Thursday, October 16, 2025

Road to 2nd Curve

 Sudah pada paham kalau sekarang hidup lagi sulit kan ya. Bisnis lagi berat. Jangankan yang UKM, BUMN ataupun pemerintahan saja juga kencangkan ikat pinggang. Aneh juga ya, kalau semua sulit, trus kemana uang itu mengalir. Pasti ada kan ya. Tp sudahlah, bukan ini yang ingin aku bahas.

Nah, karena kantor lagi sulit, jdnya terjadi pengetatan dimana2. Gak hanya di anggaran, tapi juga di jam kerja. Sehingga disiplin digalakkan lagi. Datang jam 8 balik jam 5. Mungkin wajar ya. Apalagi banyak juga yang lembur ataupun datang lebih awal.

Tapi buatku, ternyata sulit. Lumayan banyak yang harus dikorbankan. Karena pagi itu waktu efektif ku, utk tilawah, olah raga, dan sarapan. Dan ini jadi skip semua.

Awalnya masih diusahakan. Tapi ternyata fisik kena duluan. Vonis muncul : kateter jantung krn ada penyumbatan. Untung gak banyak, msh bisa diperbaiki dengan jaga makan dan olah raga.

Problem berikutnya, transportasi juga skrg padat luar biasa. Transportasi paling cepat dr rmh ke kantor msh KRL. Sbtr sih naik krl nya, tapi skrg itu padatnya minta ampun. Dan idem, tadinya masih diusahakan. Tapi ternyata lututku protes. Makin sakit dia.

Plus satu kebetulan lagi, ada issue di kantor akan ada pensiun dini dengan pesangon lumayan. Sepertinya klop ya. Pas aku kesulitan ada kesulitan yang susah dihindari, dan tyt kemungkinan besar ada solusinya.

So, here i am. Bersiap untuk mengambil program pensiun dini.

Apa yang disiapkan ? 

Pertama. the grand why dulu lah. Supaya gak hilang pegangan begitu itu terjadi ataupun tidak.

Jadi kenapa ambil pendi ? Ya karena tuntutan kantor sudah gak memungkinkan untuk diseimbangkan dengan aktifitas untuk menjaga kondisi fisik dan ruh. 

Sehingga yang harus dijaga kalau nanti jadi pendi, jangan lupa niat awal utk menjaga aktifitas fisik dan ruh. Jangan leyeh2 dan drakoran terus.

Pengen juga lebih rutin nemenin orang tua. Ngajak jalan. Ngajak makan.

Trus gmn, apa persiapan berikutnya ? Next postingan lah ya. Sudah panjang yang ini :-) 

Thursday, September 4, 2025

Sakit

 Ayahku sakit. Mendadak.

Sore masih bisa jalan, masih bisa makan sendiri di meja makan. Malam tahu2 berdirinya goyah. Dan pagi sudah tidak bisa memiringkan badan. Bicara juga susah. 

Langsung kita bawa ke RS, opname. Keluar. Dan gak lama opname lagi. Dan sekarang rawat jalan di rumah lagi.

Sudah bisa makan. Sudah jelas bicara. Bisa panggil aku pas berjarak sekian meter juga. Udah alhamdulillah lah. Ya walaupun masih belum kuat untuk duduk sendiri. 

Kebetulan saya 4 bersaudara, dan semuanya di Depok. 2 orang satu komplek dengan ayah, 1 orang komplek sebelah, dan 1 lagi cukup jauh tapi masih di Depok. Jadi banyak yang bisa ngurus ayah.

Trus ngobrol sama suami. Nanti kita tua kalau tahu2 sakit kek gitu gimana. Karena anak2 cewek semua. Belum tentu ada yang rumahnya dekat dengan kami.

Aku bilang, Allah ngasih ujian sudah dengan perangkatnya. Jadi nanti kek apa ? Ya Wallohualam. Tapi kita percaya aja lah kalau Allah yang akan menjaga kita, sejauh kita masih di jalan Nya.

Wallohualam bishowab

Tuesday, July 29, 2025

Dunia itu ketetapan

 Sering denger kalimat : dunia itu ditetapkan, sementara akherat itu diperjuangkan. Sering  denger kan ?

Aku juga. Tapi ternyata, paham dengan kalimat ini baru-baru ini. Itupun kalau sekarang sudah bisa dibilang paham. Mungkin memang perlu bertahap utk paham ya. Sesuai peningkatan iman kita. Sesuai kapasitas kekuatan kita.

Setelah berbagai ujian menerpa, dan setelah mendengarkan berbagai kajian, baru sedikit2 kami paham.

Dunia itu ditetapkan. Apa impactnya ? Dilakukan saja sesuai porsinya. Karena porsi inilah yang diberikan Allah ke kita. Pada saat itu. Pada saat yang lain bisa jadi berbeda. Tapi pada saat itu, porsi kita yang diberikan Allah itu. Jadi lakukan saja sesuai porsinya.

Aku pernah ngotot melebihi porsiku. Saat itu walaupun bukan mengejar uang (yang nota bene dunia sering dinisbatkan ke uang), tp mungkin aku mengejar aktualisasi diri. Mengejar pengakuan. Penerimaan. Dan mengejar penasaran : apakah aku bisa. Dan itu dunia.

Apa yang terjadi ?

Masalah menimpa. Bolak balik. Bertumpuk2. Dan karena merasa gak mengejar uang, juga gak mengejar jabatan, ego ku masih merasa : aku gak mengejar dunia kok... Kan manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain..

Baru akhir2 ini aku sadar, itu hanyalah excuse. Atau bisa jadi karena pemahamanku dan kualitasku masih segitu. Ternyata 'yang paling bermanfaat' ini juga perlu di framing dulu bahwa dunia itu ketetapan, sedangkan akherat itu diperjuangkan.

Jadi sekarang ini, sebelum memaksimalkan usaha dan nge gas habis, cek dulu, ini dunia atau akherat. Kalau dunia, ya kerjakan sesuai porsinya, karena Allah memang lebih senang porsiku disitu segitu. 

Tapi kalau akherat, nah, gas pol, usahakan maksimal. 



Thursday, July 24, 2025

Ketika anak cewek kita menikah

 Aku mantu 5 bulan yang lalu. Dan ternyata sampai hari ini masih kudu adaptasi dan banyak2 bersabar. 

Awalnya gesekan sangat banyak. Kaget. Sejak dari prosesnya. Pertimbangan dan masukan2 kami gak jadi pertimbangan lagi. Ijin jadi bukan ijin lagi, relatif hanya jadi pemberitahuan. Dan yach... masih agak gamang menjalaninya.

Anakku cewek. Sudah tahu donk kalau anak cewek nikah, prioritas pertama memang ke suaminya. 

Aku googling syariatnya bagaimana. Juga konsul ke beberapa guru yang kredibel untuk memberi nasehat. Dan ternyata ada panduannya. 

Memang kalau anak cewek nikah, dah dilepas saja. Diikhlaskan. Ortu tinggal lihat saja, kalau dia menjalani kehidupan berkeluarganya sesuai syariat, ya berarti kita sudah bagus mendidiknya. Udah sampai situ saja. 

Ada juga tuntunan, ternyata sebaiknya tidak serumah dengan orang tua.

Tapi ya jujur aja, melaksanakannya sulit. 

Masih berusaha untuk bisa merem, gak usah pakai gak tega, kecuali kalau ada permintaan yang disampaikan. 

Sebenernya kita dulu juga sering ke ortu2 yg anaknya sdh pada menikah kita nasehatin kek gt ya. Ternyata gampang buat dinasehatkan ke org lain, tp ngejalaninnya susahnya pol.

Jadi gmn ? Ya masih berusaha utk melepas. merem. mengikhlaskan. :-) 

Monday, July 22, 2024

GIIAS

Kemarin untuk pertama kalinya kami ke GIIAS. Dan fyi, kami gak biasa ke pameran apapun. Gak nyaman dengan begitu banyaknya orang dan parkir yang susah. Tapi karena ini GIIAS, plus mobil dah cukup berumur, plus kabarnya di GIIAS banyak diskon + tawaran macam2. Jadilah kami sepakat berangkat.

Perjalanan lancar. Parkir di IEC full, jadi kami hanya dapat parkir dekat Editown 2, ke lokasi GIIAS pakai shutte. Masih nyaman lah. Nah turun dari shuttle yang kaget. Roame pol. Kalau GIIAS serame itu, kek gimana PRJ ya..

Udah gitu, masuknya dr hall 11, yang isinya truk dan motor. Dan gak ada peta yg bs diminta kek di dufan gitu. Wajar sih, ini kan pameran ya. Gak worth kali ya cetak peta kek gt. Untung ada cukup banyak panitia yang informatif sehingga tidak begitu lama kami sampai juga di hall 5 sd 3A, lokasi brand2 mobil yang kami tuju.

Lumayan nyaman sih, dan memang enak, karena kita bisa melihat dan membandingkan langsung berbagai brand mobil. Mobil yang jadi tujuan utama kami ke GIIAS ternyata mengecewakan, fitur dan interior nya tidak sesuai dengan harga yang dibandrol. Juga gak sesuai dengan ekspektasi kami. Padahal lokasi booth nya lmyn mencil loh, dan kami sejak pintu masuk khusus langsung menuju ke booth ini. Tapi yasudlah.

Mulai lah kami melihat2 brand lain dengan tipe mobil yang sejenis dan budget yang seperti yang kami inginkan. Karena memang brand mobil yang dipamerkan sangat banyak, plus masing2 brand juga menampilkan tipe mobil yang banyak, jadinya kami fokus hanya pada brand2 tertentu, plus tipe yang sesuai budget kami.

Dan dari lihat2 di GIIAS itu, yang tadinya pilihan utama A, dan opsi berikutnya B dan C. Eh, tahu2 belinya Z :-)

Kenapa ? Interior bagus, Fitur banyak, Diskon gede pol, ini pulang dari GIIAS sudah kita cek ke beberapa dealer, ternyata diskon yang kita dapat di GIIAS memang oke. Bisa trade in, bisa cicil syariah dengan bagi hasil yang khusus promo GIIAS juga. Plus tanda jadinya gak gede.

Dah gitu aja dulu. Mau rapat lagi :-)