Thursday, April 3, 2008

Kalo ada temen baru, jangan lupakan temen lama

Hmm... sudah sering kita dengar ya... Ternyata ini filosofi yang sangat bagus. Dan gak hanya untuk temen main, tapi juga temen bisnis.

Beberapa kali mengalami, ada temen yang tadinya distributor, berubah jadi agen. Yang tadinya agen, trus naik jadi distributor. Muter, sesuai dengan fitrah.

Dulu masih gak ngeh pas sering denger, sang temen yang jadi distributor -- dulunya agen -- banyak komentar miring dari agen agen lain tentang blio. Secara garis besar, para agen lain itu nggak suka karena setelah jadi distributor, temen ini menerapkan aturan yang ketat untuk jumlah pembelian dan diskon. Walhasil, banyak agen lain -- yang nota bene ikut membesarkan pas sang temen usahanya masih hidup segan mati tak mau -- jadi gak bisa lagi dapet diskon agen. Mereka terpaksa padha ngambil dari pemain baru, yang karena punya modal gede bisa ambil sebagai agen besar dengan membayar 'uang keagenan' sekian rupiah. Hehehe, mbundhet gak ?

Jadi gini, anggaplah temen saya si A, agen suatu produk bersama sama dengan B, C, dan D. Anggaplah dapat diskon 35%. Nah, suatu saat si A dengan modal sekian rupiah (bukan karena prestasi penjualan), naik menjadi distributor. Otomatis diskonnya juga naik. Nah, B, C, dan D aturannya harus beli dari A, gak bisa lagi ke produsen. Sampai sini masih OK.

Trus, A bikin aturan keagenan. Untuk dapet diskon 35%, kudu jadi agen dengan bayar uang keagenan sekian rupiah. Kalo gak, ya terpaksa dapet diskonnya kecil. Nah... B, C, dan D yang sejak awal jadi agen produk tersebut, dan sejak awal dapet diskon 35%, jadi mulai gerah. Terang aja, sejak awal mereka yang membesarkan produk ini bersama sama. Mulai dari gak dikenal, sampai gede seperti itu. Tapi setelah tiba saatnya dikenal, mereka seperti dikesampingkan, cause nilai keagenan yang sekian rupiah itu diluar range financial mereka....

Case kedua, diskon sudah distate. Sehingga dengan aturan tsb, Z cuman dapat diskon 40%. Seiring waktu, ternyata aturan tsb diperbaharui, sehingga 40% dapat diperoleh dengan pembelian yang jauh lebih sedikit dari pembelian Z. Sementara untuk jumlah pembelian sebanyak pembeliannya si Z, seharusnya dapet diskon 45%. Ternyata oh ternyata, karena Z ini gak protes dikasih 40%, maka Z tetep aja dapet diskon segitu. Padahal pembelian Z sudah 3 atau 4 kalinya...

Case selanjutnya, K sudah jadi agennya L dan turut membesarkan bisnisnya L sejak awal mula L terjun ke bisnis. Terus bisnis L ini jadi sukses. Sementara karena memang dari awalnya kecil, kemampuan finansial K belum bisa mengikuti kesuksesan L. Kebetulan K lagi ada masalah, sehingga pembelian dia ke L jadi turun, atau paling gak tetep. Padahal L udah nentuin target untuk diskon segede yang didapet K, harus sekian Rp. Dan K baru bisa mencapai sepersekian dari target itu....

Case berikutnya lagi, G udah lama ambil dari H. Trus usahanya G membesar. Jadinya dia minta diskon yang lebih gede ke H. Ternyata H gak kasih, karena memang uang sangat rentan di H(masih sangat dibutuhkan untuk menunjang kebutuhan pokok gitu lho...). Sementara ada J yang nawarin diskon lebih gede. G bimbang...

So, the point is... ya itu tadi, jangan lupakan teman lama. Ingatlah ada teman teman kita yang -- secara tidak langsung -- turut membesarkan usaha kita. Kalo memang bikin aturan baru, please... tidak merugikan yang lama. Jangan biarkan teman lama yang telah ikut membesarkan usaha kita, menjadi tidak bisa ambil bagian lagi hanya karena kemampuan finansial yang belum mendukung...

Karena selain materi dan diskon yang kasat mata, ada hati dan ruhani yang sangat flexible. Ada tangan Allah yang turut bekerja. Dengan diskon yang lebih kecil dari H, bisa jadi usaha G lebih diridhoi Allah karena dalam rangka turut membantu ekonomi keluarga H. Bisa jadi bila pindah ke J, usaha G turun, karena ridho Allah ikut berkurang. Karena siapa tahu, Allah memang lebih menginginkan peningkatan ekonomi H melalui tangan G. Sedangkan J sudah cukup mapan secara ekonomi...

Trus satu lagi, kejujuran harus tetap di depan. Buat saya, akan jauh lebih mempertimbangkan bila Z berterus terang tentang alasan kenapa tidak memberi diskon lebih besar. Daripada bila Z mengarang cerita bahwa diskon lebih besar hanya bisa didapat bila bla bla bla, namun pada kenyatannya kisah itu gampang terbukti kalo gak diberlakukan untuk orang lain. Yach... yang namanya kebohongan, mo diumpetin gimanapun, tetap akan ketahuan. So, keep honest.

==Pagi pagi, ditulis dengan pusying cause laper. Tapi tetep maksain nulis, gemes sich...