Wednesday, September 12, 2007

Allah memang Maha Adil

Ya, Allah memang Maha Adil. Bukan berarti sebelum ini aku meragukan keadilan Allah. Bukan, bukan itu ! Tapi akhir akhir ini mataku semakin terbuka akan keadilan Allah -- yang kadang dilihat dengan kaca mata manusia seolah terlihat justru Allah tidak adil.

Bayangkan. Allah menciptakan2 jenis gender manusia. Yang satu kuat. Yang satu lemah. Yang satu punya satu suara penuh. Yang satu cuman setengah. Yang satu berhak atas warisan sebanyak dua kali yang lain. Yang satu berhak menjadi qowwam. Yang satunya lagi harus nurut.
Gak adil khan ? Ya -- tampaknya memang tidak adil.

But... ternyata Allah menciptakan tanggung jawab, berlainan sisi dengan keinginan, hasrat, dan hawa nafsu. Jadi, Adil kah ?

Allah menciptakan laki laki untuk bertanggung jawab terhadap anak dan keluarganya. Dan Allah menciptakan wanita lengkap dengan keinginan dan cinta yang besar, untuk mendidik dan merawat anak dan keluarganya. Tanpa 'tugas' untuk bertanggung jawab, laki laki akan melenggang sendiri tanpa memikirkan keluarga. Berbeda dengan wanita. Meskipun tanpa diserahi tanggung jawab, seorang ibu otomatis akan tetap mengurus dan memberikan yang terbaik untuk keluarganya.

Bayangkan bila Allah memberikan tanggung jawab terhadap keluarga ini kepada wanita, bukan kepada laki laki. Bisa jadi para bapak setelah seharian mencari uang, akan sibuk setelahnya untuk membuang uang. Bisa jadi para bapak sibuk sendiri memenuhi aktivitas individunya. Bisa jadi para bapak tidak pernah lagi berada di rumah kecuali untuk menyerahkan sejumlah uang yang menjadi tugasnya sebagai bread maker.

Sementara sang ibu ? Karena dibekali dengan insting dan sayang pada anak dan keluarga, akan sibuk mengurus keluarganya. Apabila rasa ini ditambah dengan tanggung jawab terhadap keluarga, maka semakin lengkaplah 'keterpurukan' ibu. Kenapa ? Dengan keluarga menjadi tanggung jawab ibu, mungkin para bapak menjadi merem terhadap apapun yang terjadi di rumah. Mungkin para bapak tidak mau tahu lagi terhadap proses pendidikan anak. Mungkin para bapak tidak peduli lagi dengan susyahnya menjaga hubungan baik dengan anggota team sebagai tangan kanan di rumah. Mungkin para bapak tidak mau tahu lagi dengan rumah yang bocor. Dengan lampu yang mati. Dengan anak yang sakit. Dengan tetangga yang rese. Dengan gas yang habis. Dengan listrik yang mati. Dengan kenaikan harga beras. Dan semua tetek bengek yang kecil kecil tapi menggunung. Itu apabila para bapak hanya punya satu tugas : menjadi bread maker.

Ada satu contoh yang kejadian padaku pagi ini. Pagi pagi banget sebelum shubuh kita udah bangun. Trus anak anak dibangunkan satu satu dengan niat mo ke masjid bareng bareng. Kebetulan Uthi lagi susyah bangun. Jadinya pas suami, Alya, sama Iva udah siap di teras, aku sama Uthi masih sibuk di kamar. Yang ngebujukin bangun lah. Ngebujukin minum milo lah. Ngebujukin BAK lah. Terakhir ngebujukin lagi untuk pake mukena. Kebayang khan.... Pas aku sama Uthi berhasil nyusul keluar, ee... ternyata mobilnya udah dibawa suami ke masjid. Ditinggal gitu lho. Jadinya kesel bin gondok. Hehehe...

Terus pikir pikir, kenapa ya kudu kesel. Khan tugas ngedidik anak itu tugas suami. Jadi kalo aku sampe repot ngurusin Uthi untuk ngajarin dia ke masjid, sebenarnya 'cuman' dalam rangka ngebantuin suami. Kalo ternyata suami lagi gak mau ngedidik Uthi sholat, ya udah, itu urusan suami sama Allah. Ya gak... Nha, balik lagi, set back... jadi sebenarnya tugasku sebagai ibu apa...

Apa ya ? Apa sich tanggung jawab dan tugas sebagai ibu ? Cuman satu sebenarnya, memenuhi keinginan suami. Di pihak wanita, hal ini menjadi tugas, menjadi tanggung jawab. Menjadi jalan menuju surga. Di pihak laki laki, bagian ini menjadi keinginan, hasrat. Bayangkan bila tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan biologis ada pada suami. Hahaha... gak kebayang dech.

Jadi Allah Maha Adil khan ? Allah memberi tanggung jawab pada yang satu, sementara memberi keinginan dan hasrat pada pihak yang lain. Sehingga kedua pihak itu seharusnya dapat bersinergi. Dapat saling bekerja sama. Saling membantu. Saling menolong. Saling menutup kekurangan yang lain. Karena bila istri menginginkan sesuatu, itu bagian dari tanggung jawab suami. Sebaliknya, bila suami menginginkan sesuatu, itulah kewajiban dari sang istri. Clear ??