Thursday, December 4, 2008

Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu....

Titipan postingan dari suami....

= = = = = =


Alhamdulillah, tadi pagi bisa ngumpul dan menghafal Al Qur’an lagi bersama anak-anak. Kebetulan membaca dan mencoba menghafal potongan ayat surat Al Mumtahanah, tepatnya ayat ke-3 dari surat ke-60, yang artinya kurang lebih “Tiada bermanfaat orang yang dekat (disayangi) dan tidak juga anak-anakmu pada hari kiamat. Dia akan memisahkan di antara kamu. Dan Alloh Maha melihat apa yang kamu kerjakan“.

Karena momennya lagi ngumpul sehabis sholat shubuh, suasananya tentu guyup, hangat, dan serasa ingin kumpul dan bareng terus dengan istri dan anak-anak. Maka ketika membaca arti ayat ini sangat kontras dan menjadi bahan pikiran ketika perjalanan menuju kantor.

Sifat alami manusia tentunya selalu ingin berkelompok, ingin berkumpul. Ingin merasakan kehangatan dan kasih sayang keluarga, istri, dan anak-anak. Apalagi mengingat tadi pagi masih bercengkerama dengan anak-anak, cek kemajuan sekolahnya, bacaan dan hafalan qur’annya. Tentunya kemesraan dan kehangatan ini, sejujurnya, ingin dipertahankan bukan hanya sampai tua, tapi juga sampai di hari akhir kelak. Amien.

Pikiran lalu melayang mengingat ibu di Semarang. Betapa beliau sangat perhatian dan sayang sama anaknya. Walaupun anaknya ini sudah sangat gedhe, dan sudah punya anak. Empat malah. Beliau masih ingat kalau anaknya pulang, dibuatkan makanan kesukaan : ayam / bandeng presto buatan sendiri + sambelnya (hmm… yummy…). Kadang-kadang juga tempat pinjem duit kalau lagi butuh (he he he). Jadi berharap juga ingin kumpul bareng ibu di akherat kelak. Berbagi kasih sayang dengan beliau dan berkumpul dalam keadaan bahagia di yaumul akhir. Amien.

Sekarang pun bersama istri, yang perhatian dan sayang sama suaminya. Teman diskusi dan berbagi dikala susah, apalagi saat suka dan bahagia. Melihat wajahnya di saat tersenyum, kadang timbul tanda tanya : masihkah di akherat kelak kita bisa berkumpul bersama ? Harapannya, istri tercinta menjadi ratu sejagad di rumah yang ditempati di hari akhir kelak. Demikian juga dengan anak-anak. Mengingat tangis dan tawanya, kadang-kadang kita jengkel dan marah. Tapi sesungguhnya, semuanya memberi kita kesempatan untuk menjadi “the real parent”. Ah, betapa bersyukurnya atas kehidupan ini jika kita senantiasa bahagia dan bisa bersama terus.

Ketika kita mencoba mengartikan potongan ayat di atas secara awam, tentunya kita tidak akan berburuk sangka bahwa Alloh begitu tega memisahkan hamba-Nya dari orang terdekat dan keluarganya. Ini adalah pesan-Nya, yang dengan kasih sayang-Nya senantiasa mengingatkan agar setiap individu memperbaiki dirinya. Hingga mereka dapat mencapai kualitas yang patut disebut baik, dan patut mendapatkan limpahan rahmat-Nya berupa surga. Sesungguhnya Alloh mengingatkan agar setiap individu mewaspadai seluruh aktifitas ketika dalam kesendirian, karena nantinya semua amal perbuatan akan dipertanggung-jawabkan secara pribadi. “Sesungguhnya setiap diri akan dimintai pertanggung jawaban” (QS Al Mudatsir : 38). Dihadapan Alloh, akan dibentangkan seluruh amalan kita, baik yang buruk maupun yang baik. Alloh maha mengetahui dan melihat semua amalan yang dilakukan hambanya.

Alloh sangat tahu bahwa banyak faktor internal maupun eksternal, dengan daya tarik manis yang negatif, yang akan mempengaruhi kita. Biasanya di hadapan keluarga, istri dan anak-anak, kita tampil sebagai orang baik-baik. Sebagai anak yang berbakti, suami yang bertanggung jawab, dan sebagai ayah yang berdedikasi. Tetapi di luar pengetahuan mereka, mungkin dan sering kali kita mengingkari perintah Alloh, dan sering mendekati atau bahkan melakukan larangan-Nya. Naudzubillahi min dzalik. Bentuk pengingkaran ini banyak macamnya. Hati kecil setiap insan lah yang paling mengetahui tentang hal tersebut. Bagaimana tidak ? uang ada, waktu bisa dicari, dan kesempatan bisa dibuat.

Begitu banyaknya gesekan saat mencari penghidupan di dunia ini, membuat standard ideal hidup sesuai prinsip agama jadi jauh bergeser. Banyak pertanyaan sehingga kita ragu untuk menjawabnya : Sudahkah harta yang dicari merupakan harta yang halal ? Sudahkah proses mencarinya halal ? Sudahkah digunakan di jalan yang halal ? Intinya adalah, di zaman sekarang banyak sekali jalan yang dapat menjerumuskan manusia di dalam liang kehinaan dan kemaksiatan.

Kembali ke permasalahan awal, sudah tegakah kita berpisah dengan orang-orang tercinta di hari akhir ? Dengan orang tua, istri, anak-anak, dan karib kerabat ? Cobalah pandang wajah-wajah mereka ketika sedang berbicara dengannya. Rasakanlah dan renungkanlah kembali, bagaimana rasanya berpisah dengan semua yang dicintai. Katakanlah bukan kasus yang terburuk, dimana seluruh keluarga dikembalikan ke seburuk-buruknya tempat (baca : neraka, na’udzubillah min dzalika). Namun ada salah satu, atau sebagian dari mereka yang kembali kesana.

Misalkan saja, kita sebagai orang tua berada di tempat yang terbaik, karena mungkin ada salah satu amalan yang membuat Alloh ridho dengannya. Kemudian salah satu dari anak-anak, karena kekhilafannya atau karena lupa mengingatkannya, sehingga dia tergelincir ke jalan keburukan. Atau mungkin orang tua kita, yang belum sempat belajar ibadah dengan baik, karena sibuk menghidupi dan mengurusi anak-anaknya. Sehingga mereka menerima buku amalan dengan tangan kiri. Tegakah kita ?

Kuncinya adalah perbaikan semua individu keluarga, dimulai dari pribadi masing-masing. Karena Alloh sudah mengingatkan dalam kitab-Nya yang sempurna “Jagalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka, didalamnya ada penjaga / malaikat yang keras hukumnya. Para malaikat itu tidak pernah membangkang dan selalu melakukan apa yang diperintahkan Alloh padanya” (QS Attahrim : 6).

Dengan perbaikan kita selaku individu sekaligus pemimpin, akan mendorong perbaikan di seluruh keluarga. Bahkan manusia mulia sekelas Nabi Ibrahim, meminta dan berdoa kepada-Nya untuk kebaikan diri beliau dan semua keluarga dan keturunannya : “Ya Rabbku, jadikanlah kami orang-orang yang menegakkan sholat, dan juga anak keturunanku. Ya Rabbku kabulkanlah doa kami” (QS Ibrahim : 40). Insya Alloh, kalau masing-masing pribadi komitmen untuk senantiasa meningkatkan kualitas pribadi, maka harapan kita berkumpul bersama orang-orang tercinta bisa diwujudkan. Fastabiqul Khoirot.

Wallhua’alam bisshowab (Khoiru).

No comments: