakan me-menthok-kan juga omset di luar sabtu ahad. Jadi setiap hari omset maksimal tercapai. Gimana ya ??

Catatan Anugerah pada Pertengahan Ramadhan 1428 H

Hmm... ada beberapa hal yang menjadi catatan pada Ramadhan di toko kali ini, yang kuharapkan dapat menjadi pelajaran untuk Ramadhan di Anugerah tahun berikutnya. Dan karena aku sangat mudah lupa, maka untuk mudahnya disimpan dan diupload ke blog. Kali aja juga bermanfaat untuk yang lainnya.

Yang pertama, jauh jauh hari aku sudah mempersiapkan stock 10 pcs per item per nomor per merk. Nah, kita lihat saja bagaimana jumlah stock tersebut untuk Ramadhan kali ini. Yang jelas, pembelian tetap dilakukan hingga pekan ke-2 Ramadhan, untuk memenuhi stock 8 pcs per item. Semoga ketersediaan stock bisa 'pas' ya...

Kedua, Anugerah Ramadhan kali ini mulai menggunakan pegawai temporer. Skema gaji yang ditawarkan sama persis dengan yang pegawai tetap. Bedanya, pegawai tetap mendapatkan prosen dari laba. Sedangkan pegawai temporer tidak. Padahal khan kalo Ramadhan gini prosennya lumayan.

Yang ketiga, yach... berita cukup menyedihkan. Kios kami mengalami hal yang sama dengan kios Ruzyka di Plaza Cibubur, dan yang hampir dialami oleh Shaakira di Tebet. Penjualan sebelum jumatan, hampir satu setengah juta, diambil oleh tangan yang tidak berhak. Cukup menyesakkan memang. Bayangkan -- untuk dapat laba segitu khan nggak gampang... Tapi ya sudahlah, kita ambil hikmahnya. Pelajaran yang dapat diambil, pertama, jangan pernah di dalam kios dibiarkan kosong, apapun permintaan dari calon pembeli. Kalaupun permintaan ngotot sampai nggak bisa ditolak, bisa minta tolong sama temennya yang lain untuk melakukan.
Kedua, dompet jangan sampai tergeletak. Apapun yang terjadi, dompet, atau tas tempat dompet, harus nempel di badan. Jangan tertipu dengan permintaan yang aneh-aneh, yang mengharuskan meletakkan atau meninggalkan dompet.
Ketiga, hasil penjualan yang sudah lebih dari 50.000, tentu tidak akan dibutuhkan sebagai kembalian. Nah, sebaiknya dompet yang untuk menyimpan hasil penjualan dibedakan dengan dompet untuk menyimpan kembalian. Tentu saja dompet yang menyimpan hasil penjualan harus lebih save.
Keempat, karyawan yang bertugas di luar, harus cukup jeli melihat kalau kalau ada barang yang keluar tanpa plastik Anugerah, means belum bayar. -- tapi yang ini masih bingung... gimana caranya tahu ya ??

Wednesday, September 26, 2007

Back Up

Back Up, kata yang sering kita dengar. Dan juga sangat mungkin sering kita aplikasikan, terutama dalam lingkungan IT. Kita sudah biasa mendengar back up server, back up data, back up file, dst. Dalam lingkungan kerja, dikenal juga back up SDM. Jadi untuk satu kerjaan, tidak hanya dipegang oleh satu orang. Tapi ada back up nya sehingga kalau PIC nya cuti atau sakit, kerjaan gak menjadi berhenti.

Nah, di bisnis ternyata juga butuh back up. Kalo dari yang kualami, salah satu back up yang dibutuhkan pada bisnis adalah finansial. Menurutku, kalo terjun ke bisnis memang harus ada dana yang disiapkan sebagai back up. OK lah, ada contoh contoh orang terkenal, yang pada saat bangkrut -- dengan 'hanya' mengandalkan kepercayaan orang lain padanya, maka bisa membangun bisnis kembali. Dan bukan dengan dana back up. IMHO, orang yang seperti ini tentu sudah mempunyai track record yang jelas di dunia bisnis, sehingga orang bisa percaya. Kalo kita pemain pemula, tentu belum ada track record yang kita bangun.

Pada saat pemula, status kita masih belajar bisnis. Masih sudah sewajarnya bila kita jatuh bangun. Pada saat jatuh, dana back up itulah yang kita gunakan untuk bangun kembali. Alasannya jelas, urusan perut, sekolah, dll, tidak akan melihat bisnis kita sedang bangun ataupun sedang jatuh. Jadi meskipun bisnis sedang rubuh, kewajiban akan tuntutan hidup jalan terus. Itu alasan pertama.

Alasan kedua, dengan adanya dana back up untuk urusan hidup, kita lebih tenang untuk membangun bisnis kembali. Lebih tenang untuk menganalisa keterpurukan bisnis sebelumnya. Dan apabila dana back up masih mencukupi, kita bisa membangun bisnis kembali dengan kekuatan dan pikiran yang lebih segar.

Dari mana dana back up untuk bisnis kita ini ?

Bisa banyak sumber, tergantung tiap orang. Ada yang orang tua atau mertua cukup punya dana dan pengaruh, sehingga pada saat kita jatuh, ada orang tua yang siap mem-back up. Jadi kita bisa bangun lagi. Kalo jatuh lagi, orang tua siap back up lagi. Gitu. Ini tebakan saya, soalnya saya gak termasuk kategori yang ini, hehehe...

Kemungkinan kedua, bisnis sudah ada beberapa mata air. Jadi bila yang satu jatuh, maka yang lain sudah siap menjadi back up. Kalo yang ini saya masih berupa harapan, insya Allah segera terealisasi. Amien.

Kemungkinan ketiga, dan inilah yang saya gunakan saat ini, adalah dengan menjadi TDB sebagai back up bisnis. Kata Om Brad juga, menjadi TDB itu boleh asal digunakan untuk mengumpulkan modal. Dan memang inilah yang dilakukan. Dengan menjadi ampibi, pada saat bisnis mengalami oleng, pikiran dapat sedikit lebih jernih melihat situasi, karena tidak terbebani dengan beratnya 'beban hidup'. Sambil terus menabung untuk membesarkan bisnis, dan membangun back up bisnis dengan bisnis. Nah, saat back up bisnis itu sudah running, itulah saatnya bisa meninggalkan TDB dengan penuh senyum kemenangan... Karena bisnisnya gak diragukan lagi -- sudah terbukti kok !! :-)

Monday, September 24, 2007

Penyebab Kegagalan Bisnis

Berikut tulisan dari pak Nano tentang beberapa penyebab kegagalan bisnis, yang menurut saya OK banget dan memang beberapa terbukti di rekanan bisnis saya. Karena itu artikel yang di posting di milis TDA ini saya cuplik ke blog. Tks to pak Nano.

* * *

Beberapa rekan Entrepreneur atau TDA kirim sms, telepon, dan e-mail ke saya, berkaitan berbagai permasalahan bisnis, yang pada akhirnya membuat mereka menjadi bangkrut, terpuruk hidupnya, hampir bercerai dengan istrinya, stres, depresi, dan masih banyak lagi hal negatif terjadi pada dirinya. (Maaf, saya tidak bermaksud memberitakan hal negatif). Hal tsb lebih disebabkan oleh kebangkrutan dalam bisnis, dan sebagian ada yang kapok memulai bisnis kembali. MasyaAllah.
Ada beberapa hal, menurut saya lho; bahwa seorang Entrepreneur atau Pengusaha atau TDA, bisa jatuh terpuruk bisnisnya, rugi, bahkan pailit atau bangkrut, yaitu bisa disebabkan oleh :
1. Terlalu ambisius, sehingga action bisnisnya tanpa perhitungan sama sekali. Modal nekad doang. Yang penting jalan dulu. Akhirnya ya benar-benar jalan merosot terus ke bawah.
2. Terlalu banyak pakai duit orang lain...atau terlalu BODOL (Berani Optimis Pakai Duit Orang Lain). Sehingga berakibat lupa diri, bahwa itu duitnya orang lain yang harus dikembalikan juga...bukan duitnya sendiri. Nah, karena lupa diri ini, maka cara pakai duitnya juga bisa saja sembarangan, gak pakai perhitungan untung rugi bisnis. Asal pakai saja, urusan...menyusul belakangan.
3. Merasa terlalu "motivated & populer", sehingga sampai "over self confidence". Ini juga bisa menyebabkan berpikir "menggampangkan" relasi bisnisnya. Akibatnya bisa dijauhi, bahkan ditinggal relasinya, karena sering tidak sepaham. Kalau sudah begini ya gak bisa maju bisnisnya doong.
4. Tidak mau & tidak cepat belajar tentang kondisi dari lingkungan bisnisnya. Sering mengabaikan "bisikan hati nurani", sehingga kepekaan intuisi bisnisnya tidak terasah.
5. Sangat gampang terpengaruh lingkungan sekitarnya. Sehingga menjadi mudah terseret seperti model lingkungannya. Menjadi lupa untuk "memfilter" segalanya.
6. Terlalu menjaga gengsi pribadi. Sehingga sangat ingin orang lain tahu, bahwa dia sudah sangat sukses. Ini berakibat memilki sifat konsumtif banget. Sungguh berbahaya, karena ada keinginan yang kuat untuk pamer hal-hal bersifat fisik, sebelum waktunya.
7. Kurang memiliki rasa empati bisnis. Ini terkait dengan BODOL tadi. Jadi asal "gasruk" saja...asal "sikat" dulu. Tidak mau merasakan dan mencermati lebih dulu, bagaimana sebenarnya bisnis yang mau dijalankan tersebut.
8. Terlalu mengedepankan / mengutamakan kepentingannya sendiri lebih dulu. Lebih banyak berpikit untuk meraih keuntungan pribadi dulu. Padahal bisnis itu harus seimbang, kepentingan orang lain juga harus diperhatikan.
9. Tidak terbuka terhadap relasi bisnis, selalu ada yang disembunyikan. Bisa dibilang juga, kurang jujur mengungkapkan bagaimana bisnis sebenarnya. Kejujuran itu modal utama bisnis. Jujur adalah mata uang yang berlaku dimana pun.
10. Kurang sekali memberi dan melayani orang lain. Atau bahasa singkatnya: kurang bersedekah. Sebenarnya, pada kondisi apa pun kita ini, banyaklah bersedekah. Ini sering dilupakan.
11. Kurang ikhlas menjalani kehidupannya. Kebanyakan lebih sering berpura-pura ikhlas, bukan ikhlas yang sesungguhnya. Ini bisa berbahaya bagi dirinya...khususnya mental dan imannya.
12. Kurang pandai bersyukur. Apa pun yang terjadi sebenarnya selalu patut untuk disyukuri. Bersyukurlah di saat kaya, sebelum miskin. Di saat sehat sebelum sakit. Jika pandai bersyukur, niscaya InsyaAllah selalu dibantu Allah dalam menangani kehidupannya.

Semoga uraian sederhana saya di atas tersebut, bisa memberikan tambahan wawasan buat rekan Entrepreneur atau TDA...agar senantiasa berhati-hati dan waspada terhadap "jebakan-jebakan" seperti di atas; yang pada dasarnya lebih disebabkan oleh diri kita sendiri.

Salam Luar Biasa Prima!
Wuryananohttp://wuryanano.com/
Founder & Moderator:http://groups.yahoo.com/group/SuperMindPower/

Thursday, September 13, 2007

Ramadhan

Sudah lama ingin menulis tentang Ramadhan. Tentang bulan yang penuh berkah. Bulan penuh ampunan. Bulan tarbiyah. Bulan maghfiroh. Bulan yang mengijinkan umat Muhammad berdialog langsung dengan pemilik-Nya. Bulan yang... ach... begitu banyak kelebihan bulan Ramadhan.

Hari ini hari pertama Ramadhan. Aku berharap, sangat berharap, Ramadhanku kali ini lebih baik dari sebelumnya. Yang ramadhan sebelumnya hanya niat, hanya keinginan, semoga Ramadhan kali ini menjadi sebuah dorongan. Sehingga mewujud menjadi sebuah realita. Dan bukan hanya terjelma sebagai target tanpa realisasi. Dan itulah yang terjadi di Ramadhan ramadhan yang telah lewat.

Sedih. Betapa turunnya ruh ku setelah pindah ke Jakarta. Entahlah. Rasanya Jakarta telah menyedot sebagian besar tenagaku. Juga waktu. Alhamdulillah, Allah tidak membiarkan aku sendirian. Masih ada seorang spiritual mother yang senantiasa bersedia menampung semua keluh kesahku. Dan memompa semangat untuk selelu berusaha kembali pada-Nya.

Malu. Sering keluh kesahku sekedar keluh kesah. Saran dari beliau hanya diterima saat didengar. Tanpa diendapkan ke hati. Tanpa realisasi. Sementara keluh kesah dilakukan lagi dan lagi.

Ya Allah... bantulah hamba-Mu ini untuk melangkahkan kaki meniti jalan-Mu. Jalan para Rasul. Jalan para Nabi. Jalan para syuhada. Jalan menuju surga Firdaus-Mu. Jangan biarkan hamba-Mu ini meniti jalan mereka yang hanya bersyahadat di lidah. Hanya beribadah sekedar menggugurkan. Hanya beramal sekedar penampakan.

Ya Allah... ampunilah hamba-Mu.

Rabbana hablana min ladunka Rahmah, wa hayyi' lana min amrina Rasyada
Ya Rabb, berilah kepada kami Rahmah dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah petunjuk-Mu yang lurus dalam urusan kami.

Laa ilaha illa Allah... Astaghfirulloh...
Allahumma inni As aluka ridhoka wal jannah, wa naudzubika min sakhotika wan naar...

PS. Mohon maaf lahir dan bathin untuk semua kesalahan, ke-alpa-an, kekhilafan, ketersinggungan, dan semua yang mungkin pernah merasa tidak nyaman dengan kehadiran tulisan saya di blog ini.

Wednesday, September 12, 2007

Allah memang Maha Adil

Ya, Allah memang Maha Adil. Bukan berarti sebelum ini aku meragukan keadilan Allah. Bukan, bukan itu ! Tapi akhir akhir ini mataku semakin terbuka akan keadilan Allah -- yang kadang dilihat dengan kaca mata manusia seolah terlihat justru Allah tidak adil.

Bayangkan. Allah menciptakan2 jenis gender manusia. Yang satu kuat. Yang satu lemah. Yang satu punya satu suara penuh. Yang satu cuman setengah. Yang satu berhak atas warisan sebanyak dua kali yang lain. Yang satu berhak menjadi qowwam. Yang satunya lagi harus nurut.
Gak adil khan ? Ya -- tampaknya memang tidak adil.

But... ternyata Allah menciptakan tanggung jawab, berlainan sisi dengan keinginan, hasrat, dan hawa nafsu. Jadi, Adil kah ?

Allah menciptakan laki laki untuk bertanggung jawab terhadap anak dan keluarganya. Dan Allah menciptakan wanita lengkap dengan keinginan dan cinta yang besar, untuk mendidik dan merawat anak dan keluarganya. Tanpa 'tugas' untuk bertanggung jawab, laki laki akan melenggang sendiri tanpa memikirkan keluarga. Berbeda dengan wanita. Meskipun tanpa diserahi tanggung jawab, seorang ibu otomatis akan tetap mengurus dan memberikan yang terbaik untuk keluarganya.

Bayangkan bila Allah memberikan tanggung jawab terhadap keluarga ini kepada wanita, bukan kepada laki laki. Bisa jadi para bapak setelah seharian mencari uang, akan sibuk setelahnya untuk membuang uang. Bisa jadi para bapak sibuk sendiri memenuhi aktivitas individunya. Bisa jadi para bapak tidak pernah lagi berada di rumah kecuali untuk menyerahkan sejumlah uang yang menjadi tugasnya sebagai bread maker.

Sementara sang ibu ? Karena dibekali dengan insting dan sayang pada anak dan keluarga, akan sibuk mengurus keluarganya. Apabila rasa ini ditambah dengan tanggung jawab terhadap keluarga, maka semakin lengkaplah 'keterpurukan' ibu. Kenapa ? Dengan keluarga menjadi tanggung jawab ibu, mungkin para bapak menjadi merem terhadap apapun yang terjadi di rumah. Mungkin para bapak tidak mau tahu lagi terhadap proses pendidikan anak. Mungkin para bapak tidak peduli lagi dengan susyahnya menjaga hubungan baik dengan anggota team sebagai tangan kanan di rumah. Mungkin para bapak tidak mau tahu lagi dengan rumah yang bocor. Dengan lampu yang mati. Dengan anak yang sakit. Dengan tetangga yang rese. Dengan gas yang habis. Dengan listrik yang mati. Dengan kenaikan harga beras. Dan semua tetek bengek yang kecil kecil tapi menggunung. Itu apabila para bapak hanya punya satu tugas : menjadi bread maker.

Ada satu contoh yang kejadian padaku pagi ini. Pagi pagi banget sebelum shubuh kita udah bangun. Trus anak anak dibangunkan satu satu dengan niat mo ke masjid bareng bareng. Kebetulan Uthi lagi susyah bangun. Jadinya pas suami, Alya, sama Iva udah siap di teras, aku sama Uthi masih sibuk di kamar. Yang ngebujukin bangun lah. Ngebujukin minum milo lah. Ngebujukin BAK lah. Terakhir ngebujukin lagi untuk pake mukena. Kebayang khan.... Pas aku sama Uthi berhasil nyusul keluar, ee... ternyata mobilnya udah dibawa suami ke masjid. Ditinggal gitu lho. Jadinya kesel bin gondok. Hehehe...

Terus pikir pikir, kenapa ya kudu kesel. Khan tugas ngedidik anak itu tugas suami. Jadi kalo aku sampe repot ngurusin Uthi untuk ngajarin dia ke masjid, sebenarnya 'cuman' dalam rangka ngebantuin suami. Kalo ternyata suami lagi gak mau ngedidik Uthi sholat, ya udah, itu urusan suami sama Allah. Ya gak... Nha, balik lagi, set back... jadi sebenarnya tugasku sebagai ibu apa...

Apa ya ? Apa sich tanggung jawab dan tugas sebagai ibu ? Cuman satu sebenarnya, memenuhi keinginan suami. Di pihak wanita, hal ini menjadi tugas, menjadi tanggung jawab. Menjadi jalan menuju surga. Di pihak laki laki, bagian ini menjadi keinginan, hasrat. Bayangkan bila tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan biologis ada pada suami. Hahaha... gak kebayang dech.

Jadi Allah Maha Adil khan ? Allah memberi tanggung jawab pada yang satu, sementara memberi keinginan dan hasrat pada pihak yang lain. Sehingga kedua pihak itu seharusnya dapat bersinergi. Dapat saling bekerja sama. Saling membantu. Saling menolong. Saling menutup kekurangan yang lain. Karena bila istri menginginkan sesuatu, itu bagian dari tanggung jawab suami. Sebaliknya, bila suami menginginkan sesuatu, itulah kewajiban dari sang istri. Clear ??

Monday, September 10, 2007

Modal dan Pertumbuhan Bisnis

Banyak orang yang menganggap bahwa besarnya modal sangat berhubungan dengan kecepatan pertumbuhan bisnis. Buat saya, ada benarnya, ada salahnya. Jadi belum tentu. Karena menurut saya, besarnya modal juga dapat mempengaruhi kecepatan penurunan bisnis, hehehe...

Ada yang bisnisnya jatuh, justru saat banyak permintaan. Pada saat permintaan meningkat tajam, modal langsung ditambah. Langsung dilakukan pembelian. Tentu saja dengan harapan segera terjual. Problem muncul -- mungkin -- salah satunya karena permintaan muncul dari 1 atau 2 customer, sementara untuk mengejar harga yang make sense, pembelian harus grosir. Bukan 1 atau 2 pieces, tapi 1 atau 2 lusin. Bahkan kodi. Nah, alhamdulillah kalau barang lebihnya bisa ikut segera terjual. Apesnya, kalau ternyata barang lebihnya itu 'nganggur' di toko. Ruginya jadi 2 : dana mandheg (brenti), dan toko jadi penuh.

Kalau hanya satu macam barang, masih OK. Tapi customer yang datang ke toko kita khan sangat variatif. Customer X pengen barang A, misalnya. Kita belikan 1 lusin. Customer Y nyari barang A dan B. Kita belikan barang B, 1 lusin juga. Kemudian barang C untuk customer berikutnya lagi, 1 lusin juga. Barang D, 1 lusin juga, dst dst. Kalo semua jalan, jelasss... keuntungan di depan mata. Tapi kalo enggak.... loss juga di depan mata.

Apalagi, kadang keinginan customer juga mengalami perubahan. Ada pernah customer saya, bilang pengennn... banget koko Sabila warna kuning biru. Waktu itu yang ada di toko ukurannya gak sesuai. Meskipun saat itu blio udah beli koko sabila tapi warna yang lain. Terus maksa minta dipesankan. Udah niggalin nomor telpon. Pas barangnya datang, kita call customer tsb, dengan polosnya bilang... gak jadi ya... Untung aja aku memang biasa order Sabila. Jadi nothing to loose.

Pernah juga kita cerita ke pebisnis lain, kalo modal untuk usaha (waktu itu) kita patok 2,5 juta (dikit ya...). Temen itu terheran heran. Kenapa modal musti dibatasi. Jadinya permintaan khan nggak bisa dipenuhi. Padahal kalo menurutku, khan gak bisa kalo bisnis butuh uang, terus langsung disupply sama dana pribadi (apalagi dana pinjaman). Gak bisa gitu. Karena kita musti ngitung juga. Musti membandingkan, minimal dengan return deposito di bank (kalo sekarang bank Syariah dech, tapi rada susah ngitungnya. Cuman buat ngebandingin, bank konvensional gak papa ya...). Dengan modal yang kita putar, berapa return yang kita dapat dari bisnis kita. Kalo memang lebih kecil dari bank... ya mendingan di taruh di bank aja khan... Ya gak. Kecuali kalo memang masih dalam tahap 'belajar'.

Nah, dengan matok modal tersebut, perhitungan jadi ketat. Kalo ada yang belum bayar, jadi ketat juga, hehehe. Milih barang yang mo dibeli, juga ketat. Jadinya cash flow juga dipelototin. Dari modal sekian menghasilkan sekian dalam janga waktu sekian keliatan jelas. Terus permintaan yang belum terpenuhi berapa. Barang yang slow moving, atau bahkan brenti di gudang berapa.

Nha, kalau untuk saya sendiri, dari situ baru memutuskan. Nambah modal, atau sebenarnya dana yang ada kurang berputar. Atau justru barang yang perputarannya belum optimal.

Kalau ternyata banyak barang yang belum berputar, ya jangan nambah modal dulu. Think think think... supaya barang brenti itu bisa jadi modal yang bisa diputar lagi. Bisa dibazaarkan seperi pak Yoyok. Bisa di-obral, dijual murah, atau bahkan dijual rugi. Yang penting ada uang masuk buat modal. Atau bisa juga disumbangkan (khan dapet 10x lipatnya ya, hehehe...).

Jadi, kalo bisnis lagi butuh uang, jangan langsung menganggap butuh tambahan modal. Kita amati dulu cash flow dan goods flow (eh, bener gak ? Maksudnya aliran barang gitu lho...). Jangan sampai karena modal disentor terus, bisnis jadi kebanjiran modal. Malah tenggelem...

PS. Alhamdulillah, Sabtu Ahad kemaren, Anugerah mencatat penjualan retail yang fantastic. Biasanya penjualan begini hanya sabtu ahad bulan Ramadhan. Mungkin karena akhir pekan terakhir sebelum Ramadhan ya. Khan banyak juga, yang Ramadhan nggak mau terganggu dengan perkara nyari baju.

Wednesday, September 5, 2007

Evaluasi Omset dan Profit Anugerah

Sesuai postingan tentang siklus omset, akhirnya sudah kita bikin chart untuk omset dan laba. Data yang dipakai mulai Desember 2005, sampai Agustus 2007. Monthly dan weekly. Ada beberapa hal yang menarik yang bisa kita lihat.

Pertama, omset untuk tahun 2007 pada bulan 3, 4, 5, dan agustus kemarin ternyata turun kalau dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Sedangkan di bulan yang lain lebih tinggi dari tahun kemarin. Sempat kaget juga sich. Cuman pas diamati lebih detail... hmm... kemungkinan terbesar terjadi karena tahun 2006, kita masih mempunyai beberapa reseller untuk penjualan grosir. Sehingga omset penjualan tinggi, khan grosir. Sedangkan tahun 2007, kebetulan produk yang dulu kita grosirkan mengalami problem, sehingga penjualan grosiran untuk produk tsb ikut di-stop. Untuk memulai grosiran produk yang lain, aku memang masih menimbang beberapa hal. Walhasil, omset tahun 2007 memang lebih rendah dari tahun sebelumnya. Karena khan tahun 2007 hanya retail...

Tapi nggak kecewa kok. Karena kalau dari sisi laba, gross profit monthly, ternyata lebih tinggi dari tahun 2006. Gross profit monthly yang lebih rendah hanya di bulan Februari, itu juga selisihnya 'cuman' 200ribu. Di bulan Juni dan Juli, sesuai prediksi awal, ternyata profit 2x lipat dari bulan yang sama di tahun 2006. Sedangkan bulan Agustus, yang kemaren sudah dag dig dug gara gara penjualan berkurang drastis, ternyata masih lebih tinggi 500ribu dari bulan Agustus 2006. Dari total gross profit untuk range Januari sampai Agustus, alhamdulillah, telah tercapai kenaikan 5.500ribu dari tahun 2006. Salah satu kesimpulan yang ditarik, profit grosir alhamdulillah, sudah berhasil ditutup oleh penjualan retail.

Kalau dilihat dari chart yang dibuat, seharusnya mulai sekarang grafiknya mulai meningkat tajam (wajar sih... khan udah mo Ramadhan). Profit yang didapat selama bulan Ramadhan 2006, di bulan September 2,5x lipat dari rata rata profit bulan yang lain. Sedangkan di bulan Oktober nya, sekitar 5x lipat dari rata rata profit bulanan di luar Ramadhan. Semoga di tahun 2007 ini bilangan kelipatannya bisa lebih naik lagi. Amien.

Pekan pertama setelah lebaran profit nol. Ya jelas aja, khan masih libur. Cuman biasanya pekan terakhir sebelum lebaran, profitnya di-accrue di bulan pertama setelah lebaran. Maksudnya supaya biaya yang muncul tetap tercover oleh profit. Ya iyalah, walopun setelah lebaran, dan toko tutup beberapa hari, fixed cost seperti gaji pegawai, service charge, telpon, parkir langganan, khan tetap ada. Jadi profit pekan terakhir lebaran digunakan untuk menutup biaya biaya ini. Biasanya sih bulan berikutnya sudah bisa membiayai sendiri lagi dari hasil toko bulan ybs. Malah kadang masih muncul laba.

Demikian laporan singkat dari Direksi Anugerah Collection pada public pada hari rabu, jam 14.38. :-)

Wednesday, August 29, 2007

Siklus Omset

Omset di toko Anugerah, sepertinya punya siklus tersendiri. Kalau yang pernah aku amatin untuk siklus omset pekanan, pekan pertama itu cukup besar. Kalau range A sampai D, pekan pertama tiap bulan dapat nilai A. Pekan kedua dapat nilai B. Pekan ketiga dapat nilai C. Nah, pekan keempat balik lagi, dapat nilai A lagi. Ini siklus omset Anugerah Collection yang hampir berulang setiap bulan.

Nha, nilai D diperoleh pas pekan pekan pertama setelah lebaran. Maklum... khan beberapa hari libur, hehehe. Itu yang aku sudah amati untuk omset pekanan.

Pekan ini, baru terpikir untuk ngamatin siklus omset bulanan nya. Pemicunya, ada peningkatan omset yang signifikan di bulan Juni dan Juli. Kebetulan pada awal Juni, Anugerah memang melakukan renovasi pada interior toko. Maksudnya nambah lampu gitu lho. Gak tahu memang karena itu atau tidak, yang jelas bulan Juni dan Juli omset naik hampir 2x.

Trigger kedua, karena di awal Agustus, omset turun drastis. Dibilang turun kalau dibandingkan dengan peningkatan omset di bulan Juni dan Juli. Jadi sebenarnya kalo dibandingkan dengan bulan Mei, omset normal sich. Problemnya karena omset bulan Juni dan Juli khan naik 2x. Jadi standard omset harusnya udah yang naik 2x itu. Tapi ternyata awal bulan Agustus omsetnya mirip dengan Mei. Udah ketar ketir dech. Pertanyaan 'kenapa' padha bermunculan di kepala.

Trigger ketiga, karena ternyata di pekan ke-3 Agustus, omset normal lagi seperti kenaikan yang dialami di bulan Juni dan Juli. Jadi pertanyaan yang tersisa bertambah banyak. Walopun udah rada santai untuk mikirinnya. Tidak setegang saat awal Agustus kemaren.

Jadi terpikir. Pengennya kita udah tahu siklusnya gitu lho. Jadi misalnya nich, sudah biasa kalo Juni dan Juli itu omset 2x. Jadi pas tahun depan, kalo Juni dan Juli naik, kita udah biasa, dan udah siap tentunya. Nha, kalo memang siklusnya awal Agustus itu cuman x, kita juga gak terlalu kepikiran. Karena khan memang biasa, sudah siklusnya untuk turun. Jadi gak hanya siklus menjelang lebaran aja yang tertangkap. Hmm... means ada PR lagi yang harus dikerjakan nih...

Psst... penurunan di awal Agustus juga terjadi di beberapa toko fashion rekan TDA. Dan Alhamdulillah, saat Anugerah mulai mengalami kenaikan lagi, sepertinya toko mereka juga sama. Ini hasil pengamatan setelah visit bebebapa blog rekan TDA.

Monday, August 20, 2007

Foto Anugerah Collection



Akhirnya setelah tertunda sekian kali, saya upload juga foto toko pertama kami di ITC Depok.
Ada 2 rencana perbaikan yang belum dilakukan. Yang pertama, mengganti papan nama dengan sign board yang pakai lampu, sehingga toko bisa lebih terang. Rencananya ini akan dilakukan insya Allah setelah lebaran tahun ini.
Sedangkan perbaikan yang kedua, adalah pemasangan brosur atau apapun untuk mengisi dinding di belakang rak yang terlihat masih polos. Padahal dinding ini terlihat dari tangga karena posisi kios kami yang di hook.
Sayang gambarnya gelap. Sebenarnya kalau terang, terlihat di dalam toko kami sediakan space untuk 2 / 3 kursi sehingga bapak / ibu yang mengantar dapat nyaman menunggui putrinya memilih baju yang cocok.
Toko kami juga kami penuhi dengan rak, untuk meningkatkan kapasitas baju yang dapat disimpan di toko. Harapannya, dengan banyaknya stock dari berbagai range harga, maka pembeli akan banyak pilihan sehingga kemungkinan membeli pun lebih besar.
Hmm... apa lagi ya... Segitu dulu aja dech. Kalo ada foto baru lagi insya Allah kita upload.


Ini dia yang keempat


Ini dia yang keempat, sampai saat ini masih menjadi yang bontot. Panggilannya Widad. Sekarang hampir 10 bulan. Udah pinter merangkak dan titah. Udah gak mau bubur. Pengennya makan nasi, sama ma kakak kakaknya. Padahal giginya belum padha tumbuh, hehehe...

Standarisasi

Tadinya kukira standarisasi hanya urusan perusahaan besar. Ternyata dalam usaha retail busana, standarisasi ini juga penting banget. Pegang peranan kunci.

Ada satu vendor saya, yang memang penjahit amatiran. Saya sering mengambil rok dewasa dari penjahit ini.

Pada awal pengambilan, saya suka heran. Kenapa sich, ukurannya sering aneh aneh. Kayak anak tangga. Misalnya saja, panjang rok itu bisa saja 70, 71, 72, 73, dst. Selisih nya bisa cuman 1 cm. Terus kadang muncuk rok yang super panjang. Atau malah super pendek.

Pas kita tanyain ke produsennya, jawaban yang kudapat, "karena menyesuaikan bahan yang ada. Kalo bahannya masih panjang, sayang khan kalo dipotong. Sebaliknya kalau bahan tinggal dikit, ya jadinya dikecilin." Gubrak !!

Katanya juga, gak papa. Khan tinggi orang juga beda beda. Hehehe. Alasannya ok sich. Cuman... kebayang gak. Kalo misalnya di toko lagi ada yang minat rok tsb. Terus ukurannya terlalu besar. Nah, gimana caranya Iis nyariin satu rok yang lebih kecil, dan ukurannya pas dengan yang dateng. Kebayang gak ? Iis musti mbukain rok itu satu persatu, dan membandingkan panjangnya dengan yang lama. Teruuus aja sampai ketemu dengan rok yang panjangnya sesuai dengan yang beli. Ya kalau roknya cuman 5. Kalau roknya ada 30, terus musti bukain satu satu dan ngebandingin, kebayang gak ? Wah, bisa bisa pembeli berikutnya gak sempet dilayani dech... :-)

Jadinya kusarankan ke penjahit tsb, untuk standarisasi ukuran. Jadi bikin aja standard. Kalo S, berarti panjangnya sekian. Kalo M sekian. L sekian. Nha, kalo ada yang lebih kecil, kasih SS. Kalo lebih besar, pasang LL atau XL.

Jadi kalo di toko ada yang minat, Iis tinggal lihat ukurannya. Kalo SS masih terlalu besar, ya udah, tinggal bilang ke calon pembeli : maap, ini yang paling kecil. Jadinya dia gak perlu mbukain semua rok untuk nyari panjang yang sesuai. Irit tenaga dan waktu. Dan toko juga jadi gak berantakan, penuh dengan tumpukan baju yang belum dilipet gara gara nyari ukuran rok, hehehe. Alhamdulillah, sekarang hal ini sudah diterapkan.

Ada lagi yang kayaknya sering gak standard juga di produsen, terutama produsen yang masih home industri. Yaitu harga. Dari sisi penjualan retail (tepatnya dari sisi saya, hehehe) , pinginnya standard harga jelas. Misalnya rok ukuran s harga sekian. M harga sekian, dst. Atau ukuran s bahan jeans harga sekian. Bahan katun harga sekian, dst. Atau bordir harga x, sablon harga sekian. Jadinya enak yang ngejual. Gak khawatir salah harga, karena human error udah diminimalisasi.

Saya sempat menemui beberapa yang menentukan harga berdasarkan harga bahan yang diperoleh. Gak salah sich. Cuman jadinya kita yang ngejual susah. Kemarennya rok harga belinya 40.000. Sekarang 45.000 karena gak ada lagi kain kiloan, adanya yang meteran. Besoknya lagi jadi 35.000, karena belinya gulungan. Dst. Wah, blaik kalo kayak gini. Pengennya sich berapa harga bahan tuch kita merem aja. Yang dipake sistem subsidi silang. Pas yang dapet murah, mensubsidi yang dapet bagus. Jadi harganya yang muncul untuk kita beli tetep gitu lho...

Nha, sample untuk case kedua ini adalah sik clothing. Sungguh, SIK Clothing produk yang bagus. Bahan bagus. Model bagus. Warna bagus. Range harga juga bagus. Cuman pas aku lihat harganya, aduh... gimana caranya mengingat ingat yang mana yang 45.000 nih ? Betul betul gak ada key yang merelasikan satu satu antara harga dengan produk. Solusi sementara ini sich kita tempelin label harga. Tapi ini berarti struk pembelian kita ke SIK Clothing dan katalognya gak boleh ilang. Karena kalo ilang, tamat dech. Kita gak tahu lagi mana yang harganya sekian. Atau aku aja yang gak nemu relasi uniknya ya ?

Kalo ada yang tahu sebenarnya penentuan harga di SIK CLothing berdasarkan apa, please kasih tahu kita ya. Atau kalau ternyata harga itu memang gak standard -- harga ditentukan per produk yang muncul, please, kalo ada yang deket sama SIK Clothing, tolong disampaikan masukan ini ya. Supaya ada range harga yang jelas gitu lho...

-- yang lagi pusing karena nemu produk yang gak standard lagi...

Thursday, August 16, 2007

Bulan Training

Hmm... hari ini sudah hari ke-3 bulan Syaban. Allahumma bariklana fii syaban wa balighna Ramadhan. Ya Allah, berkahilan kami di bulan Syaban, dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan.

Rajab dan Syaban. Bulan pembersihan. Bulan training. Bulan pelatihan sebelum menghadapi test yang sesungguhnya, bulan Ramadhan.

Pada bulan Rajab dan Syaban, begitu banyak ujian yang datang. Semua untuk membersihkan diri kita. Untuk meningkatkan kualitas diri dan hati. Untuk menentukan di kelas berapa kita saat Ramadhan. Di tingkatan mana ketaatan kita berada. Dan seberapa banyak hidayah yang dapat kita terima.

Di bulan Rajab dan Syaban, ujian yang datang ke tiap orang berbeda beda. Tergantung dimana kelemahan kita saat itu. Tergantung dimana kekurangan ketaatan kita. Tergantung di sebelah mana ruh kita harus dibenahi. Tergantung dimana Allah akan meningkatkan ilmu dan iman kita. Dan Allah Maha Tahu. Maha Tahu iman bagian mana yang seharusnya kita tingkatkan pada tahun ini. Maha Tahu ilmu ketakwaan mana yang harus kita pelajari tahun ini. Maha Tahu baru sampai sebatas mana kita bisa menerima pelajaran yang diberikan.

Untuk lulus dan tidaknya, sangat tergantung dengan usaha kita. Bukan, bukan Allah nggak tahu kita akan lulus atau tidak. Tapi penentuan dari Allah tentang kelulusan kita sangat tergantung dari apa yang kita lakukan. Atau lebih tepatnya, tergantung apa yang Allah lihat telah kita usahakan. Bukan berarti Allah tidak melihat apa yang kita lakukan. Tapi kita sendirilah yang kadang melihat hanya sebagian dari yang kita lakukan. Banyak faktor X dari yang kita lakukan tidak terlihat, tidak terasa oleh hati kita sendiri. Karena hati kita terlalu buram untuk bercermin. Karena hati kita telah terlalu penuh dengan noda. Dan Allah yang Maha Tahu. Dan Allah yang Maha Adil.

Ujungnya, mari kita cermati apa yang terjadi pada kita detik demi detik, menit demi menit, terutama di bulan ini. Isi dengan yang terbaik yang bisa kita lakukan. Pada bulan inilah kita berlatih. Berusaha terus menerus supaya terlatih. Supaya terbiasa. Agar di bulan Ramadhan, kita sudah terbiasa. Dan bukan berlatih lagi.

Allahumma bariklana fii Syaban wa balighna Ramadhan
Allahumma bariklana fii Syaban wa balighna Ramadhan
Allahumma bariklana fii Syaban wa balighna Ramadhan
Laa ilaha illa Anta, subhanaKa inni kuntu minal dholimin

Pareto

Pareto itu prinsip 20/80. 20% memory kita menyumbang untuk penentuan 80% keputusan. 80% dari laba disumbang oleh 20% produk. 80% pembelian disumbang oleh 20% customer loyal. dst dst.

Dulu, pertama kali tahu prinsip pareto, aku langsung ngamati apa yang terjadi pada bisnisku. Produk apa saja yang menyumbang 80%. Siklus mana saja yang menyumbang 80%. Dan terus melakukan perombakan agar lebih fokus pada yang 80% ini.

Sekarang, produk yang menyumbang 80% laba itu sudah jadi produk utama. Terus ditambah lagi dengan beberapa produk lain yang penjualannya setara, hampir sama dengan produk awal yang menyumbang laba 80%.

Aku amati, penjualan produk di toko setara. Sepertinya masing masing punya segmen dan penggemar sendiri sendiri. Yang sederhana, harga so so, jalan. Yang harga so so juga, tapi rame, juga jalan. Yang mahal, bordir bagus, jalan. Yang mahal, bordir biasa tapi bahan bagus, juga jalan. Dan penjualannya juga rata rata. Hampir sama, kurang lebih. Kalo ada yang penjualannya menurun, biasanya karena stock yang lagi kurang.

So, setelah dulu ngikutin pareto untuk fokus ke produk yang menyumbang 80%. Sekarang kok kayaknya yang 20% jadi gak ada ya ? Maksudnya ya semua laba disumbangkan dengan rata oleh semua produk. Jadi muncul tanda tanya nich. Sebenarnya pareto memang berjalan continued, atau pareto itu ada kalau kita belum menganalisanya di awal ya ? Any comment ?

Wednesday, August 15, 2007

Outbond di Megamendung

Kali ini mo cerita outbond anakku di Megamendung, Puncak.



1. Ini Iv yang lagi dipasang sabuk pengaman. Di belakang, antusias ngamatin kakaknya, berjilbab merah, itu Mut.
2. Iv lagi naik tangga, mo ikut outbond yang pertama.
3. Nah, ini dia, Iv in action. Lihat, jarak antar tali nya sudah maximal dengan jangkauan tangan dia lurus ke atas.
* * *
4-6. Sekarang gantian Al yang in action.
* * *


7-10. Dilanjutkan dengan Iv yang lagi jadi laba laba. Dan Al juga meneruskan jadi laba laba.
* * *



11-12. Terakhir mereka ikut Flying Fox.

Tiga dari yang Empat

Ini dia foto 3 malaikat kecilku. Eh, malaikat besarku -- karena malaikat yang paling kecil fotonya masih nangkring di kamera, belum dipindahin ke kompie. Udah lama sich motretnya, mungkin sekitar setahun yang lalu. Tapi gak papalah, soalnya aku seneng sama foto ini. Foto ini juga yang tak jadikan wallpaper di kompie kantor.

Paling kanan dan paling gede, itu dia yang namanya Al. Sayang sama adek. Pinter momong. Suka bantuin ortu. Suka baca. Sekarang kelas 4 SD. Buku semacem Lima Sekawan, Si kembar, novel semua umur, banyak yang sudah dilalapnya. Sampai ortunya juga kebingungan beliin buku. Soalnya buku untuk Al udah model yang tebel. Sementara buku yang tebel tapi pas untuk usianya khan nyarinya susyah. Jadinya, kalo beliin buku buat Al, kita kudu ikutan baca dulu. Nyortir dulu, gitu lah. Eee... kadang malah kebablasan. Abinya tuch kalo baca bukunya Al, ada yang sampai diulang ulang beberapa kali. Soalnya emang bagus sich. Salah satunya yang berjudul "Belajar Menaklukkan Naga". Asli, lucu... banget.

Nha, kalo yang paling kiri, namanya Iv. Centil. Berani. Pinter mijit. Suaranya beroktan tinggi. Seneng ngomong. Kalo diajak ke Giant, mulai masuk Giant sampai keluar lagi, bisa sama sekali gak brenti bicara. Kita juga sampai heran, kok gak habis bahan untuk dibicarain ya, hehehe.... Kreatif, bisa ngejadiin benda apa aja jadi mainan. Pernah dibeliin mainan yang apa tuch... yang dari German, yang bentuknya kartu kartu buat belajar baca. Eee... sama Iv dijadiin uang uangan. Dan sama sekali gak pernah dipake untuk belajar baca. Sekarang kelas 2 SD. Kompak banget sama kakaknya. Dan memang jadinya saling mengisi. Pas kecil, Al gak bisa diajak imajinasi. Maunya yang logic terus. Mainan favoritnya adalah puzzle. Kalo Iv, kebalikannya. Penuh imajinasi. Semua benda jadi mainan. Sampai pensil pun bisa jadi barbie. Nah, setelah mereka agak besar, mulai terlihat saling melengkapinya. Sekarang Al sudah seneng berimajinasi, dan Iv juga sudah seneng baca dan seneng urusan yang pake logika.

Yang di tengah, itulah Mut. Gak tahu gimana, dia menggabungkan sifat utama Al dan Iv. Sayang sama adek, pinter momong, jago makan, sama persis dengan Al. Nah, kalo centil, suaranya oktan tinggi, seneng berdandan, berani, pinter mijit, gak diragukan sama persis dengan Iv. Baru berapa pekan ini masuk ke PG. Hari hari pertama masih diawali dengan nangis. Sekarang udah rajin sekolah tanpa disuruh. Sayangnya belum mau make seragam. Jago ngomongnya juga sama dengan Iv. Udah pinter nasehatin kakak dan mbaknya. Kalo nasehatin kakaknya suruh sholat, wah... lancar banget. Tapi kalo terus kita tanya, Kak Mut kok gak sholat. Dia langsung jawab, khan aku masih kecil... hehehe...