Wednesday, June 27, 2007

Rendah Hati

Rendah hati dengan rendah diri jelas dua hal yang berbeda, meskipun sama sama menunjukkan mutu dan kualitas seseorang. Yang pertama, jelas muncul dari orang yang bermutu. Karena, bagaimana mau merendahkan hati, kalau posisinya memang sudah rendah. Sedangkan yang kedua, ya muncul dari orang yang memang posisi hatinya (minimal berdasarkan penilaian diri sendiri) rendah.

Nah, saya akan cerita sedikit pengalaman tentang rendah hati. Meskipun juga bukan berarti saya bermutu dan berkualitas. Hanya mungkin sedikit lebih tinggi dari level terendah, sehingga masih bisa merendahkan hati saya untuk menganggap diri ini sejajar dengan yang terendah, supaya bisa mengambil hikmah yang lebih banyak.

Ceritanya, di kantor TDB saya sedang ada masalah yang membutuhkan keahlian khusus. Keahlian ini memang tidak saya miliki, disamping kewenangannya juga gak ada di saya. Saya hanya dapat membaca masalah dan problem yang muncul dari potongan potongan puzle yang ada, dan menggabungkannya menjadi susunan yang agak utuh. Tapi tetap saja, tidak bisa berkata 'ini lho, masalahnya...'

Saya kirimkanlah email pada yang berwenang menanganinya. Gak tahu gimana, komunikasi macet, mbundet, gak menuju solusi. Sampai akhirnya, saya forwardkan juga ke beberapa level manager dan top manager. Masih juga gak terfokus pada solusi. Malah berkesan adu otot, adu kekuatan, adu kepandaian.

Tadinya gondok juga sich. Orang udah jelas, kesalahannya ada di bagian pertama. Mosok malah dibilang di ujung. Tadinya mo dibikin email balasan. Menjelaskan duduk perkara, merumuskan permasalahan. Tapi pikir pikir....

Akhirnya setting email diubah.

Diawali dengan sanjungan pada penerima email. Kepada mereka yang terhormat. Yang sudah lama piawai dalam hal ini. Disambung dengan permintaan maaf karena saya masih awam. Masih buta dalam masalah ini. Masih butuh banyak bimbingan dari para senior. Jadi saya berkonsultasi, nanya masalah ini. dst dst.

Pokoke dalam mindset saya, dianggap gak bisa beneran ya gak papa. Dianggap awam beneran no problem. Yang penting masalah tersolusikan. Toch, kalau dianggap awam juga, nggak rugi khan. Paling merasa nggak 'dianggap' saja. Dan ini salah satu ujian ke-aku-an. Lagian, apa sich aku ini ? Cuman segumpal daging yang tumbuh dari setetes darah yang menjijikkan....
Jadi saya coba saja untuk menekan seluruh perasaan sombong, seluruh perasaan bahwa aku bisa, bahwa aku mampu, bahwa aku tahu, dst. Lha wong pada dasarnya memang gak tahu...

Dan hasilnya... alhamdulillah... Kalimat kalimat di email lebih bersambut. Lebih mengerucut pada kondisi yang ada. Sampai akhirnya muncul titik terang...

So, lain kali, jangan takut untuk merendahkan hati... asal bukan rendah diri...

No comments: