Wednesday, August 26, 2009

Management SDM

Ada beberapa keuntungan dengan menjadi ampibi, dan belum full TDA. Salah satunya, kita jadi berperan sebagai manager (owner) di usaha, dan juga berperan sebagai karyawan di TDB. Jadi kita merasakan dua duanya. Dan jadi saling memperbaiki.

Beberapa kali terjadi, dengan case yang terjadi di kantor dan aku berperan as bawahan di kantor, membuat aku tahu apa dan bagaimana sebaiknya aku bersikap ke para karyawanku. Begitu juga sebaliknya. Pas di usaha dan menemukan karyawan yang 'nggak banget', membuat aku juga tahu, gak enak jadi atasan dengan karyawan yang seperti itu. As result, aku jadi berusaha untuk gak kayak gitu. Lha wong aku aja merasa 'Hhhh.. ' kok, masak aku melakukan hal yang sama. Kalo aku sama kayak gitu, kebangetan banget khan...

Nha, yang lucu, dalam 2 hari kemaren, sehari aku konseling ke karyawanku, dan hari berikutnya aku dikonseling as karyawan di kantor. Hehehe... jadi berasa lucu. Dan berasa banget tuch, jadinya, oh... gini ya, rasanya jadi karyawanku kemaren. Hehehe...

Critanya gini, ada satu karyawan yang aku udah kenal dia jauh sebelum dia jadi karyawanku. Malah kenalnya sejak aku pindah dari Semarang ke Depok. Jadi karyawankunya udah hampir satu setengah tahun. Selama ini no problem. Dia memang capable. Aku jadi jauh lebih ringan setelah punya karyawan dia. Dan memang dia udah punya pengalaman jaga toko busana muslim.

Trus suatu saat, gak sengaja, aku ngobrol sama partnernya, yang baru kerja di aku sekitar 4 bulan. Partnernya ini keceplos kalo temennya galak, ketus, jutex, nggak mau ngajarin, dst. Walah... Aku binun. Trus reminding dech, kayaknya memang pernah beberapa kali aku nemuin dia jutex sama dua temennya yang berbeda.

Mulai dech search, keliling ke orang2 yang berhubungan sama dia. Dan ternyata hampir semuanya ngomong hal yang sama. Waduh.... Ya udah, tak janjikan ke mereka, aku bakalan ngajak ngobrol dia, tapi ntar setelah lebaran. Khawatir di kondisi peak seasson Ramadhan suasana jadi gak enak kalo ngomongnya sekarang.

Tapi ternyata, dasar aja aku susah nyembunyiin mimik muka. Kata temen2, memang apapun yang ada di hatiku, gampang ditebak dari ekspresiku. Gak bisa ngebohongin lah, pokoknya. Jadi aja, tiap ketemu sama dia, aku jadi manyun. Jadi gak bebas kayak biasanya. Jadi gak nyaman.

Besoknya aku langsung ngerasa gak enak. Gak nyaman ah, kalo kayak gini. Pasti dia juga bakalan ngerasa something wrong. Dan kalo gak tak ajak ngomong, dia malah bisa nebak kemana2. Bisa tambah runyam. Mendingan terbuka aja. Open management. Trus cari solusi bersama. Jadi akhirnya aku minta dia datang lebih pagi buat ngobrol.

Malemnya muncul skenario di kelapaku. Jadi inget assessment di kantor, yang modelnya memerankan hal yang sama, jadi jutex, gak mau ngajarin. Case di assessment, karena dia overload kerjaan. Dan memang itu case yang paling mudah ditebak, hehehe. Jadi kupikir case di karyawanku ini sama, karena dia juga khan yang paling senior. Jadi sangat wajar kalo dia yang paling bisa dan ujung2nya jadi overload kerjaan.

Paginya, setelah ngobrol dan masih belum sepakat dan belum menemukan titik temu, ujug2 dia memunculkan beberapa case. Dan Alhamdulillah... Allah ngasih petunjuk. Cling... terlintas... ini sih melankolis sempurna... Trus aku cocokkan beberapa ciri melankolis sempurna. Kuceritakan beberapa sample contoh kasus sifat itu. Dan ternyata klop.

Walah... pantes aja temen2nya padha tertekan. Dan pantas aja aku jadi merasa sangat terbantu. Cause salah satu ciri melankolis sempurna : meminta yang lain sempurna seperti dia sehingga orang di sekitarnya tertekan, dan dia juga melakukan dengan sempurna, karena itu aku jadi berasa sangat terbantu.

Jadi mulai dech, aku nerangin sifat2 melankolis sempurna, dari referensi buku Personality Plus. Bahwa sifat itu begini dan begitu. Dan bahwa Iva, Widad, dan mbak Tik juga punya sifat yang sama -- gak bisa istirahat kalo masih ada kerjaan. Dan bahwa mbak Tik Alhamdulillah sudah banyak perubahan. Trus tak panggil mbak Tik. Tak minta cerita tentang dulu dan sekarang. Dan lebih nyaman mana.

Trus seperti ke mbak Tik juga, dia tak paksa untuk istirahat, dan merem terhadap apapun yang dilakukan temen2nya. Kalopun toko ujug2 rame pas dia istirahat, biarin aja. Gak usah dipikir. Dan kalo aku sudah bilang ini tugasnya temennya, biarin aja temennya yang ngerjain. Jangan dikerjakan sama dia karena khawatir temennya salah. Pokoke dia merem aja. Meskipun pada kenyataannnya setelah dikerjakan temennya, memang ada kesalahan.

Dan hari itu, untuk pertama kalinya, dia bikin nota yang salah :-)
Dan sorenya mbak Tik cerita, diajak ngobrol banyak sama dia.

Pengennya minjemin buku personality plus ke dia, biar dia bisa lebih jelas dan lebih clear. Cuman buku personality plus ku udah gak ada di rumah. Lagi nyari lagi yg jual bukunya online kok gak ketemu2 ya. Mo beli 2 buku nih...

No comments: