Thursday, August 7, 2008

Keterbatasan Penyerapan Modal

Barusan jalan jalan ke http://www.perencanakeuangan.com/files/index.html, alhamdulillah ada pencerahan. Sebenernya bukan pencerahan juga sich, tapi pembenaran atas apa yang selama ini aku lakukan. Jadi sekarang ngelakukannya lebih mantap lagi, cause sudah sama dengan apa yang dikatakan sama pak Ahmad Ghazali, di artikel yang dikutip dari Republika tgl 19 Oktober 2003, tentang bagi hasil.

Di antara sekian banyak investasi dengan sistem bagi hasil yang perlu diwaspadai, item terakhir adalah : Keterbatasan penyerapan modal, dengan keterangan detil sbb. :
"Kemampuan dan skala usaha yang dimiliki pengusaha pastilah terbatas. Oleh karena itu pengusaha yang menawarkan investasi harus juga dapat menghitung berapa batasan modal yang dapat diserapnya. Tanah yang dia miliki untuk menanam kan terbatas. Maka modal yang diperlukan juga menjadi terbatas. Tapi, kalau pengusaha terus-menerus menerima modal tanpa adanya batasan, itu berarti uang investor tidak dijadikan modal kerja, tapi digunakan untuk hal lain yang tidak sesuai dengan perjanjian."

Nah, selama ini, aku selalu membatasi modal yang tak gunakan untuk usaha. Misalnya saja untuk awal usaha dulu, yang tak pake modal 'cuman' 2 juta. Dan ya memang cuman segitu itu yang terus diputar. Sampai bener bener udah berputar lancar. Kalo berasa kurang, kita evaluasi dulu modal yang sudah berputar itu. Memang kurang, atau jangan-jangan perputarannya yang kurang lancar. Kalo dari evaluasi memang butuh modal lagi, baru masukin proposal ke suami. Setuju gak. Discuss lagi. Di evaluasi lagi. Dan biasanya, selalu ditanya terus sama suami, gimana return nya dari tambahan modal yang sudah digelontorkan. Gitu terus, sampai akhirnya modal yang kita putar cukup gede seperti sekarang.

Sebelumnya, aku cuman berasa gak nyaman dan belum bisa aja, untuk muter modal yang lebih gede. Makanya modal kita batasin. Selain juga mungkin taraf resiko yang bisa kita tanggung juga baru segitu. Jadi kita gak terlalu tertekan. Karena modal yang diputar juga nambahnya sedikit sedikit. Sambil evaluasi terus.

Ini juga keliatan pas kita buka toko di ITC Depok. Modal yang dikeluarkan ya memang cuma DP kios dan cicilannya. Untuk rak, kita ngangkut rak buku anak2, yang kebetulan dulu memang kita bikin warna warni. Sedangkan baju yg dijual, sebelumnya khan memang kita udah jualan baju. Jadi gak nambah banyak modal untuk bajunya. Tambahannya paling modal untuk beli patung. Yang saat itu juga... waduh... mahal juga ya.... :-)

Terus ternyata toko lumayan. Jadi kita evaluasi lagi. Untungnya nutup gak untuk nambah lampu. Juga untuk nutup biaya listrik bulanannya. Alhamdulillah cukup. Dan ternyata nambah lampu gak butuh banyak dana ya. Tambahan biaya untuk listrik bulanannya juga gak banyak. Padahal -- alhamdulillah -- penjualan setelah itu meningkatnya banyak, hehehe....

Terus beberapa bulan kemaren, kita evaluasi lagi. Pas waktunya dengan mo bukanya toko yang di rumah. Jadi pasti butuh rak. Akhirnya rak bekas rak buku anak2, kita pulangkan lagi dan ditaruh di toko GTA. Sedangkan Anugrah ITC Depok kita pesenin rak aluminium -- yang ternyata harganya aduhai... juauh lebih mahal dari lampu. Dan aku sama suami mengalami stress kedua, setelah stress karena beli kios. Apakah biaya beli rak itu ketutup sama kenaikan laba ? Yach... intinya... sepadan gak ya... Alhamdulillah, masa itu udah dilewati dengan tersenyum... Tahu khan maksudnya... :-)

Pas modal masih cuman 2 juta, kita sempet ngobrol sama salah satu pengelola sekolah enterpreneur. Dia bilang, ngapain modal ditahan tahan. Kalo memang punya dana banyak, ya gelontorin aja. Dan aku gak setuju. Tapi aku susah nemuin kenapa gak setuju. Pokoke feeling ku bilang enggak, aja. Aku cuman tahu kalo usahaku belum butuh tambahan modal. Tapi kenapa kok begitu, kenapa kok belum butuh tambahan modal, aku gak bisa jawab.

Nah... artikel Ahmad Ghazali itu yang membuat aku ngeh. Menurut blio itu, setiap usaha, setiap kemampuan usaha dan skala usaha pasti terbatas. Jadi pengusaha harus dapat menghitung -- dengan kata lain harus tahu -- berapa batasan modal yang dapat diserap. Jadi, modal memang harus dibatasi khan. Dengan tahu batasan modal yang dapat diserap, berarti kita jangan main menggelontorkan dana yang kita miliki, ataupun dana pinjaman, untuk membesarkan usaha. Karena kalau sampai dana yang digelontorkan lebih besar dari batasan modal yang dapat diserap, maka yang terjadi bisa saja buntung, bukannya untung.

Tapi juga bukan berarti menambah modal itu haram. Enggak lah. Jadi di-evaluasi aja. Kalo memang sudah saatnya menambah modal, it's ok nambah modal. Tapi juga tetep dikira2, nambah modalnya kudu berapa. Trus stop lagi. Evaluasi lagi. Kalo berjalan bagus lagi, dan mentok lagi -- yang baru bisa berkembang lagi kalo ditambahin modal, ya modal ngucur lagi.

Gitu...