Wednesday, December 26, 2012

Bila kita mantu...

Boleh donk ngomongin mantu, meskipun masih sekian tahun lagi. Dipicu sama beberapa case kenalan yang punya hajat, dan masukan dari sana sini tentang hal-hal kecil tapi very important bila kita mantu. Jadi sekaligus untuk mengingatkan diri sendiri, tak tulis aja disini.

So, inilah list hal-hal kecil yang important bila kita mengadakan resepsi pernikahan :
  • Pada setiap acara, jangan lupa siapkan bingkisan nasi dan kue untuk rombongan besan. Jangan sampai besan pulang dari rumah kita, sudah capek, laper lagi :-)

  • Pada saat resepsi, siapkan pic yang mengenal 'orang penting', baik orang penting dari kantor orang tua, dari kantor kedua mempelai, maupun dari kedua pihak keluarga. Dengan demikian, pada saat 'orang penting' tersebut hadir, minimal MC menyampaikan selamat datang. Dan kalau perlu diminta untuk foto bersama. Kupikir, kalau kita sudah mengundang orang penting, ya kedatangannya perlu kita hargai. Bagaimanapun pasti mereka telah menyisihkan waktu dan tenaga mereka untuk menghadiri undangan kita. Sementara, effort kita untuk menyiapkan pic yang mengenali kehadiran mereka dan meminta foto bersama pun mestinya tidak begitu susah.
 
  • Setelah acara pembukaan di resepsi, biasanya dipersilahkan 'orang penting' untuk memberikan ucapan selamat terlebih dahulu. Menurut aku, daftar ini jangan terlalu 'pelit'. Kalau perlu, siapkan 5 - 10 'orang penting' untuk dipersilahkan memberi ucapan selamat sebelum para pengunjung, plus foto bersama mempelai. Tentu saja yang dipersilahkan terlebih dahulu adalah yang sudah hadir pada saat pembukaan.

Sementara  itu dulu. Tidak menutup kemungkinan terjadi update dan ke depan daftar menjadi panjang, sesuai dengan penambahan ilmu dan pengalaman, hehehe.

Tuesday, November 20, 2012

Update K' Iv @HK

Still pesantren series... about k' I di HK....

Terakhir nengok kemaren, aku ngobrol lumayan panjang sama kak Iv. Tak gali gimana sebenernya perasaan dia di pesantren.

Pertama, aku nanya ke dia, seneng mana di pesantren atau di rumah. Dia bilang : di rumahlah... Kenapa ? Karena di rumah bisa santai2, hehehe. Hmm.... K Iv di rumah bisa santai2, karena sama Allah, kak Iv dikasih potensi dasar 9. Kalau di rumah, yang dibutuhkan cuman 6 potensi, jadi nyisa 3. Makanya bisa santai2. Itu sebabnya even santai, nilainya bisa tetep bagus. Karena potensi yang dikasih ke kakak Iv jauh melebihi yang dibutuhkan. Nah, kalo di HK, potensi kak Iv yang 9, dipaksa untuk naik jadi 9.5. Itu penyebabnya kak Iv jadi gak bisa santai lagi. Karena musti nutup, musti ngejar potensi yang kurang 0.5 itu... Tapi kalau kak Iv disuruh milih, untuk jangka panjang, pilih yang mana ? And the answer is... nyengir :-)

Trus pertanyaan kedua, jadi di pesantren sebenernya seru gak sih ? seneng gak ? Dan jawabannya diluar dugaan : Serruuuu !!! Dulu khan kata umi, jangan terlalu ngebayangin pesantren itu seru (baca kekhawatiranku disini). Itu khan cerita kak Al aja. Ternyata aslinya... seru beneran kok... malah jauh lebih seru. Ada acara2 gede yang seru. Ada nonton bareng tiap jumat. Ada ngobrol sama temen2 terus2 an... Gubrakk... tak kusangka anakku yang melankolis sempurna bisa beradaptasi secepat ini di pesantren...

Next question, trus k Iv pernah gak ngalamin sebel sama temen2 ? Ada gak temen2 yang ngeselin, nyebelin ? Hmm... pas nanya, aku udah siap aja. Karena k Iv ini bener2 melankolis sempurna. Jadi aku udah siap buat nerima jawaban daftar temen2 nya yang melakukan ini dan itu... Dan jawaban k Iv gini : ya pernah lah... tapi itu dulu, pas awal2. Wuih... hebat perkembangan anakku ini. Tak coba pancing lagi : sekarang gimana ? Sekarang udah jarang sebel sama temen2. Tak tanya lagi : kalo dulu sering sebel, trus sekarang udah jarang, itu sebenernya temen2 yang berubah, atau k Iv yang berubah ? k Iv ngernyit... dan terus nyengir... Gini, maksud umi, kalo temenmu itu dulu nyebelin dan sekarang enggak, itu temenmu yang berubah jadi gak nyebelin, atau k Iv yang berubah jadi lebih memaklumi temen ? k Iv nyengir... tampaknya yang kedua yang terjadi :-)

Dan begitulah sodara2.. kisah anakku Iv di semester pertamanya di HK....

Satuan waktu dan kesempatan...

Ilmu terbaru yang barusan aku dapet... dan pengen sharing in my blog...

Hidup itu hanyalah kumpulan satuan waktu... potongan-potongan waktu, yang terintegrasi dalam satu kehidupan. Dalam setiap potongan waktu, Allah memberikan nikmat dan ujian-Nya, dengan situasi dan kondisi yang beraneka rupa.

Trus, apa yang perlu kita lakukan untuk setiap satuan waktu itu ?

Apapun yang datang pada kita, jadikan ia sebagai 'kesempatan'.

So, dalam setiap potongan waktu, kita tanya pada diri kita, apa yang terbaik yang bisa kita lakukan pada saat ini. Ingat, saat INI. Jadi kita memang fokus untuk melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan, sekarang, di setiap satuan waktu yang kita punya.

Dan anggap semua yang datang pada satuan waktu itu sebagai kesempatan. Apapun itu. Even apabila yang kita hadapi adalah berupa musibah, ujian... tetaplah anggap sebagai kesempatan.

Karena sesungguhnya, apapun yang datang, memang merupakan kesempatan yang diberikan Allah bagi kita untuk melakukan pembersihan, pengokohan, dan pengembangan diri kita.Dengan menganggapnya sebagai kesempatan, maka kita akan fokus pada diri kita sebagi subyek, dan bukan obyek.

For example...

Kalau dalam salah satu satuan waktu, tahu-tahu ada yang menjadikan kita sebagai obyek kemarahannya. So... what we can do ? Pertama, apa yang terbaik yang bisa kita lakukan...Hmm... banyak hal yang bisa dipilih, tapi ingatlah, selalu pilih yang terbaik yang dapat kita lakukan. Trus next... gak usah mikir kenapa ya dia kok njadiin kita sebagai obyek. Tapi cobalah berpikir, apa yang telah kita lakukan ya, sehingga Allah menjadikan kita sebagai obyek kemarahannya...

Urusan bahwa dia marah, biarkan itu menjadi urusan dia dengan Allah. Urusan kita adalah bagaimana menjadikan dan menganggap bahwa kita menjadi obyek kemarahan itu sebagai kesempatan yang diberikan Allah untuk perbaikan diri kita.

Karena gini, bisa jadi saat itu ada begitu banyak orang, dan ternyata yang 'terpilih' untuk menjadi obyek kemarahan adalah kita, dan bukan orang lain. Mengapa ? Karena Allah yang telah memilih kita untuk menjadi obyek kemarahan :-) Karena Allah memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Dan bisa jadi... kalaupun yang marah itu gak menjadikan kita obyek kemarahannya saat itu, bisa jadi Allah mengirimkan orang lain dengan case yang sama. Ya nggak ? ;-)

Binun gak ? Sammmaaa ;-)


Sepuluh kelompok...

Suatu hari sahabat-sahabat Dzun Nun mendapati beliau sedang menangis.

"Mengapa engkau menangis ?" kata mereka.

Kemarin malam ketika bersujud di dalam sholat, mataku tertutup dan akupun tertidur. Terlihat olehku Allah dan Dia berkata kepadaku :

Wahai Abul Faiz, Aku telah menciptakan semua makhluk terbagi dalam 10 kelompok. Kepada mereka Aku berikan harta kekayaan dunia. Semua berpaling kepada kekayaan dunia kecuali satu kelompok.

Kelompok ini terbagi pula menjadi sepuluh kelompok. Kepada mereka Aku berikan surga. Semuanya berpaling kepada surga, kecuali satu kelompok.

Kelompok ini terbagi pula menjadi sepuluh kelompok. Kepada mereka Aku tunjukkan neraka. Semua lari menghindar kecuali satu kelompok, yaitu orang-orang yang tidak tergoda oleh harta kekayaan dunia, tidak mendambakan surga, dan tidak takut pada neraka.
Kepada mereka Aku bertanya, "Apakah sebenarnya yang kalian kehendaki ?"

Semua menengadahkan kepalanya sambil berseru, "Sesungguhnya Engkau lebih mengetahui apa yang kami kehendaki.

 == Cuplikan dari buku Warisan para Awliya, karangan Fariduddin Al Attar, hal 120.

Friday, November 9, 2012

Mandiri...

Sebelum lebaran kemarin, team yang bantuin di rumahku ada 3 orang. Gak banyak sebenarnya, karena dari 3 orang ini, relatif masing-masing hanya setengah dari total kerjaan mereka yang ngurusin rumah sama anak-anak. Setengahnya lagi ngurus Qesya. Jadi for real, team yang bantu ngurusin rumah cuman satu setengah orang khan...

Cuman problem muncul di anak-anak. Aku ngeliat mereka tetep aja mempersepsikan punya 3 team di rumah. Akibatnya, panggilan 'mbaaakkk' gampang banget keluar dari anak-anakku, nota bene Mut sama We.

Jadi akhirnya, pas libur lebaran, kita udah pikir2 untuk terpaksa mengurangi team kami. Dan kok ya klik, dikabulkan Allah, karena ternyata team yang balik setelah lebaran cuman Sri, yang alhamdulillahnya lagi, memang dia yang paling mumpuni, yang paling bisa diajak kerja sama untuk bikin Mut sama We lebih mandiri. Jadi klop banget.

Pasca lebaran... dengan hanya Sri yang nginap di rumah, plus satu team lagi pulang pergi, mulai lah pembiasaan Mut sama We untuk mandiri. Dari awal aku udah bilang ke Mut sama We, sekarang mbaknya cuman satu ya. Jadi gak ada lagi yang bantuin kak Mut sama We, karena kak Mut sama We udah besar, udah kelas 3 dan 1 SD. Kak Mut jadinya kudu ngurus diri sendiri. We juga ngurus diri sendiri. Cuman kalo We butuh bantuan, bukan mbak lagi yang bantuin, tapi kak Mut. Jadi kak Mut kudu nyayang We, We kudu nurut sama kak Mut... Gak panggil mbak mbak lagi... kasihan khan, mbak Sri cuman sendiri. Kalo dipanggil panggil terus, ntar kecapekan....

Komplain pertama yang muncul dari Mut ternyata bukan masalah kemandirian, tapi sepinya rumah. Gak enak, sepi banget, katanya. Karena kebetulan, setelah lebaran itu Al dan Iv yang tadinya di rumah juga pada balik ke pesantren. Jadi isi rumah yang sebelum lebaran 9 orang, turun drastis jadi 5 orang. Apalagi kalo pas kita ngantor, tinggal 3 orang di rumah. Memang sepi sih.... sampai pernah pengen banget nyari rumah yang lebih kecil.... Tapi alhamdulillah, masa ini terlewati...

Berikutnya, We mulai melancarkan aksi mogok. Untuk diketahui, We ini personality aslinya melankolis sempurna. So, begitu ada yang berasa kurang sempurna di mata dia, mogok dech. Dan as usual, orang melankolis sempurna itu amat susah sangat dibujuk. Yang punya anak melankolis sempurna pasti ngerasain :-) Problem di We, karena biasanya setiap pagi Sri setia ngurus We mulai dari dia bangun, sampai siap berangkat sekolah. Nah, berhubung kita lagi ngebiasain mandiri, jadinya We kudu ngurus diri sendiri. All. Ya mandinya, ya seragamnya, buku, makan, dst nya. Problem muncul kalau dia ngerasa dibangunin 'dengan cara yang kurang sempurna'. Misal gak tak peluk2 pas ngebangunin. Atau dia tetap dibiarin tidur sementara yang lain udah pada ngemil tahu isi (snack pagi favorit kita, sehat dan nikmaaattt). Kalo We udah ngerasa gitu, udah deh, dia bisa dieeeemmmm aja, gak mau ngapa-ngapain. Boro-boro disuruh, dibujuk juga susahnya bukan main. Sama orang melankolis sempurna kita memang kudu main trick. Aku membiasakan gak mau bujuk2, bikin ribet. Karena kalo mogok terus dibujuk, besok lagi mogoknya bisa lebih lama, karena pengen dibujuk lebih lama lagi. Wah... repotlah...

Jadi akhirnya kalo pas mogok, We kita biarin aja... sambil kita ngeriung gak jauh dari We, trus nunjukin betapa enaknya kalo gak mogok. Sambil ngomong sama Mut, enak ya tahu isinya... Atau apalah...
Alhamdulillah, solve juga. Sekarang We intensitas mogoknya sudah jauh berkurang. Peningkatan kemandiriannya juga luar biasa. Dan karena sampai sore hanya ada berdua plus Sri, jadinya kedekatan Mut sama We juga lebih terbangun.

Yang belum kepegang banget tinggal Qesya online... Karena dulu yang handle Sri... Dilema sih... Bisa aja aku ambil team baru sehingga Sri sempet handle toko online-nya. Cuman... idem donk... khawatir anak2 masih belum terbiasa banget untuk mandiri. Khan latihan mandiri nya baru 2 bulan lebih dikit. Jadi terpaksa toko onlinenya di rem dulu. Nantilah, 3 atau 4 bulan lagi, pas Mut dan We bener-bener sudah mandiri, kita baru nambah team supaya toko online ada yang handle. Bagaimanapun, buat aku anak-anak itu prioritas pertama... toko masih bisa nunggu lah...

Tuesday, September 18, 2012

It's Your New Day...

Ini lembaran baru hidupmu, anakku...

Mulai hari ini, engkau mempunyai lembaran bukumu sendiri, yang berisi segala sesuatu yang engkau lakukan dalam hidupmu. Segala sesuatu, anakku. Segala sesuatu yang kau lakukan. Dan tak ada sedikitpun yang terlewat.

Bahkan bukan hanya segala sesuatu yang engkau lakukan, tetapi juga yang engkau pikirkan. Ingatlah anakku, sebuah niat baik, sebuah pikiran untuk berbuat baik, sudah mendapat poin positip di buku itu. Apalagi jika pikiran baik itu engkau lakukan, maka poin positip di bukumu akan jauh berlipat.

Mulai detik ini, setiap langkahmu, gerakmu, dicatat oleh-Nya dalam bukumu. Berhati-hatilah dengan langkahmu, anakku. Karena setiap goresan disana tidak akan bisa dihapus. Karena seiring waktu yang berjalan, lembaran bukumu juga berjalan ke depan. Tidak ada satupun alat yang bisa menghapus tulisan yang tertera disana. Hanya poin positif yang bisa kita usahakan, supaya poin negatif yang pernah kita lakukan agak tertutupi. Supaya total poin kita nanti tetep positif. Husnul Khotimah.

Namun jangan engkau lupa, anakku. Akhir kita nanti tidak hanya ditentukan oleh poin-poin yang kita torehkan di buku kita. Jauh dari itu, Allah -lah yang Maha Penentu. Allah lah yang Maha Berkehendak. Allah lah yang akan memilihkan kita tempat akhir sesuai kehendak-Nya. Karena itu anakku, berusahalah untuk selalu meraih ridho-Nya.

Berbuatlah yang terbaik dimanapun engkau berada. Berbuatlah yang terbaik, apapun peran yang diberikan oleh-Nya. Ingatlah, penilai sesungguhnya ada di atas sana...

Bersabarlah anakku. Karena orang yang kuat adalah orang yang sabar. Karena semua pernderitaan yang ditimpakan orang lain kepada orang yang sabar, maka Allah dan malaikat-Nya yang akan membalasnya.

Jangan kau tinggalkan yang wajib. Dan kumpulkanlah tambahan dari yang sunnah. Karena yang wajib bisa jadi kita hanya menggugurkan kewajiban. Hanya menghindari poin negatif. Dan kita kurang kuat kemauan untuk mendapat poin positif. Sementara, dalam kehidupan ini sangat susah kita menghindar dari kesalahan. Karena itu, tutuplah kesalahan2 kita dengan menambah poin dari yang sunnah.

Anakku, orang tuamu sudah cukup bangga dengan ibadah2 yang sudah engkau lakukan selama ini sebagai latihan untuk mengisi bukumu. Dan sekarang telah tiba waktunya engkau benar2 mengisi bukumu sendiri, dan bukan lagi berlatih. Sekarang lah masa perlombaan yang sebenarnya. Jalanilah perlombaan ini dengan maksimal. Upayakan sebaik mungkin. Lebih baik dari latihan yang sering engkau lakukan. Usahakan jauh lebih baik. Ini hanya seperti perlombaan yang sering engkau ikuti anakku. Hanya saja, perlombaan ini hanya tergantung pada nilaimu sendiri. Karena di perlombaan ini, jumlah juara juga tidak dibatasi. Semua yang mendapat nilai bagus menjadi juara, berapapun jumlah pemenangnya.

Allahummar hamna bil Quran
waj’alhu lana imaamau wa nuurau wa hudaw wa rahmah
Allahumma dzakkirna minhu maa nasiina
wa ’allimna minhumaa jahiilna
warzuqna tilaawatahu
aana al laili wa athrofannahar
waj’alhu lana hujjatan
Yaaa rabbal ‘alamiin


Allah, rahmati kami dengan Al Quran
Jadikan ia pedoman, cahaya, petunjuk, dan rahmat
Allah, ingatkan kami, apa yang terlupa
Ajarkanlah, apa yang tak dimengerti
Ijinkan kami membacanya siang dan malam
Sepanjang siang dan malam
Jadikan ia penolong kami
Ya Rabbal 'Alamiin

== ditulis untuk Anakku sayang Khodijah Iva, yang mulai hari ahad, 2 September 2012 mempunyai catatan amalan sendiri dihadapan-Nya.

Tuesday, July 10, 2012

10 hari pertama di HK

Masih pesantren series, edisi Iv masuk ke husnul khotimah.

Sabtu kemaren Iv sukses dianterin dan mulai nyantri di HK. Kupikir, dengan pengalaman masukin Al ke Al Kahfi, mustinya kali ini aku lebih siap. Pas disana bener sih, gak ada sedih. Gak ada sampai nangis sama sekali. Cuman pas sampai rumah... mulai dech berasa... Cengengnya nongol...Apalagi kalau ada yang nanya kabarnya Iv. Langsung matanya gak bisa ditahan...

Sampai Al komplain, katanya : dulu pas aku masuk al kahfi umi kok gak nangis. Hwehehe... Kubilang, dia aja yang gak tahu. Khan umi kudu tampak kuat, supaya anaknya jd kuat. Ya gak... ;-) Liat aja, pas di depan kak Iv, umi gak ada nangis2 nya khan... Padahal sampai rumah... duh... asli, persiapan mental ortu memang kudu kuat kalau mau masukin anaknya ke pesantren.

Dan sore ini, kebetulan googling nyari info alumni HK pada kemana, ketemu sama blog yang bikin aku mewek lagi. Bukan sedih sih... Kangen aja. Dan dari blog itu makin berasa gak salah kami milihin HK buat Iv. Kenapa ?

Karena salah satu alasan kami milih HK adalah, pada saat di-survey, kami diantar sama santri HK yang gak pulang. Padahal lagi musim liburan. Dan dari ngobrol, kelihatan dia nyaman tetap tinggal di HK pada saat liburan. Dan bukan karena terpaksa. Nah... dimana lagi kita temui, santri yang berasa hommy di sekolah. Kondisi ini juga kita temui pada saat ngantar Iv ke HK. Juga dari cerita beberapa temen yang anaknya di HK. Mereka pada hommy di HK, dan lebih memilih gak pulang ke rumah. Tambah yakin lagi setelah baca blog tadi. Tx to sitilutfiyah.azizah@gmail.com yang sudah nulis panjang lebar di blognya ya... Salam kenal dari kami ;-)

Tinggal ortunya menghitung sisa tahun sampai semua anak2 gak tinggal di rumah lagi. Bayangkan, di usiaku yg belum 45 tahun nanti, kemungkinan besar udah gak ada anakku yang tinggal di rumah. Uff... udah kayak kakek nenek yang anak2nya udah pada married :-( Nongol kalo liburan doank. Itupun kalau mereka gak ada kegiatan di pesantren pas liburan. Kebayang gak... 

Duh... sama suami jadi sepakat, kudu bikin kegiatan dari sekarang. Jangan sampai pas waktunya nglepas Widad ke pesantren, kita jadi gak tega, gak rela, hanya gara-gara pengen ada anak2 yang nemenin. Biarlah anak2 tetap kita pilihkan yang terbaik untuk masa depan mereka. Ortunya yang menyesuaikan saja...

Semoga kak Iv nyaman dan sukses ilmu dan hafalannya di HK. Semoga kak Al bisa menyusul ke HK tanpa I'dad tahun depan. Semoga Uthi dan Widadi juga bisa masuk ke HK dari SMP nya. Amien....

Wednesday, June 20, 2012

Jadi apa yang harus disiapkan ?

Masih pesantren series...

Kali ini pengen cerita apa aja sih yang perlu kita siapkan kalo mau masukin anak kita ke pesantren. Seperti biasa, tendensius dan subyektif, sehingga maybe valid hanya untuk case aku aja. Tapi minimal, sebagai gambaran kasar masih bisalah... karena based on apa yang aku rasakan, dan gak ada manipulasi sama sekali.

Pertama, persiapan mental anak.
Menurutku, jangan sampai anak masuk pesantren karena paksaan. Kalau mengarahkan (baca : ngebujukin) sampai anak 'ngerasa' berminat masuk ke pesantren, sah sah aja sih. Kasih tahu enaknya di pesantren, dan kasih tahu juga gak enaknya masuk pesantren. Infokan juga kenapa kok kita pengen dia masuk ke pesantren. Pokoke sampai anak ngerti apa dan kenapanya kita pengen dia masuk ke pesantren.
Anak perlu tahu enaknya, supaya memompa semangat dan keinginan dia untuk masuk ke pesantren. Tahu gak enaknya, supaya dia persiapan mental kalo yang gak enak itu terjadi. Jadi paling gak sudah ada tameng, gak begitu kejadian yang gak enak, trus anak kita langsung minta pindah sekolah, balik ke yang deket rumah. Sedangkan tahu tujuan kita masukin kesana, supaya dia tahu, visi dan misi masuk ke pesantren, sehingga minimal dia tahu arah yang sedang kita tuju.

Kedua, persiapan mental orang tua.
Nah, ini juga ternyata penting banget. Karena kalau ortu gak siap mental, begitu anak cerita macem-macem, yang muncul ikutan gak tega. Nangis bombay. Ujung-ujungnya, idem dech sama anaknya : tarik aja dech dari pesantren. Sementara namanya anak2, apalagi kumpul orang banyak, yang bener2 beda latar belakang dan budaya, terjadi konflik kayaknya udah pasti. Liat aja dulu pas kita baru2 nikah, konflik2 sepele lumayan banyak khan ? Itu padahal 'cuman' menyatukan 2 orang, 2 budaya, 2 latar belakang. Nah, anak2 kita ini, di pesantren, bareng dengan sekian anak dengan latar belakang beda2. Ya wajar aja kalau terjadi konflik.
Kalau persiapan mental ortu kuat, pas anak cerita, kita bisa stay cool (keren khan, dimata anak, cool gitu ortunya). Jadinya kiat bisa ngeredam dan nenangin anak, bukan malah menambah kepusingan dia.

Ketiga : persiapan dana.
Aku sering dapat pertanyaan atau pernyataan yang mengisyaratkan pengen masukin anak ke pesantren karena biaya yang lebih murah. Uff... ketahuilah... sama sekali enggak. Karena, kalo aku, jadwal wajib nengok anak minimal sebulan sekali. Jelas perlu biaya buat ongkos transport. Belum jajan + bekal makan siang buat adek2 nya. Belum tentengan buat yang di pesantren, plus bekal buat dia sampai sebulan ke depan. Ujung2nya... gede juga... Cuman bisa dicicil tiap bulan :-)

Keempat : persiapan tenaga.
Kalau anak sudah masuk pesantren, otomatis jadwal nengok jadi agenda tambahan kita. Awal2 seminggu sekali. 2 minggu sekali. Sampai menthok di sebulan sekali. Anggaplah disana 2 - 3 jam. Nah, tinggal dihitung dan diperkirakan dengan lama perjalanan, kira2 seberapa banyak tenaga yang kudu disiapkan.

Kelima : biasakan cross check.
Bukan berarti gak percaya sama anak kita. Tapi wajarlah, kalau karena emosi, maka cerita dari anak kita tendensius. Makanya kita kudu cross check minimal ke wali asrama, ke sesama orang tua murid, dll. Ini juga berlaku kalau kita dapat cerita dari ortu temen anak kita, jangan lupa juga cross check ke anak kita dan wali asrama. Jadi minimal balance, kita gak terpancing emosi.

Ketujuh : tetaplah berkomunikasi dengan anak.
Dulu aku bingung, kalo di pesantren, gimana cara kita untuk tetep berkomunikasi dengan anak2. Untuk tetap mengarahkan anak2. Karena globalnya tentu saja kita satu tujuan dengan pesantren, tetapi tujuan detilnya, bisa saja berbeda. Karena khan tujuan pesantren itu mengadopt keinginan semua anak + ortu.
Ternyata, meskipun anak kita di pesantren, jauh di mata, tetapi ternyata komunikasi, arahan dari ortunya, tetap sangat berperan. Bagaimana kita memotivasi dia pada saat nengok. Bagaimana kita mengarahkan pada saat dia ada masalah. Apa pilihan2 yang dia punya untuk menggapai tujuan. Dll.

Kedelapan... hmm... kayaknya yang utama tujuh biji itu. Sisanya persiapan teknis, ini menyesuaikan saja dengan list dari pesantren. Ada juga yang gak ada list, tapi perlu, misalnya : box container yang paling gede, file cabinet yang plg kecil spy bs masuk lemari, hanger, dll.

That's all... Semoga bermanfaat...


Persiapan Kak Iv Masuk Pesantren

Kali ini giliran persiapan yang kedua, kak Iv, masuk pesantren. Suasananya beda dengan pas kak Al masuk pesantren. Kalo dulu, baik aku maupun Al nya, memang mantep mo masuk ke pesantren, tapi jauh di dalam lubuk hati... kita masih gonjang ganjing. Bukan bimbang milih pesantrennya, tetapi lebih karena mau pisahnya. Sehingga semua persiapan kebutuhan Al di-pack-ing mepet pas mau berangkat.

Beda lagi casenya dengan Iv. Anak keduaku ini, begitu semangatnya masuk pesantren. Sampai-sampai abinya yang mencoba ngebujuk supaya di SMP NF aja yang deket rumah, ditolak mentah-mentah. Gak mau sama sekali. Padahal dia satu-satunya dari SD NF yang masuk ke HK.

Sampai aku juga bilang, jangan dibayangkan pesantren itu sebegitu serunya. Gak enak kok... Pesantren itu berarti jauh dari umi abi. Mau makan enak gak bisa. Mau tidur sepuasnya gak bisa. Mau baca buku sepuasnya juga gak bisa. Pokoke gak enak dech...

Tapi tetep aja anaknya penuh semangat mau ke HK. Sampai aku bilang... apa sih yang diceritain kak Al sampai kak Iv semangat banget. Jangan terlalu percaya, itu khan seru versi kak Al. Aslinya belum tentu.

Tapi dasarnya kak Iv.. tetep semangatnya penuh, gas poll...

Nah, karena semangatnya yang 200% persen itu juga, Iv dengan begitu gembira menyiapkan semua keperluannya. 2 box container plastik terbesar yang kita beli buat barang2 dia di pesantren, udah hampir penuh. Mulai dari baju, jilbab, peniti, sampai sikat baju udah dia siapkan. Makanan, gelas, piring, sendok, garpu, pokoke lengkap lah.

Aku yang jadi agak khawatir. Karena kalo persepsi 'bagus banget', ternyata realisasi mentok di 'bagus', maka meskipun levelnya bagus, jadi keliatannya 'jelek'. Tapi kalo persepsinya 'gak enak', trus ternyata realisasinya 'bagus', maka yang terasa akan 'sangat bagus'.

Semoga Iv gak ketinggian mempersepsikan, sehingga dia nyaman berada di sana... Amien...


Thursday, January 26, 2012

Abu Bakar

Tahu donk siapa Abu Bakar...

Blio yang dijuluki Ash Shidiq, karena sangat membenarkan. Ingat, gak hanya membenarkan, tapi SANGAT membenarkan.

Blio yang langsung masuk Islam pada saat diturunkan. Blio yang langsung membenarkan Isra Mi'raj pada saat yang lain masih ragu2. Dan blio juga yang pertama membenarkan perjanjian hudaibiyah disaat yang lain masih keberatan.

Blio yang pada pagi hari setelah shalat shubuh, Rasulullah bertanya, siapa yang pagi ini puasa, dan blio menjawab : Saya wahai Rasulullah, tadi malam saya meniatkan pada diriku untuk melakukan puasa pada pagi ini. Lalu aku berpuasa.

Kemudian Rasulullah bertanya, siapa yang telah menjenguk orang sakit. Dan Umar menjawab : Sesungguhnya kita baru saja shalat shubuh dan belum meninggalkan (masjid ini), lantas bagaimana kita bisa menjenguk orang sakit. Blio, Abu Bakar, menjawab : Saya wahai Rasulullah, orang-orang mengabarkan kepadaku bahwa Saudaraku, Abdurahman bin Auf, sedang menderita sakit. Lalu saya sengaja melewati rumahnya, dan bertanya tentang keadaannya, dalam keadaaan saya menuju masjid.
Kemudian Rasulullah saw bertanya, Siapakah diantara kalian yang telah mengeluarkan shadaqah. Umar menjawab : Wahai Rasulullah, kami masih bersama Anda semenjak selesai shalat, lantas bagaimana mungkin kami bersedekah. Namun blio, Abu Bakar, menjawab, Saya wahai Rasulullah, ketika saya masuk masjid ada seorang yang meminta sedekah. Sedangkan anaknya Abdurrahman bin Abu Bakar (cucu Abu Bakar) membawa sepotong roti. Lalu saya mengambilnya dan aku berikan kepada pengemis itu.

Blio yang terkenal karena keramahannya, penyayang, lemah lembutnya. Pada saat musyawarah tentang tawanan perang Badr dan Umar mengusulkan untuk : bunuh mereka semuanya. Maka blio, Abu Bakar dengan kelemah lembutannya, mengusulkan : lepaskan mereka dengan denda. Bagi yang mempunyai ilmu, suruh mereka untuk berbagi ilmunya.

Suatu hari, blio, Abu Bakar, duduk bersama Rasulullah SAW. Kemudian datanglah orang yang mencaci maki blio. Dan blio diam saja. Rasululloh hanya diam dan tersenyum. Kemudian cacian itu bertambah2 parahnya. Dan blio -- yang ash shiddiq, yang terkenal santun dan penyayangnya, yang lemah lembutnya tidak diragukan, menjawab sebagian cacian itu.

Ingat, blio menjawab 'hanya sebagian' cacian. Dan ingat juga track record blio... Kalau Abu Bakar sampai menjawab cacian itu... itu berarti cacian itu sudah sedemikian parah. Karena blio adalah ash shiddiq. Karena kasih sayang blio gak diragukan lagi. Karena blio begitu lemah lembutnya.

Dan apa yang terjadi selanjutnya sodara2 ?

Rasullulloh langsung bangun, dan berjalan menjauh. Abu Bakar langsung ikut berdiri dan menyusul.

Berkata blio, Ya Rasululloh, pada saat orang itu tadi mencaciku, engkau hanya diam saja dan tersenyum. Namun pada saat aku menjawab sebagian caciannya, engkau langsung berdiri dan menjauh.

Rasullulloh SAW menjawab, pada saat orang itu tadi mencaci dan engkau diam saja, sesungguhnya malaikat menjawabnya untukmu. Pada saat engkau membalas sebagian caciannya, syetan ikut tersenyum bersamamu. Dan aku tidak mau duduk bersama dengan syetan.

Gambar diambil dari sini.