Wednesday, August 29, 2007

Siklus Omset

Omset di toko Anugerah, sepertinya punya siklus tersendiri. Kalau yang pernah aku amatin untuk siklus omset pekanan, pekan pertama itu cukup besar. Kalau range A sampai D, pekan pertama tiap bulan dapat nilai A. Pekan kedua dapat nilai B. Pekan ketiga dapat nilai C. Nah, pekan keempat balik lagi, dapat nilai A lagi. Ini siklus omset Anugerah Collection yang hampir berulang setiap bulan.

Nha, nilai D diperoleh pas pekan pekan pertama setelah lebaran. Maklum... khan beberapa hari libur, hehehe. Itu yang aku sudah amati untuk omset pekanan.

Pekan ini, baru terpikir untuk ngamatin siklus omset bulanan nya. Pemicunya, ada peningkatan omset yang signifikan di bulan Juni dan Juli. Kebetulan pada awal Juni, Anugerah memang melakukan renovasi pada interior toko. Maksudnya nambah lampu gitu lho. Gak tahu memang karena itu atau tidak, yang jelas bulan Juni dan Juli omset naik hampir 2x.

Trigger kedua, karena di awal Agustus, omset turun drastis. Dibilang turun kalau dibandingkan dengan peningkatan omset di bulan Juni dan Juli. Jadi sebenarnya kalo dibandingkan dengan bulan Mei, omset normal sich. Problemnya karena omset bulan Juni dan Juli khan naik 2x. Jadi standard omset harusnya udah yang naik 2x itu. Tapi ternyata awal bulan Agustus omsetnya mirip dengan Mei. Udah ketar ketir dech. Pertanyaan 'kenapa' padha bermunculan di kepala.

Trigger ketiga, karena ternyata di pekan ke-3 Agustus, omset normal lagi seperti kenaikan yang dialami di bulan Juni dan Juli. Jadi pertanyaan yang tersisa bertambah banyak. Walopun udah rada santai untuk mikirinnya. Tidak setegang saat awal Agustus kemaren.

Jadi terpikir. Pengennya kita udah tahu siklusnya gitu lho. Jadi misalnya nich, sudah biasa kalo Juni dan Juli itu omset 2x. Jadi pas tahun depan, kalo Juni dan Juli naik, kita udah biasa, dan udah siap tentunya. Nha, kalo memang siklusnya awal Agustus itu cuman x, kita juga gak terlalu kepikiran. Karena khan memang biasa, sudah siklusnya untuk turun. Jadi gak hanya siklus menjelang lebaran aja yang tertangkap. Hmm... means ada PR lagi yang harus dikerjakan nih...

Psst... penurunan di awal Agustus juga terjadi di beberapa toko fashion rekan TDA. Dan Alhamdulillah, saat Anugerah mulai mengalami kenaikan lagi, sepertinya toko mereka juga sama. Ini hasil pengamatan setelah visit bebebapa blog rekan TDA.

Monday, August 20, 2007

Foto Anugerah Collection



Akhirnya setelah tertunda sekian kali, saya upload juga foto toko pertama kami di ITC Depok.
Ada 2 rencana perbaikan yang belum dilakukan. Yang pertama, mengganti papan nama dengan sign board yang pakai lampu, sehingga toko bisa lebih terang. Rencananya ini akan dilakukan insya Allah setelah lebaran tahun ini.
Sedangkan perbaikan yang kedua, adalah pemasangan brosur atau apapun untuk mengisi dinding di belakang rak yang terlihat masih polos. Padahal dinding ini terlihat dari tangga karena posisi kios kami yang di hook.
Sayang gambarnya gelap. Sebenarnya kalau terang, terlihat di dalam toko kami sediakan space untuk 2 / 3 kursi sehingga bapak / ibu yang mengantar dapat nyaman menunggui putrinya memilih baju yang cocok.
Toko kami juga kami penuhi dengan rak, untuk meningkatkan kapasitas baju yang dapat disimpan di toko. Harapannya, dengan banyaknya stock dari berbagai range harga, maka pembeli akan banyak pilihan sehingga kemungkinan membeli pun lebih besar.
Hmm... apa lagi ya... Segitu dulu aja dech. Kalo ada foto baru lagi insya Allah kita upload.


Ini dia yang keempat


Ini dia yang keempat, sampai saat ini masih menjadi yang bontot. Panggilannya Widad. Sekarang hampir 10 bulan. Udah pinter merangkak dan titah. Udah gak mau bubur. Pengennya makan nasi, sama ma kakak kakaknya. Padahal giginya belum padha tumbuh, hehehe...

Standarisasi

Tadinya kukira standarisasi hanya urusan perusahaan besar. Ternyata dalam usaha retail busana, standarisasi ini juga penting banget. Pegang peranan kunci.

Ada satu vendor saya, yang memang penjahit amatiran. Saya sering mengambil rok dewasa dari penjahit ini.

Pada awal pengambilan, saya suka heran. Kenapa sich, ukurannya sering aneh aneh. Kayak anak tangga. Misalnya saja, panjang rok itu bisa saja 70, 71, 72, 73, dst. Selisih nya bisa cuman 1 cm. Terus kadang muncuk rok yang super panjang. Atau malah super pendek.

Pas kita tanyain ke produsennya, jawaban yang kudapat, "karena menyesuaikan bahan yang ada. Kalo bahannya masih panjang, sayang khan kalo dipotong. Sebaliknya kalau bahan tinggal dikit, ya jadinya dikecilin." Gubrak !!

Katanya juga, gak papa. Khan tinggi orang juga beda beda. Hehehe. Alasannya ok sich. Cuman... kebayang gak. Kalo misalnya di toko lagi ada yang minat rok tsb. Terus ukurannya terlalu besar. Nah, gimana caranya Iis nyariin satu rok yang lebih kecil, dan ukurannya pas dengan yang dateng. Kebayang gak ? Iis musti mbukain rok itu satu persatu, dan membandingkan panjangnya dengan yang lama. Teruuus aja sampai ketemu dengan rok yang panjangnya sesuai dengan yang beli. Ya kalau roknya cuman 5. Kalau roknya ada 30, terus musti bukain satu satu dan ngebandingin, kebayang gak ? Wah, bisa bisa pembeli berikutnya gak sempet dilayani dech... :-)

Jadinya kusarankan ke penjahit tsb, untuk standarisasi ukuran. Jadi bikin aja standard. Kalo S, berarti panjangnya sekian. Kalo M sekian. L sekian. Nha, kalo ada yang lebih kecil, kasih SS. Kalo lebih besar, pasang LL atau XL.

Jadi kalo di toko ada yang minat, Iis tinggal lihat ukurannya. Kalo SS masih terlalu besar, ya udah, tinggal bilang ke calon pembeli : maap, ini yang paling kecil. Jadinya dia gak perlu mbukain semua rok untuk nyari panjang yang sesuai. Irit tenaga dan waktu. Dan toko juga jadi gak berantakan, penuh dengan tumpukan baju yang belum dilipet gara gara nyari ukuran rok, hehehe. Alhamdulillah, sekarang hal ini sudah diterapkan.

Ada lagi yang kayaknya sering gak standard juga di produsen, terutama produsen yang masih home industri. Yaitu harga. Dari sisi penjualan retail (tepatnya dari sisi saya, hehehe) , pinginnya standard harga jelas. Misalnya rok ukuran s harga sekian. M harga sekian, dst. Atau ukuran s bahan jeans harga sekian. Bahan katun harga sekian, dst. Atau bordir harga x, sablon harga sekian. Jadinya enak yang ngejual. Gak khawatir salah harga, karena human error udah diminimalisasi.

Saya sempat menemui beberapa yang menentukan harga berdasarkan harga bahan yang diperoleh. Gak salah sich. Cuman jadinya kita yang ngejual susah. Kemarennya rok harga belinya 40.000. Sekarang 45.000 karena gak ada lagi kain kiloan, adanya yang meteran. Besoknya lagi jadi 35.000, karena belinya gulungan. Dst. Wah, blaik kalo kayak gini. Pengennya sich berapa harga bahan tuch kita merem aja. Yang dipake sistem subsidi silang. Pas yang dapet murah, mensubsidi yang dapet bagus. Jadi harganya yang muncul untuk kita beli tetep gitu lho...

Nha, sample untuk case kedua ini adalah sik clothing. Sungguh, SIK Clothing produk yang bagus. Bahan bagus. Model bagus. Warna bagus. Range harga juga bagus. Cuman pas aku lihat harganya, aduh... gimana caranya mengingat ingat yang mana yang 45.000 nih ? Betul betul gak ada key yang merelasikan satu satu antara harga dengan produk. Solusi sementara ini sich kita tempelin label harga. Tapi ini berarti struk pembelian kita ke SIK Clothing dan katalognya gak boleh ilang. Karena kalo ilang, tamat dech. Kita gak tahu lagi mana yang harganya sekian. Atau aku aja yang gak nemu relasi uniknya ya ?

Kalo ada yang tahu sebenarnya penentuan harga di SIK CLothing berdasarkan apa, please kasih tahu kita ya. Atau kalau ternyata harga itu memang gak standard -- harga ditentukan per produk yang muncul, please, kalo ada yang deket sama SIK Clothing, tolong disampaikan masukan ini ya. Supaya ada range harga yang jelas gitu lho...

-- yang lagi pusing karena nemu produk yang gak standard lagi...

Thursday, August 16, 2007

Bulan Training

Hmm... hari ini sudah hari ke-3 bulan Syaban. Allahumma bariklana fii syaban wa balighna Ramadhan. Ya Allah, berkahilan kami di bulan Syaban, dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan.

Rajab dan Syaban. Bulan pembersihan. Bulan training. Bulan pelatihan sebelum menghadapi test yang sesungguhnya, bulan Ramadhan.

Pada bulan Rajab dan Syaban, begitu banyak ujian yang datang. Semua untuk membersihkan diri kita. Untuk meningkatkan kualitas diri dan hati. Untuk menentukan di kelas berapa kita saat Ramadhan. Di tingkatan mana ketaatan kita berada. Dan seberapa banyak hidayah yang dapat kita terima.

Di bulan Rajab dan Syaban, ujian yang datang ke tiap orang berbeda beda. Tergantung dimana kelemahan kita saat itu. Tergantung dimana kekurangan ketaatan kita. Tergantung di sebelah mana ruh kita harus dibenahi. Tergantung dimana Allah akan meningkatkan ilmu dan iman kita. Dan Allah Maha Tahu. Maha Tahu iman bagian mana yang seharusnya kita tingkatkan pada tahun ini. Maha Tahu ilmu ketakwaan mana yang harus kita pelajari tahun ini. Maha Tahu baru sampai sebatas mana kita bisa menerima pelajaran yang diberikan.

Untuk lulus dan tidaknya, sangat tergantung dengan usaha kita. Bukan, bukan Allah nggak tahu kita akan lulus atau tidak. Tapi penentuan dari Allah tentang kelulusan kita sangat tergantung dari apa yang kita lakukan. Atau lebih tepatnya, tergantung apa yang Allah lihat telah kita usahakan. Bukan berarti Allah tidak melihat apa yang kita lakukan. Tapi kita sendirilah yang kadang melihat hanya sebagian dari yang kita lakukan. Banyak faktor X dari yang kita lakukan tidak terlihat, tidak terasa oleh hati kita sendiri. Karena hati kita terlalu buram untuk bercermin. Karena hati kita telah terlalu penuh dengan noda. Dan Allah yang Maha Tahu. Dan Allah yang Maha Adil.

Ujungnya, mari kita cermati apa yang terjadi pada kita detik demi detik, menit demi menit, terutama di bulan ini. Isi dengan yang terbaik yang bisa kita lakukan. Pada bulan inilah kita berlatih. Berusaha terus menerus supaya terlatih. Supaya terbiasa. Agar di bulan Ramadhan, kita sudah terbiasa. Dan bukan berlatih lagi.

Allahumma bariklana fii Syaban wa balighna Ramadhan
Allahumma bariklana fii Syaban wa balighna Ramadhan
Allahumma bariklana fii Syaban wa balighna Ramadhan
Laa ilaha illa Anta, subhanaKa inni kuntu minal dholimin

Pareto

Pareto itu prinsip 20/80. 20% memory kita menyumbang untuk penentuan 80% keputusan. 80% dari laba disumbang oleh 20% produk. 80% pembelian disumbang oleh 20% customer loyal. dst dst.

Dulu, pertama kali tahu prinsip pareto, aku langsung ngamati apa yang terjadi pada bisnisku. Produk apa saja yang menyumbang 80%. Siklus mana saja yang menyumbang 80%. Dan terus melakukan perombakan agar lebih fokus pada yang 80% ini.

Sekarang, produk yang menyumbang 80% laba itu sudah jadi produk utama. Terus ditambah lagi dengan beberapa produk lain yang penjualannya setara, hampir sama dengan produk awal yang menyumbang laba 80%.

Aku amati, penjualan produk di toko setara. Sepertinya masing masing punya segmen dan penggemar sendiri sendiri. Yang sederhana, harga so so, jalan. Yang harga so so juga, tapi rame, juga jalan. Yang mahal, bordir bagus, jalan. Yang mahal, bordir biasa tapi bahan bagus, juga jalan. Dan penjualannya juga rata rata. Hampir sama, kurang lebih. Kalo ada yang penjualannya menurun, biasanya karena stock yang lagi kurang.

So, setelah dulu ngikutin pareto untuk fokus ke produk yang menyumbang 80%. Sekarang kok kayaknya yang 20% jadi gak ada ya ? Maksudnya ya semua laba disumbangkan dengan rata oleh semua produk. Jadi muncul tanda tanya nich. Sebenarnya pareto memang berjalan continued, atau pareto itu ada kalau kita belum menganalisanya di awal ya ? Any comment ?

Wednesday, August 15, 2007

Outbond di Megamendung

Kali ini mo cerita outbond anakku di Megamendung, Puncak.



1. Ini Iv yang lagi dipasang sabuk pengaman. Di belakang, antusias ngamatin kakaknya, berjilbab merah, itu Mut.
2. Iv lagi naik tangga, mo ikut outbond yang pertama.
3. Nah, ini dia, Iv in action. Lihat, jarak antar tali nya sudah maximal dengan jangkauan tangan dia lurus ke atas.
* * *
4-6. Sekarang gantian Al yang in action.
* * *


7-10. Dilanjutkan dengan Iv yang lagi jadi laba laba. Dan Al juga meneruskan jadi laba laba.
* * *



11-12. Terakhir mereka ikut Flying Fox.

Tiga dari yang Empat

Ini dia foto 3 malaikat kecilku. Eh, malaikat besarku -- karena malaikat yang paling kecil fotonya masih nangkring di kamera, belum dipindahin ke kompie. Udah lama sich motretnya, mungkin sekitar setahun yang lalu. Tapi gak papalah, soalnya aku seneng sama foto ini. Foto ini juga yang tak jadikan wallpaper di kompie kantor.

Paling kanan dan paling gede, itu dia yang namanya Al. Sayang sama adek. Pinter momong. Suka bantuin ortu. Suka baca. Sekarang kelas 4 SD. Buku semacem Lima Sekawan, Si kembar, novel semua umur, banyak yang sudah dilalapnya. Sampai ortunya juga kebingungan beliin buku. Soalnya buku untuk Al udah model yang tebel. Sementara buku yang tebel tapi pas untuk usianya khan nyarinya susyah. Jadinya, kalo beliin buku buat Al, kita kudu ikutan baca dulu. Nyortir dulu, gitu lah. Eee... kadang malah kebablasan. Abinya tuch kalo baca bukunya Al, ada yang sampai diulang ulang beberapa kali. Soalnya emang bagus sich. Salah satunya yang berjudul "Belajar Menaklukkan Naga". Asli, lucu... banget.

Nha, kalo yang paling kiri, namanya Iv. Centil. Berani. Pinter mijit. Suaranya beroktan tinggi. Seneng ngomong. Kalo diajak ke Giant, mulai masuk Giant sampai keluar lagi, bisa sama sekali gak brenti bicara. Kita juga sampai heran, kok gak habis bahan untuk dibicarain ya, hehehe.... Kreatif, bisa ngejadiin benda apa aja jadi mainan. Pernah dibeliin mainan yang apa tuch... yang dari German, yang bentuknya kartu kartu buat belajar baca. Eee... sama Iv dijadiin uang uangan. Dan sama sekali gak pernah dipake untuk belajar baca. Sekarang kelas 2 SD. Kompak banget sama kakaknya. Dan memang jadinya saling mengisi. Pas kecil, Al gak bisa diajak imajinasi. Maunya yang logic terus. Mainan favoritnya adalah puzzle. Kalo Iv, kebalikannya. Penuh imajinasi. Semua benda jadi mainan. Sampai pensil pun bisa jadi barbie. Nah, setelah mereka agak besar, mulai terlihat saling melengkapinya. Sekarang Al sudah seneng berimajinasi, dan Iv juga sudah seneng baca dan seneng urusan yang pake logika.

Yang di tengah, itulah Mut. Gak tahu gimana, dia menggabungkan sifat utama Al dan Iv. Sayang sama adek, pinter momong, jago makan, sama persis dengan Al. Nah, kalo centil, suaranya oktan tinggi, seneng berdandan, berani, pinter mijit, gak diragukan sama persis dengan Iv. Baru berapa pekan ini masuk ke PG. Hari hari pertama masih diawali dengan nangis. Sekarang udah rajin sekolah tanpa disuruh. Sayangnya belum mau make seragam. Jago ngomongnya juga sama dengan Iv. Udah pinter nasehatin kakak dan mbaknya. Kalo nasehatin kakaknya suruh sholat, wah... lancar banget. Tapi kalo terus kita tanya, Kak Mut kok gak sholat. Dia langsung jawab, khan aku masih kecil... hehehe...

Monday, August 13, 2007

Kreatifnya Al sama Iv

Hari Jumat kemaren, alhamdulillah, training yang kuikuti bisa selesai lebih cepat. Efek menyenangkannya, jadi bisa lebih cepat sampai di rumah. Bisa lihat matahari dari rumah pada hari kerja. Hmmm.... nikmatnya...

Nah, sore itu, Al sama Iv udah ribut pengen beli makanan di warung sebelah. Kubilang sama mereka, kita khan barusan beli rumah. Nah... ummi sama abi tuch lagi krisis ekonomi. Jadi sementara gak jajan jajan dulu ya. Insya Allah sampai lebaran aja dech. Semoga setelah lebaran normal lagi. Eee... terus Iv bilang, "Ooo... ummi lagi tanggal tua ya..." Hehehe...

Terus mereka minta ijin beli biskuat pake uang sendiri. Kubilang, silahkan kalo pake uang jajan mereka. Terus ditambah embel embel, uangnya jangan dipake buat jajan terus ya. Ditabung juga donk...

Udah mo maghrib, mereka ijin lagi, pengen beli susu indomilk kental manis. Tapi kali ini ijin pake uang ummi. Katanya pengen bikin bola bola coklat. Setelah itu kulihat bahan bahan buat bikin bola bola coklat sudah dikumpulin di satu piring. Iv udah sibuk ngancurin biskuat yang masih di bungkusnya. Karena udah mo maghrib -- juga karena khawatir mereka terlalu capek, jadi bikin bola bola coklatnya gak kita bolehin.

Besoknya, pagi kita jalan jalan sekitar rumah. Biasa, buat olah raga sekalian biar deket sama anak anak. Terus jam 9-an ke rumah adekku yang baru pindah ke kota kembang (Wuah... puanas tenan...). Pulang jam 1 -an. Lunch, sholat, terus aku langsung berangkat ngaji. Pulang ngaji, abinya anak anak masih tidur, kecapekan. Mut juga tidur. Al sama Iv ternyata lagi sibuk bikin bola bola coklat. Excited juga aku. Ternyata mereka bisa bikin bola bola coklat sendiri, tanpa bantuan orang dewasa. Dan lebih excited lagi, area yang dipake buat mereka bikin, gak berantakan. Gak berceceran rempah rempah biskuit.

Begitu aku dateng, belum sampai nyetandartin motor, Iv sudah dateng bawa bola bola coklatnya dan bilang, " Coba dech Mi, enak gak...". Kucoba satu, hmm... enak lho... Kekurangannya cuman satu, kelembekan dikit. Tapi rasanya udah uenak lho... Hebat juga anak2 ku, hehehe...

Dari sekian bola bola coklat yang udah dibikin, terus mereka bagi bagi. Ini sekian buat kak Al. Sekian buat kak Iv. Sekian buat dek Mut, buat ummi, sama buat abi.

Hari ahadnya, Mut lagi pengen camilan. Dia buka kulkas. Terus nemu bola bola coklat itu. Eee... dia ngambil cukup banyak. Pas abinya tahu ada bola bola coklat, malah mo diabisin semua. Untung aku sempet liat, kubilang, "bi, tanya dulu ke anak2, mereka yang bikin lho. Terus udah ada peruntukannya. Sekian buat abi. Tanya aja dulu, sisa 2 biji itu yang punya siapa." Ternyata jawaban Al sama Iv memang punya abi. Jadi dech, bola bolanya disikat habis sama abi.

Sorenya, aku udah heran lagi. Ngapain nich, Al sama Iv berdua anteng bener di kamar. Sibuk gitu. Teru bolak balik nanya. Lem dimana mi ? Boleh beli benang kasur gak mi ? dst. Pas kutanya, katanya mereka lagi bikin hiasan untuk rumah dalam rangka 17-an.

Al sama Iv urunan uang jajannya untuk beli kertas lipat. Terus kertas lipat yang merah dilipet lipet. Digabung dengan kertas lipet yang hitam, tapi dibalik, khan jadi putih tuch. Nah, jadilah hiasan merah putih. Sayangnya di warung sebelah gak jual benang kasur, jadinya hiasan mereka belum bisa digantung di rumah.

Sorenya, aku ngobrol sama abi. Kuceritakan tentang Al sama Iv yang Alhamdulillah, kreatif sekali. Sabtunya mereka bikin bola bola coklat, ahad bikin hiasan 17-an. Murni inisiatif mereka sendiri, dan murni hasil karya mereka sendiri, tanpa campur tangan orang dewasa. Bahkan uang yang digunakan juga urunan dari uang jajan mereka.

Kubilang, mungkin karena kita di rumah gak ada TV ya. Jadi mereka kreatif bikin kegiatan untuk ngisi waktu. Coba kalo ada TV, nonton TV aja terusssssssss........
Sejak menikah, kami memang gak pernah punya televisi. Sama sekali gak pernah kalo 'punya televisi' diartikan dengan pernah membeli televisi. Tapi kalo 'gak punya televisi' diartikan gak ada TV di rumah, ya... pernah juga sich. Waktu itu selama beberapa pekan, TV sempat ngendon di rumah. Soale dipaksa sama ibu mertua untuk nerima TV nya yang lama. Alhamdulillah, TV nya rusak gak lama setelah berada di rumah kami. Dan sejak itu, sampai sekarang, di rumah kami tidak ada TV (lagi).

Wednesday, August 1, 2007

My Beloved Husband

Kali ini aku ingin cerita tentang suamiku, mas Hen. Gak tahu kenapa, tahu tahu aja habis sholat ashar pengen nulis dengan topik itu.

10,5 tahun yang lalu, di awal pernikahan kami, boanyak sekali yang mengomentari tentang saya dan suami. Yang gak klop lah. Yang nikahnya nekat lah. Yang gak akan cocok lah. Yang gak sesuai lah. Dst. Bahkan komentar komentar itu juga muncul dari orang orang terdekat kami -- baik dari sisi saya maupun dari sisi suami. Alhamdulillah, kami cukup cuek untuk mengabaikan semua komentar. Pedoman kami cuman satu, kami menikah karena Allah. Dan karena Allah yang mempertemukan kami, maka kami yakin, Allah juga yang akan memberikan jalan untuk kami, insya Allah. Amien.

Dan setelah sholat tadi, aku cukup bersyukur, bahkan sangat bersyukur dikasih Allah suami beliau.

Kalo pas aku sakit, berasa mual, pusing, puyeng, nyut nyut, panas dingin, mas Hen dengan suka rela nawarin mijit. Suakit sich, mijitnya. Tapi alhamdulillah, setelah itu biasanya cepet sembuh. Jadi sangat membantu buat aku. Apalagi aku khan memang rada anti sama obat. Males gitu lho. Kayak dipaksa sembuh, tapi sebenernya badan masih pengen istirahat. Jadi dipijit ini sangat aku preciate. Tapi repotnya, karena biasa dipijitin suami dengan kuat, jadinya mbah mbah pijit lewat dech. Jadi gak brasa lagi gitu lho....

Terus kalo tahu aku lagi sibuk, biasanya suami otomatis turun tangan. Kayak kalo lagi gak ada servant tuch, suami biasa bantuin cuci piring kek, operating mesin cuci kek, atau bantuin nyuapin anak anak. Kalo kita lagi jalan, mas Hen juga santai aja gendong babyku. Jadi lumayan, urusan tetek bengek rumah tangga gak tumplek bleg ke aku. Yang suami anti dalam urusan rumah tangga cuman satu, kalo babyku BAB. Nha... baru dech mas Hen njerit... bener bener gak mau bantuin.

Kalo urusan masak, mas Hen malah lebih jago dari aku. Dan ternyata kemampuan ini nurun ke Al. Ini diakui lah, baik oleh mas Hen sendiri, oleh aku, ataupun oleh anak anak. Jadi mas Hen gak bakalan maksa nyuruh aku masak. Lha wong kalo aku yang masak, mereka mau makan tuch udah bagus. Tapi kalo mas Hen yang masak, wah... udah ngantri tuch. Pas masih di dapur aja anak anak udah padha ribut nungguin hasilnya. Susahnya, selain hobby masak yang diturunkan, mas Hen juga nurunin hobby makannya ke anak anak. Hasilnya, padha gembul dech, anakku. Untungnya setelah masuk SD mereka membatasi sendiri makannya. Tapi sampai sekarang, masih pemandangan yang biasa kalo suami, sama Al, sekarang ditambah Mut, rebutan makanan. Hehehehe....

Terus suamiku juga tahu banget kalo aku pas lagi bete. Biasanya langsung ngambil alih urusan anak anak. Terus juga berusaha ngalihin perhatianku dari urusan yang bikin bete itu. Terus jadi perhatian banget sama urusanku. Dan aku bersyukur banget untuk hal yang satu ini. Gak tahu gimana, krasa aja kalo suami tuch lagi berusaha supaya aku gak bete bete amat. Supaya gak pusing, gak puyeng. Jadinya aku berasa ada temen. Berasa gak sendirian mengarungi 'rimba dunia'. Berasa ada temen buat bersandar, buat berbagi....

Dulu pas sebelum nikah sampai di awal nikah, mas Hen tuch gualak nya bukan main. Ini info pertama yang kudapat tentang suami, hehehe... Tapi kesininya, kondisi sekarang, ternyata suami bisa jauh lebih bersabar dari aku. Kadang berasa lucu dech. Gak tahu gimana, kita marahnya kompak banget. Suami tuch kadang hal hal kecil jadi problem. Tapi sikonnya jarang banget. Jadi kayak pas pengen aja gitu lho. Eh, emang ada ya, sikon pengen bikin problem. Lha gimana, soale di waktu lain, dengan kondisi yang sama, mas Hen bisa santai tuch... Jadi kadang kadang banget aja, tahu tahu anak anak padha kena semprot. Alhamdulillahnya, udah jarang banget, biasanya diingetin sekali aja mas Hen udah stop. Gak marah lagi.

Nha, giliran pas aku lagi kesel, lagi gampang marah, tahu tahu aja suami jadi suabar banget. Yang biasanya aku yang sibuk ngeladenin obrolan anak anak, kalo aku lagi angot gitu, mas Hen bisa aja langsung nggantiin posisiku. Sibuk ngobrol sama anak anak. Ngecek tugas mereka, sholat , makan, etc. Herannya, kadang kadang mas Hen duluan yang angot gitu, tapi begitu aku ikutan panas, e... suami bisa langsung banting stir. Tinggal aku nich, yang masih butuh waktu buat ngilangin angot. Masih harus semedi dulu supaya angotnya hangus, hehehehe....

Hmm... masih boanyak sekali bagian bagian yang membuat aku bersyukur dikasih suami mas Hen, dan sekaligus membuat aku yakin banget, memang mas Hen yang terbaik untuk menjadi suamiku. Lha, gimana enggak, khan Allah yang milihin, dan Allah Maha Tahu khan... Cuman the rest... sayangnya gak bisa disharing euy... khawatir padha ngiri, hehehehehe......

Ditulis di sore hari dengan kepala nyut nyut, makanya jadi inget sama yang jagoan mijit
:-)