Monday, August 31, 2009

Review ITC Depok dan ITC Kuningan

Dulu, sekian tahun yang lalu, kita buka Anugrah di ITC Depok lt UG A28. Saat itu area lokasi sekitar kios sepi. Tapi karena kios yang di lantai itu yang belum terjual tinggal 2, ya kita milih aja salah satu. Kios yang kita ambil juga bisa diperoleh karena ada yang ngebatalin pesenan kiosnya.

Idem dengan Anugrah ITC Kuningan, yang juga 'terpaksa' menempati kios di area yang (tadinya) sepi. Tepatnya di ITC Kuningan Lt 4 blok C6/7. Tapi kalo dari feeling, memang itulah posisi yang menurut kami terbaik buat Anugrah. Jadi ya meskipun kayaknya masih jarang ada tetangga yang buka, kami tetep aja memilih kios yang sekarang.

Anugrah ITC Depok buka di awal Ramadhan, pas di bulan2 pertama ITC Depok dibuka. Omset langsung lumayan. Biaya tertutup oleh laba yang diperoleh, bahkan masih lebih. Meskipun bulan berikutnya drop karena setelah lebaran, kami tetap tersenyum karena sudah menikmati panen ramadhan.

Anugrah ITC Kuningan buka 3 bulan setelah lebaran. Omset masih minim. Sekitar 6 bulan harus nombok biaya operasional karena omset belum bisa menghasilkan laba minimal. Akhirnya harus dilakukan beberapa penghematan dan usaha yang maksimal untuk meramaikan kios dan area sekitarnya.

Sekarang...

Kalo omset dimaklumi lah ya, kalo Anugrah ITC Depok jauh lebih tinggi dari Anugrah ITC Kuningan. Secara, Anugrah ITC Depok khan udah 3 tahun lebih. Sementara Anugrah ITC Kuningan baru sekarang ngalamin lebaran.

Cuman ada perilaku yang khas di Anugrah ITC Kuningan. Ada beberapa hari, yang hampir setengah omsetnya 'disumbang' oleh satu dua pembeli. Jadi misalnya nih, kalo omset sehari itu satu juta, biasanya ada satu pembeli yang total belanjanya 500 ribu. Tidak tiap hari sih, tapi sudah beberapa kali ditemui. Sementara di Anugrah ITC Depok, dengan umurnya yang hampir 4 tahun, case gini jarang ditemui.

Dari case tersebut, jadi muncul asumsi di kita. Bisa jadi memang daya beli pengunjung ITC Kuningan lebih besar dari daya beli pengunjung ITC Depok, seperti yang dikatakan marketing ITC pada waktu aku pesen kios. Buktinya ya itu tadi. Meskipun total omset ITC Depok jauh lebih besar, rata2 itu didapat dari jumlah pembeli yang cukup banyak juga. Sedangkan di ITC kuningan, omset mulai lumayan dengan jumlah pembeli yang kenaikannya belum setinggi kenaikan omset.

So, mestinya dengan kondisi ini, ke depan ITC Kuningan masih sangat bisa diharapkan. Kuncinya hanya satu, tetap bikin pembeli percaya dan ingat dengan toko kita.

Wednesday, August 26, 2009

Management SDM

Ada beberapa keuntungan dengan menjadi ampibi, dan belum full TDA. Salah satunya, kita jadi berperan sebagai manager (owner) di usaha, dan juga berperan sebagai karyawan di TDB. Jadi kita merasakan dua duanya. Dan jadi saling memperbaiki.

Beberapa kali terjadi, dengan case yang terjadi di kantor dan aku berperan as bawahan di kantor, membuat aku tahu apa dan bagaimana sebaiknya aku bersikap ke para karyawanku. Begitu juga sebaliknya. Pas di usaha dan menemukan karyawan yang 'nggak banget', membuat aku juga tahu, gak enak jadi atasan dengan karyawan yang seperti itu. As result, aku jadi berusaha untuk gak kayak gitu. Lha wong aku aja merasa 'Hhhh.. ' kok, masak aku melakukan hal yang sama. Kalo aku sama kayak gitu, kebangetan banget khan...

Nha, yang lucu, dalam 2 hari kemaren, sehari aku konseling ke karyawanku, dan hari berikutnya aku dikonseling as karyawan di kantor. Hehehe... jadi berasa lucu. Dan berasa banget tuch, jadinya, oh... gini ya, rasanya jadi karyawanku kemaren. Hehehe...

Critanya gini, ada satu karyawan yang aku udah kenal dia jauh sebelum dia jadi karyawanku. Malah kenalnya sejak aku pindah dari Semarang ke Depok. Jadi karyawankunya udah hampir satu setengah tahun. Selama ini no problem. Dia memang capable. Aku jadi jauh lebih ringan setelah punya karyawan dia. Dan memang dia udah punya pengalaman jaga toko busana muslim.

Trus suatu saat, gak sengaja, aku ngobrol sama partnernya, yang baru kerja di aku sekitar 4 bulan. Partnernya ini keceplos kalo temennya galak, ketus, jutex, nggak mau ngajarin, dst. Walah... Aku binun. Trus reminding dech, kayaknya memang pernah beberapa kali aku nemuin dia jutex sama dua temennya yang berbeda.

Mulai dech search, keliling ke orang2 yang berhubungan sama dia. Dan ternyata hampir semuanya ngomong hal yang sama. Waduh.... Ya udah, tak janjikan ke mereka, aku bakalan ngajak ngobrol dia, tapi ntar setelah lebaran. Khawatir di kondisi peak seasson Ramadhan suasana jadi gak enak kalo ngomongnya sekarang.

Tapi ternyata, dasar aja aku susah nyembunyiin mimik muka. Kata temen2, memang apapun yang ada di hatiku, gampang ditebak dari ekspresiku. Gak bisa ngebohongin lah, pokoknya. Jadi aja, tiap ketemu sama dia, aku jadi manyun. Jadi gak bebas kayak biasanya. Jadi gak nyaman.

Besoknya aku langsung ngerasa gak enak. Gak nyaman ah, kalo kayak gini. Pasti dia juga bakalan ngerasa something wrong. Dan kalo gak tak ajak ngomong, dia malah bisa nebak kemana2. Bisa tambah runyam. Mendingan terbuka aja. Open management. Trus cari solusi bersama. Jadi akhirnya aku minta dia datang lebih pagi buat ngobrol.

Malemnya muncul skenario di kelapaku. Jadi inget assessment di kantor, yang modelnya memerankan hal yang sama, jadi jutex, gak mau ngajarin. Case di assessment, karena dia overload kerjaan. Dan memang itu case yang paling mudah ditebak, hehehe. Jadi kupikir case di karyawanku ini sama, karena dia juga khan yang paling senior. Jadi sangat wajar kalo dia yang paling bisa dan ujung2nya jadi overload kerjaan.

Paginya, setelah ngobrol dan masih belum sepakat dan belum menemukan titik temu, ujug2 dia memunculkan beberapa case. Dan Alhamdulillah... Allah ngasih petunjuk. Cling... terlintas... ini sih melankolis sempurna... Trus aku cocokkan beberapa ciri melankolis sempurna. Kuceritakan beberapa sample contoh kasus sifat itu. Dan ternyata klop.

Walah... pantes aja temen2nya padha tertekan. Dan pantas aja aku jadi merasa sangat terbantu. Cause salah satu ciri melankolis sempurna : meminta yang lain sempurna seperti dia sehingga orang di sekitarnya tertekan, dan dia juga melakukan dengan sempurna, karena itu aku jadi berasa sangat terbantu.

Jadi mulai dech, aku nerangin sifat2 melankolis sempurna, dari referensi buku Personality Plus. Bahwa sifat itu begini dan begitu. Dan bahwa Iva, Widad, dan mbak Tik juga punya sifat yang sama -- gak bisa istirahat kalo masih ada kerjaan. Dan bahwa mbak Tik Alhamdulillah sudah banyak perubahan. Trus tak panggil mbak Tik. Tak minta cerita tentang dulu dan sekarang. Dan lebih nyaman mana.

Trus seperti ke mbak Tik juga, dia tak paksa untuk istirahat, dan merem terhadap apapun yang dilakukan temen2nya. Kalopun toko ujug2 rame pas dia istirahat, biarin aja. Gak usah dipikir. Dan kalo aku sudah bilang ini tugasnya temennya, biarin aja temennya yang ngerjain. Jangan dikerjakan sama dia karena khawatir temennya salah. Pokoke dia merem aja. Meskipun pada kenyataannnya setelah dikerjakan temennya, memang ada kesalahan.

Dan hari itu, untuk pertama kalinya, dia bikin nota yang salah :-)
Dan sorenya mbak Tik cerita, diajak ngobrol banyak sama dia.

Pengennya minjemin buku personality plus ke dia, biar dia bisa lebih jelas dan lebih clear. Cuman buku personality plus ku udah gak ada di rumah. Lagi nyari lagi yg jual bukunya online kok gak ketemu2 ya. Mo beli 2 buku nih...

Friday, August 21, 2009

Rizqi memang sudah diatur

Pernah denger kalau Rizqi kita sudah diatur ? Sempat beberapa kali, dari orang yang berbeda, aku mendengar tentang hal ini.
Jadi misalnya gini. A kerja dengan gaji 3 juta rupiah. Trus blio usaha, sehingga dapat tambahan income 2 juta rupiah. Trus usaha lain lagi, sehingga dapat tambahan income 1 juta rupiah. Total pendapatan pada saat itu 6 juta rupiah. Trus nyoba usaha lain lagi, yang menghasilkan 500 ribu rupiah. Namun pada saat yang sama, ternyata usaha sebelumnya turun 500 ribu, sehingga total income-nya tetep 6 juta rupiah. Trus usaha lain lagi, menghasilkan 2 juta rupiah. Namun pada saat yang sama usaha sebelumnya yang menghasilkan 2 juta rupiah juga mati. Sehingga total pendapatan tetap 6 juta rupiah. Begitu terus…
Kisah itu, dengan garis besar yang sama, muncul dengan versi yang berbeda tergantung orang yang bercerita. Pada akhirnya rata2 menghasilkan kesimpulan yang sama, bahwa rizqi tiap orang itu udah diatur, sehingga kalau memang rizqi kita udah di-set x rupiah, maka ya segitulah yang kita dapat. Sehingga ‘sepertinya’ kalau dapat tambahan, maka akan ada kehilangan yang setara.
Benarkah ? Hmm… aku cukup mempercayai hal ini. Tapi eits.. nanti dulu… tidak stop sampai situ saja, aku percaya tetapi dengan beberapa catatan.
Dalam benakku yang tataran hikmahnya masih standard, rizqi untuk kita itu memang sudah diatur. Rizqi ini, berarti ‘harta’ yang kita gunakan untuk keperluan pribadi. Harta yang kita belanjakan untuk kebutuhan sendiri dan keluarga. Harta yang memang berguna saat kita pegang dan miliki. Itu sudah diatur. Limited.
Tapi… pipa yang mengalirkan rizqi untuk orang lain, tidak terbatas. Tergantung seberapa kita mau menjadi pipa untuk aliran rizqi orang lain. Inget kisah di hadist ini :

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., bersabda : "Pada suatu ketika ada seorang lelaki berjalan di tanah lapang yang tidak berair, lalu ia mendengar suara dari awan : "Siramlah kebun si Fulan !" Bergeraklah awan menuju tempat yang ditunjukkan, lalu menumpahkan airnya di atas tanah lapang berbatu hitam.

Air hujan itu mengalir ke salah satu saluran dari sekian banyak saluran air yang ada. kemudian orang tadi mengikuti saluran air tersebut. Tampaklah seorang lelaki yang sedang mengalirkan air di kebunnya.

Lelaki tersebut bertanya kepada pemilik kebun : "Hai hamba Allah, siapakah nama anda?" Ia menjawab : "Namaku Fulan," dan nama ini cocok dengan nama yang didengar olehnya di awan tadi. Pemilik kebun bertanya: "Mengapa anda tanya nama saya ?" Lelaki itu menjawab : "Sesungguhnya saya tadi mendengar suara di awan yang mengalirkan airnya ke kebun ini. Suara itu berkata : "Siramlah kebun si Fulan ! Nama itu sesuai benar dengan nama anda. Sebenarnya apakah yang anda lakukan ?"

Pemilik kebun menjawab : "Saya selalu melihat dan memperhatikan benar-benar hasil kebun ini. Saya bersedekah dengan sepertiga hasilnya, saya makan bersama keluarga sepertiganya, dan saya belikan pupuk dan bibit yang sepertiganya lagi." (Riwayat Muslim)

Sudah terlihat benang merahnya kah ? Dengan mengeluarkan zakat dan infaq hingga sepertiga dari yang didapat, pemilik kebun dirahmati dan diberkahi Allah SWT, sehingga awan (dan air yang keluar darinya) pun sampai disuruh untuk mengairi kebun tsb. Dan hanya kebun tersebut. Itu baru air yang mengaliri. Bisa jadi Allah juga menyuruh bumi untuk lebih subur di kebun tersebut, hama disuruh tidak mendatangi, tanaman lebih cepat berbuah dan lebih berkualitas, dll. Bukankah Allah Maha berkuasa dan Maha berkehendak ? Dan apabila Allah yang berkehendak untuk membantu hasil kebun kita, hasilnya sudah jelas unlimited. Ya gak ?

Anggaplah gini. Misalnya kita udah berkeluarga dan berpenghasilan. Maka anggap bahwa rizqi yang kita dapat untuk kebutuhan kita dan keluarga adalah air yang dialirkan Allah untuk kita. Sedangkan pekerjaan, usaha, dan apapun yang membuat rizqi air itu datang ke kita, anggap sebagai pipa yang mengalirkan rizqi dari Allah sehingga bisa sampai ke kita.

Trus ada anak yatim di sekitar kita yang butuh bantuan. Dan (Alhamdulillah) kita tergerak untuk menyantuni. As result, dibutuhkan air yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan kita, keluarga, dan anak yatim tsb. Satu dua anak yatim mungkin masih terpenuhi dengan pekerjaan yang sudah ada. Namun begitu jumlah anak yatim bertambah, pekerjaan dan apapun yang menghasilkan air pun harus ikut bertambah. Ada dua kemungkinan solusi : pipa pendapatan yang ada diperbesar diameternya, atau kemungkinan kedua : ditambah jalurnya.

Begitulah pipa pendapatan dititipkan Allah ke kita, untuk mengalirkan rizqi kepada yang membutuhkan. Rizqi yang dititipkan ke kita itu, bentuknya gak harus zakat. Sangat mungkin bentuknya infaq, sehingga nominalnya unlimited -- tidak terbatas dengan besaran 2,5%. Sedangkan pipa, adalah aset yang dititipkan Allah ke kita. Semua sarana yang diberikan Allah sehingga menghasilkan pendapatan untuk kita, yang termasuk di dalamnya rizqi orang lain yang dititipkan ke kita.

Apabila aliran air kita lancar, apalagi kalau semua air yang didapat dari pipa itu kita alirkan ke yang membutuhkan (hmm… kapan ya, bisa kayak gini…), maka kucuran air yang keluar dari pipa kita akan besar. Jumlah air yang melewati pipa kita juga bertambah besar. Tolong digaris bawahi : air yang ‘melewati’ kita. Jadi airnya memang ‘cuman’ numpang lewat doank di pipa kita.
Dan karena debitnya besar, maka suatu saat pipa yang ada tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan. Pada saat itulah (semoga) Allah menambahkan pipa, sehingga debit yang bisa kita alirkan bisa bertambah lagi. Dan apabila kita tidak silau dengan jumlah air yang begitu besar yang telah melewati pipa kita, dan tetap mengalirkannya ke mereka yang membutuhkan, dan hanya membuka sedikit kran sesuai dengan kebutuhan kita, maka insya Allah, Dia yang akan menambah pipa pipa kita.
Namun apabila aliran air kita seret, maka Allah yang akan ‘menyumbat’ pipa kita. Dan tidak menambahnya. Karena toch pipa yang sudah ada kemampuannya melebihi debit air yang dikucurkan. Bahkan kalau debitnya terlalu kecil, bisa jadi Allah yang akan mengurangi jumlah pipa itu, sehingga jumlah pipa jadi sesuai dengan debit airnya. Bukankah pemborosan, apabila pipanya banyak dan besar, sedangkan debit air kecil ?
Pipa, bisa dalam bentuk bisnis, properti, franchise, ssytem, dll. Sedangkan debit air yang dikeluarkan, adalah aliran dana yang kita keluarkan untuk orang lain, yang tidak dibatasi dengan zakat yang 2,5%. Sedangkan rizqi kita, adalah salah satu kran yang terbuka dari pipa kita, dengan besarnya kran yang dibuka sesuai kebutuhan. Namun jelas, tidak semua air yang mengalir di pipa, keluar melalui kran yang untuk kebutuhan kita. Karena apabila itu yang dilakukan, maka jumlah dan besarnya pipa akan limited sesuai rizqi dan kebutuhan.
Wallohu Alam bishowab
NB. Ditulis bukan untuk mematikan semangat berusaha, namun justru untuk meningkatkan motivasi dengan adanya support dari Sang Pencipta.

Friday, August 14, 2009

Anugrah Grosir (sementara) khusus MUFIDA doank

Hiks... mohon maaf...

Dengan sangat terpaksa, sampai lebaran tahun ini, kami baru bisa memenuhi permintaan grosir untuk merk MUFIDA.

Hal ini terpaksa dilakukan, karena kami khawatir resource yang dimiliki Anugrah belum dapat memenuhi semua harapan. Sehingga untuk tetap menjaga kepuasan pelanggan, terpaksa grosir selain MUFIDA tidak kami buka sampai setelah lebaran 2009.

Setelah lebaran 2009 tersebut, Anugrah berharap dapat menambah 1 SDM lagi untuk mengurus grosir plus urusan backofficenya toko. Dengan begitu, insya Allah grosir untuk semua merk yang dijual di Anugrah dapat kita layani.

Sedangkan khusus untuk MUFIDA yang Anugrah menjadi distributor untuk area Depok, tentu saja grosir dan retail tetap kita layani dengan senang hati. Dan insya Allah tetap memuaskan. Karena justru untuk menjaga kepuasan pelanggan Anugrah dari grosir MUFIDA dan retail di ITC Depok dan ITC Kuningan inilah, maka grosir merk lain belum kita buka.

So, mohon maaf banget, untuk yang sudah kirim email, kirim komen di shoutbox, kirim komentar di blog Anugrah, sudah sms, dan yang sudah nge-gtalk, sekali lagi mohon maaf banget, karena kami belum bisa memenuhi permintaannya untuk menjadi kepanjangan tangan dari Anugrah.

Doakan kami supaya setelah lebaran kami bisa memenuhi harapan untuk membuka grosir ini, sehingga akan lebih banyak yang menjadi lebih mudah membeli busana muslim secara grosir, karena model dan merk sudah dipilihkan oleh Anugrah. Dengan begitu diharapkan kemungkinan untuk merugi karena produk tidak laku bisa diperkecil.

Thursday, August 6, 2009

Being in Conflict

Gak tahu gimana, akhir2 ini, kita banyak dipertemukan sama kejadian2 yang memancing konflik. Jadi mau gak mau kita belajar sama yang namanya lobby, jalur procedural, sampai yang pake nada ancaman. Itu terjadi di berbagai environment kita, pada saat yang hampir sama. Ya di ITC Depok, ya di ITC Kuningan, ya di kantor TDB, ya di rumah sama anak2. Sampai berasa dech, capeknya. Capek bertengkar sama orang. Pengennya anteng aja. No conflict. Apalagi mo Ramadhan.

Tapi gak tahu tuch. Mo didiemin, langsung gak langsung kita diserahin amanah. Mau diurus terus, capek juga, kudu nge-push orang (baca : bertengkar). Jadinya kita tarik ulur aja. Kalo udah capek banget, capek hati dan fisik, kita diem aja, tarik diri. Kalo udah siap lagi, baru maju lagi. Gitu terus. Smoga cepet kelar lah, semuanya, sebelum Syaban habis. Biar persiapan Ramadhan bisa lebih mantap.

Jadi inget salah satu milestone kehidupanku. Saat itu, berkali kali kami kehilangan. Mulai dari Hp baru, komunikator baru, uang sekian juta, rumah yang udah deal dan ternyata diambil temen sendiri, dll. Itu kejadian2 yang berturut2, dengan waktu yang hampir sama. Sampai saat itu kita mikir, mo dikasih pelajaran apa nih sama Allah. Kenapa kok tahu2 kita bolak balik kehilangan.

Ternyata oh ternyata, Alhamdulillah... gak berapa lama setelah semua kejadian kehilangan itu, ternyata kita diganti sama Allah dengan rumah yang... yach... di atas expectasi kami.

Dengan semua kejadian yang menguras emosi saat ini, yang menghabiskan energi fisik dan ruhani, yang terjadi bertubi tubi, kita jadi berpikir. Dan teringat milestone itu. Dan tetep pengen husnudzhon sama Allah SWT. Terlintas... pelajaran apa yang ingin Allah berikan untuk kita.

Hanya satu doa kami. Allah maha tahu seberapa besar kekuatan kami dalam menanggung ujian. Jadi dengan ujian ini, mestinya Allah telah melihat kami mampu melewatinya, dengan usaha dan kesungguhan, meskipun kudu lewat jalan yang berduri dan berliku. Jadi kami akan berusaha semampu kami untuk melewatinya. Dan berdoa, semoga dalam usaha kami melewatinya, kami tetap berada di jalan-Nya yang lurus. Tetap diridhoi-Nya. Tetap menjaga supaya tidak ada pihak yang sampai terdholimi oleh langkah kami. Amien.

Gambar diambil dari sini