Tuesday, February 12, 2008

Berkah

Berkah -- atau barokah, dalam bisnis. Mungkinkah ?

Di kantor, karena masih kroco, semua urusan jadi hitam dan putih. Mana rizqi yang halal terlihat jelas. Dan alhamdulillah gak dibenturkan dengan urusan rizqi yang syubhat, apalagi haram. Jadi urusan uang dari kantor insya Allah sudah jelas kehalalannya.

Nha, kalo bisnis, ampunnn dech... banyak sekali titik yang sangat mungkin membuat kita terjerembab. Banyak sekali lubang yang sangat mudah dimanfaatkan syaithon untuk memainkan peranan dan fungsi yang telah dititahkan kepadanya.

Baru baru ini, aku pengen sekali untuk ikut menjual jilbab yang bahannya asli dari kaos. Bukan spandex, apalagi lycra. Kenapa ? Cause aku sendiri seneng dengan bahan kaosnya ini, karena gak njiplak di dada. Jadi nyaman makenya. Apalagi model jilbab yang dikeluarkan gak mengurangi urusan nutup dada (yang sering seiring dengan model dan modis, urusan nutup dada jadi urutan kesekian). Satu kelebihannya lagi, bahan kaos yang dipake juga bagus, gak gerah. Padahal tetap tebal lho, jadi gak nrawang (bhs Indonesianya apa ya ? Gak transparan gitu ?)

The problem is, produsen jilbab ini menerapkan sistem proteksi area. Selama ini, 3 th di garmen, setahuku proteksi area tidak ada yang ketat. Biasanya dibalikin lagi ke kenyamanan antara agen dan distributor. Meskipun aku sendiri belum pernah nentang proteksi ini, tapi pernah nanya ke salah satu distributor, kalo trus ada pembeli dari area di luar daerah distribusinya, trus gimana ? Jawabannya, ya itu tadi, terserah ke pembelinya. Mo beli dari dia atau dari distributor daerah ybs. Nah khan... Means proteksi area gak bekerja.

Dari sisi logika, juga memang teramat susah untuk menjaga proteksi area ini. Anggaplah misalnya saya distributor produk a yang protect area 1. Trus ada yang jual produk a tsb di area saya, tapi nggak ambil dari saya. Ok lah, sangat mungkin kalo saya bakalan tahu ada yang jual produk tersebut tapi gak ambil dari saya. Tapi dari mana dia ambil (means distributor atau agen mana yang menyalahi aturan proteksi area), atau dia ambil dengan diskon berapa (means juga tahu siapa yang gak ngikutin aturan diskon), atau jangan jangan malah dia salah satu kepanjangan tangan dari salah satu agen yang ambil di saya, adalah contoh informasi yang bakalan sangat susah didapat. Oleh karenanya, untuk nge-trace siapa yang gak ngikutin proteksi area juga jadi susyahnya bukan main.

The point is, memang sangat gampang buat break the protection area rule. Apalagi kalo banyak permintaan dan yang aktif justru yang diluar area proteksinya. Walah. Ujian berat khan...

Nah, balik ke jilbab itu tadi (tahulah merknya... kayaknya yang bahannya kayak gitu cuman satu dech). Aku awalnya ditawarin diskon lumayan gede, cuman bukan dari yang mrotect areaku. Trus pas aku udah ok, mo order. Blio nya pikir2, dan menyampaikan keberatan karena gak 'megang' areaku. Waduh !! Dari sisi itung itungan bisnis, jelas aku kehilangan diskon yang lumayan gede, plus kesempatan dapet diskon tanpa uang agen atau apapun lah. But alasannya sangat dapat diterima, dan aku justru appreciate karena hal itu.

Belum selesai critanya lho. Trus aku menghubungi agen depok. Ngelobby supaya bisa dapat diskon lumayan tanpa harus daftar dan bayar uang agen. Sama agen depok, dijanjikan besoknya saya akan dihubungi.

Dan besoknya, jawaban blio, nggak enak kalau musti 'bawah tangan'. Cause uang agen dikirim langsung ke produsen. Sedangkan kalo diskon, agen bisa ikut menikmati. What a wonderfull life. You know what I mean ?

Betapa gampangnya buat agen luar depok itu untuk ngejual ke saya (dan tentunya saya gak bakalan ngumumin donk, dapetnya dari mana). Siapa sich yang bisa tahu kalo agen luar depok itu ngejual ke depok ? Hanya saya, blio sendiri, dan Allah tentunya. Kalo saya ataupun blio sama2 gak cerita, tentu informasi gak akan nyebar. But, Allah is there....

Idem sama yang agen depok. Kalopun blio ngasih saya diskon sebagai agen, tanpa mendaftarkan saya sebagai agen ke produsen, gak ada yang tahu kecuali saya sendiri, blio, dan Allah. Dan balik lagi, kalo semuanya gak crita kemana mana, gak akan ada yang tahu. But Allah knows....

Dan itulah kekaguman saya. Pada kejujurannya. Pada keinginan untuk tetap sesuai jalur yang telah disepakati. Karena kalau kita keluar jalur, berkah Allah nggak akan bersama kita lagi. Bisa jadi kita mendapat lebih banyak materi, tapi jangan lupa, materi sangat berbeda dengan berkah. Bisa jadi kita berlimpah materi, tapi pada saat harus memasukkan anak sekolah, entah bagaimana uang jadi gak ada (jangan salah, Allah sangat gampang dalam hal ini. Bisa saja ada yang sakit parah, atau ketipu, atau sedang jadi piutang, dll). Kalau berkah, ada pada saat dibutuhkan. Biasanya gak pegang uang puluhan juta, pas mo masukin anak kuliah, kok tahu tahu ada uang segitu. Pas anak sakit tahu tahu ada uang buat bayar. Yach... smua itu khan gampang buat Allah.

Lagian, kalo gak begitu, kesannya jadi menghalalkan segala cara (Walopun skala kecil). Ya gak. Gimana enggak. Lha wong harusnya beli dari depok, kok nyari nyari cara supaya bisa diskon lebih, meskipun gak semestinya. Kalo skala kecil aja udah begini, gimana skala besar. Padahal, kata 'menghalalkan segala cara' sangat nggak enak di telinga.

Jadi, akhirnya aku pasrah aja dech, ngambil dari agen depok itu. Biarin dech, biar sedikit asal berkah. Amien...