Di suatu acara yang isinya wanita semua, ada salah satu temen yang curhat karena anaknya harus magang di Jakarta, dan kebingungan dengan transportasi dari depok yang sbaiknya dipake. Trus temen2 yang lain menimpali, bahwa kereta itu yang paling enak. Kalo jam sekian dan jam sekian itu kereta kosong. Plus info, bahwa suami mereka sering dan biasa naik kereta itu. Dan kata suaminya kosong.
Hmm... Sejauh yang aku tahu... level kosong kereta Depok - Jakarta di jam berangkat dan pulang kerja... adalah apabila bisa berdiri dengan lurus. Digaris bawahi ya... berdiri dengan lurus. Karena apabila padat, boro2... nyari tempat buat kaki aja susah. Kaki dimana... badan dimana...
Tapi berhubung temen2 yang menimpali dan menceritakan tentang suaminya yang naik kereta dan berasa 'nyaman' dan 'kosong' itu yakin banget, jadi ya udah dech.. aku sendiri yang jadi bengong... apa aku yang salah dengan definisi 'kosong' ya...
Cuman... anaknya temen yang kudu magang itu juga cuman kuat sehari naik kereta... selanjutnya pindah ngekos di kota... Means...
Di saat yang lain, pas badanku lagi remuk karena perjalanan dengan kereta, aku nanya ke salah satu kenalan yang suaminya sering bareng satu kereta sama aku. Kutanya... suaminya ambruk gak sih, sampai rumah... Teler gak sih... Dan jawaban yang kudapat sungguh surprise... karena dengan pedenya dijawab : Enggak !! Suaminya pulang ke rumah masih seger. Telernya itu karena setelah itu masih banyak kegiatan, rapat, dll. Tapi kalo pulang kerja doank, masih seger buger. Walah...
Jadi tambah binun dech... apa memang aku yang manja ya... berasa jadi commuter jkt - depok dengan kereta itu berat... sementara ada begitu banyak masukan yg bilang suami temen2 ku pada enjoy, ngerasa nyaman naik kereta yang kosong, dan masih seger sampai di rumah.
Tapi... masih belum click. Berasa ada yang gak pas. Soale temen2 yang bapak2 di kantor, yang commuter dari depok juga, ngeluh yang sama juga kok, tentang kereta. Tentang kepadatannya, jam ngaretnya, gangguannya, signalnya, pohon tumbangnya, weselnya, dst. Jadinya kok kayak ada yang gak nyambung ya...
Suatu saat, aku ngobrol sama suami temenku yang tadi, yang sering berangkat dan pulang naik kereta yang sama dengan aku. Kutanya, emang naik kereta gini gak teler ya ? Sampai rumah gak ambruk ya ? Gak capek ya ?
Dan you know what he said ? Katanya : teler lah... jelas.... capek banget... Trus kutanya lagi, tapi kok kata istrinya nyaman2 aja. Sampai rumah masih seger. Dan jawabannya adalah : khan gak mungkin telernya ditunjukin ke istri di rumah.
Owh... jadi begitu ibu2... baru aku ngeh. Jadi sebenernya, naik kereta itu memang 'pekerjaan' yang bwerath. Suer... Hanya karena para suami itu sayang istri, jadi bilangnya naik kereta itu nyaman, kosong, dst. Dan itu menjelaskan semuanya. Juga kenapa kok temen2 di acara khusus wanita tadi, kenapa kok begitu pedenya bilang kereta itu enak. Karena itulah yg ditampilkan sama suaminya pas sampai rumah.
Terbukti juga, pas suatu saat kereta begitu bermasalahnya sehingga sampai rumah telat banget. Kutanya istri temen keretaku tadi... suaminya kemaren terlambat juga khan, karena gangguan kereta... Dan ternyata dia gak tahu sama sekali. Tahunya sebatas suami pulang malam. Tapi bahwa itu disebabkan karena kereta yang ampun banget... yang masalahnya sedemikian rupa... yang kita musti berdiri sekian lama... dia gak tahu sama sekali. Dikira pulang malam karena ya dari kantornya malam.
Jadi ibu2... yang suaminya ngantor,yang suaminya jadi commuter, dan sampai rumah masih seger... ketahuilah... bahwa suami sayang banget sama keluarga.... Sampai kehebohan krl pun dikemas dalam kata 'nyaman' dan 'kosong'. So... sayangi suami juga ya... :-)
Gambar dari Solidaritas Jabodetabek Untuk KRL Yang Lebih Baik di Fb.
2 comments:
Iya jeng, jadi inget saudaraku yang populer dengan jorganya,"Suami/Bapak, itu Pahlawan-nya keluarga."
Betulll pak... Jadi seimbang, bapak pahlawan keluarga, tapi surga di telapak kaki ibu... Bapak yang punya kewajiban, ibu yang dikasih feeling untuk melihat....
Post a Comment