Wednesday, September 10, 2008

Pencerahan Kehidupan Tua

Terkait postingan sebelumnya tentang kehidupan pada saat telah lanjut usia, ada pencerahan setelah diskusi dengan guru spiritual, yang juga teman, juga guru kehidupan.

Ada 2 hadist terkenal terkait dengan hubungan orang tua dan anak. Sayang aku gak tahu tepatnya text hadist seperti apa. Cuman kisahnya, kalo hadist pertama, tentang seorang anak yang ibunya sakit parah. Anak tersebut dikasih tahu dan disuruh untuk mengunjungi ibunya. Namun sang anak gak berani, karena sudah berjanji pada suaminya untuk menjaga rumah dan tidak kemana-mana. Ternyata kondisi ibunya bertambah parah, dan bahkan mendekati sakaratul maut. Anak tersebut diberi tahu lagi dan diminta lagi untuk mengunjungi ibunya. Namun karena suaminya belum juga datang, dan dia sudah berjanji pada suaminya, jadi dia tetap tidak berani keluar rumah. Sampai akhirnya ibunya meninggal dan anak tsb tetap belum mengunjungi ibunya. Diriwayatkan bahwa ibunya masuk surga karena ketaatan anak tersebut pada suaminya.

Hadist kedua, tentang seorang pemuda yang sakaratul maut, namun tidak juga meninggal. Ternyata ibunya tidak ridho padanya. Lalu kata Rasul SAW, ibunya diminta datang untuk meridhoi anaknya, supaya anaknya bisa segera meninggal dengan mudah. Namun ibunya tetap tidak mau datang. Akhirnya oleh Rasul SAW diperintahkan untuk mencari kayu bakar. Untuk apa ya Rasul, tanya sahabat. Untuk membakar pemuda ini supaya dapat lebih cepat dan meninggal dengan lebih mudah, jawab Rasul. Akhirnya ibunya luluh dan mau hadir untuk memaafkan anaknya. Dan setelah mendapat maaf dari ibunya, pemuda tersebut langsung meninggal.

Kedua hadist itu -- mohon maaf, seingat saya saja. Kalau ada yang salah context nya, tolong diinformasikan ya, nanti saya ralat.

Di luar text yang mungkin tidak tepat sama, ternyata kedua hadist tersebut mengisahkan tentang anak dengan ibunya, dengan obyek anak yang berbeda. Hadist pertama anaknya wanita, sedangkan hadist kedua, anak tersebut laki-laki.

Di hadist pertama, ibunya masuk surga karena ketaatan anaknya (wanita) pada suaminya. Sedangkan di hadist kedua, pemuda (laki-laki) sukar meninggal, karena ibunya belum meridhoinya. What it means ?

Kata guruku itu, jadi di Islam itu sudah diatur, seorang wanita, ketaatannya pada suami dulu, baru pada orang tua. Dengan begitu maka orang tua wanita akan turut 'selamat'. Sedangkan seorang laki-laki, ketaatannya pada orang tuanya terlebih dahulu.

Dengan demikian, pada saat orang tua sudah lanjut usia, yang harus bertanggung jawab terhadap kehidupan orang tua adalah anak yang laki-laki. Kalaupun harus ada yang mengalah untuk hidup satu rumah dengan orang tua, maka yang lebih berhak untuk mengalah adalah anak yang laki-laki.

Tentu saja prinsip ini tidak saklek -- harus begitu. Ini 'hanya' digunakan pada saat semua kepentingan berbenturan. Kita harus dapat memilih mana diantara begitu banyak kepentingan itu yang lebih sesuai dengan syariat.

Apabila ada orang tua yang anaknya wanita dan telah menikah dan tinggal bersama, maka tinggal serumah tersebut menjadi keutamaan buat anak itu dan suaminya dalam rangka berbakti dengan orang tua. Namun untuk mengambil keputusan tersebut harus siap dengan semua konsekuensinya. Dan apabila ternyata anak atau suaminya ternyata tidak siap, dan kemudian memilih untuk tinggal di rumah yang lain, maka tidak jatuh 'durhaka' kepadanya, meskipun ibunya menginginkan dia tetap satu rumah.

Sementara dengan case yang sama, namun anaknya laki-laki, dengan istrinya, tinggal serumah dengan orang tua suaminya. Apabila anak laki-laki tsb dan istrinya tidak siap dengan konsekuensinya, dan memilih tinggal di rumah yang lain, sementara ibunya menginginkan dia tetap satu rumah, maka bisa jadi 'durhaka' telah jatuh kepadanya, kecuali bila ibunya meridhoinya.

You see... Dengan kasus yang sama, dan status sama-sama anak, ternyata keputusan yang diambil untukmencari ridho Allah berbeda.

Trus... gimana donk yang kayak aku ini... anaknya 4 dan wanita semua. Ntar pas aku dan suami udah tua, jadi gak ada donk yang wajib bertanggung jawab terhadap kehidupan kami...

Kata blio, yang penting kita tahu dulu status kita dimana. Jadi tidak menimbulkan permasalahan dan perselisihan setelah anak menikah. Nah, kalau kita sudah sesuai tuntunan Allah, Allah yang akan menolong hamba-Nya, insya Allah. Amien....