Wednesday, June 20, 2007

Belum Rizqi kami

Beberapa waktu terakhir ini kami -- saya dan suami -- punya keinginan untuk mempunyai rumah yang lebih besar. Bukan apa apa, bukannya gaya hidup yang berubah. Tapi lebih ke kebutuhan. Bagaimana tidak. Dulu pas beli rumah yang sekarang, anakku baru 2. Asisten cuman 1. Jadi total penghuni rumah ada 5 orang. Dengan rumah 3 kamar, cukup lapang khan...

Nah, sekarang penghuni rumahku udah 9 orang : 2 orang tua, 4 anak, plus 3 asisten. Belum ditambah 1 asisten yang kadang datang ke rumah urusan toko. Ada 9 Orang, bayangin ! Dengan 3 kamar, dan 2 kamar mandi, rumah terasa sudah penuh sesak.

Kebetulan kita ditawari kredit rumah BNI Syariah yang lagi launching promosi barunya. Psst... tak bocorin ya. Jadi BNI Syariah, untuk yang KPR, bisa sampai 15 tahun. Udah gitu, cicilannya bisa bertahap. Jadi 5 tahun pertama cicilan paling murah, 5 tahun kedua naik lagi, 5 tahun terakhir paling mahal. Tapi semuanya sudah fix di depan. Asyik kan.

Belum semuanya tuch. DP yang disyaratkan, cuman 10 %. Terus sudah kita bandingkan dengan bank syariah lain, untuk nominal pinjaman yang sama, tahun yang sama, BNI Syariah lebih kecil angsurannya. Lumayan khan... Hehehe... kayak marketingnya aja ya...

Terus kita searching cari rumah. Ada yang kita udah cocok banget. Bisa dibuat toko di depannya. Deket sama sekolah anak anak. Deket masjid. Bangunan masih lumayan kuat, jadi renovasinya bisa nunggu dana terkumpul lagi. Bentuk juga lumayan, kayaknya gak butuh perubahan banyak. Pendek kata, tanpa renovasi pun, rumah itu sudah bisa ditempati. Kita malah udah ngebayangin mo pindahan Juli atau Agustus. Terus setting toko sebelum lebaran tahun ini. Pokoke udah cocok banget dech...

Nelponlah kita ke yang punya rumah -- di Bangka. Kebetulan ketemu sama ibunya. Deal. Kesepakatan harga dicapai. Besoknya kita nelpon lagi untuk menindak lanjuti. Udah dikasih norek buat transfer. Udah nanya surat2 rumah. Janjian ke notaris, dst.

Tahu gak. Selang beberapa menit kemudian muncul sms... maaf bu... rumahnya udah kejual sama saudara. Katanya pas aku deal sama ibunya, saudaranya itu deal sama bapaknya. Kutanya, boleh gak aku nanya ke bapaknya. Katanya silahkan.

Kutelpon bapaknya -- di Bangka juga. Kutanya, bagaimana pak. Bukannya 2 hari yang lalu kami sudah deal dengan ibu. Kata bapaknya, soalnya kita belum membicarakan skema pembayaran. Terus yang beli itu saudaranya. Cuman bapak itu juga bilang, kalo pembelinya mo transfer sore hari itu.

Syedih juga sich.... Tapi kesel juga mo apa. Bukankan kita sedih atau bahagia itu pilihan ? Apalagi, kalo dari skema pembayaran, ya memang posisi kita gak kuat. Khan kita mo maju dulu ke bank. Paling cepet 2 mingguan lah. Padahal yang sodara itu sorenya sudah transfer.

Hiks... Gak pa pa. Mungkin rumah itu bukan yang terbaik buat kita. Bukankah Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya ? Hiks... syedih... semoga kami bisa mengambil hikmahnya. Dan semoga kami cukup bersabar untuk menunggu keputusan terbaik, pilihan Allah untuk kami. Amien. Hiks...

No comments: