Monday, February 9, 2009

Kepercayaan

Kepercayaan itu harus dijaga. Itu nilai diri kita. Value kita. Dan sesuai sunnah. Gimana enggak, sebelum jadi rosul, Rasululloh itu sudah al Amin, dapat dipercaya. Dan kata Rasul SAW, seorang mukmin itu bisa jadi melakukan perbuatan dosa. Tapi seorang mukmin tidak mungkin berbohong. Dengan kata lain, seorang mukmin pasti jujur, dapat dipercaya.

Kepercayaan -- amanah, itu di semua sisi kehidupan kita. Setelah nyemplung ke bisnis, berasa sekali gesekan yang berawal dari kepercayaan itu. Dan seringkali kita jadi gemes banget. Karena yang melakukan adalah orang2 yang kita percaya. Dan seringkali pula, mereka melakukannya bukan karena sesuatu yang primer. Namun lebih sering karena menganggap ringan. Atau kurang itung-itungan. Naudzubillahi min dzalik.

Suatu saat, ada rekan yang digusur dari kontrakan bulanannya, dan tidak ada dana untuk ngontrak tahunan. OK, dipinjemin, dengan catatan dicicil bulanan. Bulan pertama ok, bulan kedua ok, bulan ketiga dst stop. Kita tanya, eh, dengan entengnya dijawab, Oh... kirain situ gak butuh uangnya. Aduh...

Trus saat yang lain, kita pesen tas. Minta ukuran 30 x 30. Udah dibayar. Trus dikirim. Pas dibuka, lho... ukurannya 30x40. Aduh... Padahal pas beberapa kali contact, udah bilang ok dengan ukuran kita...

Trus vendor yang lain, masih tas juga, kita udah kirim detail tas yg kita minta, dengan harga x. Kita tanya deal gak ? Trus jawabannya, harga deal, tapi detail tas berubah. Aduh... gimana sih. Kalo ada yang berubah, namanya belum deal donk... Belum sepakat gitu lho...

Trus ada lagi, yang ngotot banget mo ngontrak kios. Udah gitu kiosnya tandem 3 kios. Udah dibilangin, cari yang lain aja. Cari yg lebih murah, dst. Tapi gak mempan. Sementara dia gak ada dana. Akhirnya Ok lah, yang lain iuran. Dengan catatan dicicil. Baru juga sebulan cicilan jalan, dia nutup kiosnya. Dan cicilan juga gak tahu gimana khabarnya.

Ada lagi yang bilang butuh dana buat bikin SIM. OK, kita pinjemin. Besok sorenya ke rumah lagi, ngasih tahu gak jadi bikin SIM, dan uangnya yang setengah udah kepake. Walah...

Trus ada juga, yang cari tambahan dana untuk bisnisnya. Katanya penyambung lidah akan dapat fee sekian. Sedangkan kalo invest sendiri dapat sekian. Pas aku dapet orang yang bersedia invest, aku ditelpon lagi, katanya aku gak dapet fee, karena yang invest khan orang lain.

Trus ada yang datang ke rumah, minta konsinyasi. OK, tak coba konsinyasi, dengan catatan per nomor sekian pcs, dan hanya untuk merk tsb. Pengambilan pertama ok. Trus muncul sms, ambil barang yang lain boleh gak. Cause aku masih ingin lihat dulu, jadi kujawab : "spt kesepakatan di awal, hanya untuk merk A". Trus dia nanya lagi, kalo ada yang mo beli, tapi bayar bulan depan, gimana. Boleh gak. Kujawab lagi, sesuai kesepakatan, kalau mau ambil lagi, pengambilan sebelumnya selesai dulu. Harus kembali dulu. Baik berupa barang maupun berupa uang. Trus pas datang lagi untuk pengambilan kedua. Kebetulan gak ketemu aku. Sama mbakku, dia ambil jauh lebih banyak dari yang disepakati. Aduh...

Itu yang teringat. Sebagian dari yang bener2 kejadian di kami. Kadang2 memang terkesan sepele. Tapi sangat berpengaruh di kami. Sungguh, buat kami sangat mengecewakan dan menyebalkan, kalo urusannya sudah dengan kepercayaan. OK, bisa saja tidak mungkin mengikuti kesepakatan awal yang dibuat. Tapi, jauh lebih baik bila minta maaf, dan menginformasikan tidak bisa mengikuti kesepatan pertama. Trus lobby lagi supaya tercapai kesepakatan berikutnya. Sehingga jelas. Aman dunia akhirat. Dirahmati dan diberkahi Allah.

Karena untuk apa dana bertumpuk bila tidak dirahmati Allah. Sangat gampang bagi-Nya untuk mengambil lagi. Apa susahnya bagi Allah membuat kita, atau anggota keluarga kita digigit nyamuk DB ? Apa susahnya bagi Allah membuat kita gak bisa jalan ? Apa susahnya bagi Allah membuat kita berpenyakit yang ringan tapi mengganggu, dan sudah keluar masuk rumah sakit tetep aja gak sembuh ? Sungguh, sangat mudah bagi Allah dengan berbagai cara dan sarana untuk mengambil uang yang memang tidak dirahmati-Nya.

Jadi, ayo, kita jaga omongan kita. Kalo memang sudah diucapkan, usahakan pemenuhannya. Bila gak sanggup, jangan lupa untuk minta maaf dan ngasih tahu. Dan minta keringanan. Tapi ingat, benar2 untuk minta keringanan. Dan bukan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab. Insya Allah kita menjadi orang yang dipercaya. Al Amin. Dan selanjutnya, Allah yang akan membantu membesarkan bisnis kita. Dan siapa sih, yang bantuannya lebih hebat dari Allah ?


Gambar diambil dari sini

4 comments:

Anonymous said...

he..he...
aku juga heran mbak kalo ketemu orang yang dengan mudah mengingkari kesepakatan seperti itu ...
Bukannya dengan seperti itu dia sendiri sudah merusak citra dirinya dan menutup jalan utk dia sendiri toh ?

Tutut Ve Ha said...

Yup, tepat sekali. Dan semoga kita tidak termasuk yang seperti itu. Dan semoga semua yang membaca ini juga tergerak hatinya untuk bisa memegang apa yang sudah diucapkan. Amien.

Unknown said...

sebelum nikah suamiku punya simpanan perhiasan emas.ketika dia mau bekerja di luar negeri dia menitipkan kepada org tuanya.suatu saat sepupu org tuanya datang ingin meminjam perhiasan emas untuk dipakai disuatu acara,krn mertua org baik dan tidak pelit maka dipinjamkan.namun sampai skrg keberadaan pasangan suami istri dan perhiasan emas milik suamiku tidak diketahui.adik iparku juga punya pengalaman dengan kepercayaan.ketika abangnya masih sulit ekonominya meminjam duitnya dan berjanji akan dikembalikan secara cicilan.karena ama saudara kandung sendiri tidak ada perjanjian tertulis.awalnya cicilan lancar namun lama2 tidak ada kelanjutan.mau nagih takut ama abangnya.sampai skrg abangnya udah lupa kalau dia masih ada utang padahal dia udah sukses secara materi.apakah adik iparku berdosa telah membiarkan abangnya mempunyai utang?wallahu alam

Tutut Ve Ha said...

@Diestya : pilihannya ada 2, mengikhlaskan, atau ditagih. Kalau diikhlaskan, ya sudah. Selesai dunia akherat. Kalau gak ikhlas, ya tetep ditagih. Sebisa mungkin jangan gak ikhlas, dan gak ditagih. Kasihan yang punya tanggungan, meskipun mungkin sudah lupa. Biasanya kalo aku, tak coba mengingatkan dulu, karena khan untuk edukasi juga. Tapi kalo sekian kali gak mempan, ya sudah, diikhlaskan aja.