Suamiku, beberapa hari terakhir ini kita sering mendengar, membicarakan, dan membahas perpindahan kantor TDB kita. Dikau yang di depan ngendarai motor sudah cukup sering mencetuskan kekhawatiran. Tentang rute, tentang macet, jalur 3 in 1, larangan motor, jalan tikus, dll. Sedangkan aku, karena statusnya cuman sebagai penumpang, biasanya hanya menjadi pendengar yang baik. Yang kadang 'cuman' nasih comment tambahan yang mungkin untukmu tak perlu. Lebih berfungsi sebagai penyeimbang, penenang, daripada memberi solusi.
Kemarin, aku baru menyadari. Tidak semua di kantor kita pindah. Hanya sebagian saja yang pindah. Sungguh qowwamku, ini mengkhawatirkanku. Aku mulai menghitung. Ada berapa tentara Allah, yang siap menyumbangkan pikiran, tenaga, dan waktunya di kantor ini, yang ikut pindah. Si A, si B, si C... mulai aku menelusuri satu satu.
Dan tahukah engkau suamiku, ternyata, hampir semua tetap tinggal di sini, di kantor lama. Hanya aku, dikau, dan satu orang lagi yang pindah ke lokasi baru. Sungguh, ini mengagetkanku. Ya... ladang jihad sangat terbuka bagi kita. Bahkan bukan terbuka lagi, tapi sudah keharusan sifatnya. Kiprah kita di sana sangat ditunggu. Siapa lagi yang akan mengadakan kajian muslimah ? Siapa yang akan mengundang ustadz untuk kajian senin kamis ? Akankah kita bisa mengajak teman teman kita, kalau kita sendiri sudah jarang mengikuti kajian senin kamis karena kerjaan yang numpuk ? Yach... niat diluruskan lagi...Insya Allah, dengan pertolongan Allah... Bismillah... kita berusaha, Allah yang menentukan....
Dan hari ini, informasi baru aku terima lagi. Disana ternyata tidak hanya bidang. Tapi kita bersama pusat. Ya suamiku.... sungguh... ini membuat mulas perutku. Dengan kondisi pusat jauh saja, permintaan pekerjaan mengalir terus. Hampir tidak ada berhentinya. Bagaimana kalau dekat.... Bukankah kalau dekat jauh lebih mudah untuk 'meminta' dan lebih susah bagi kita untuk 'menolak' ?
Terpikir di benakku, Full TDA ! Ya, kalau memang kondisi sudah tidak nyaman, kenapa tidak full TDA saja. Tetapkan target bisnis tahun ini 2x dari gaji di TDB. Maka aku bisa Full TDA dengan tenang. Sudah hampir kutetapkan dalam batinku. Ketika kemudian muncul suara hati yang lain....
Target bisnis... target pendapatan... target ekonomi... bukankah aku sudah sekian tahun dibina... dan digembleng, untuk mengetahui bahwa untuk masalah yang satu ini serahkan saja sama yang di atas ? Mengapa sekarang dengan mudahnya aku menginginkan ini lagi ? Biarlah aku 'hanya' berusaha. Allah yang melihat dan memberikan hasilnya.
Kalau kemudian Allah memberikan kepada kami, hasil bisnis 2x dari gaji TDB... akankah aku full TDA ? Resign ? Pendi ? Hmm.... kalau seperti gambaran di atas... lalu siapa yang akan menambah tentara Allah di kantor ini ? Siapa yang akan menggerakkan, menghidupkan kebiasaan islam ? Lalu apa alasanku ingin resign ? Hanya nggak kuat dengan cobaan yang Allah berikan kah ? Nggak kuat dengan keharusan membagi waktu ? Membagi pikiran ? Membagi tenaga ? Bukankah kondisi itu Allah yang memberikan....
Ya qawwamku... keinginan untuk pendi jadi tidak sebesar tadi. Insya Allah aku akan menghadapi ujian yang -- mungkin -- akan diberikan Allah. Tapi, bukankah itu 'hanya' salah satu ujian kenaikan kelas ?
Hanya satu suamiku, kutulis ini sebagai pengingat. Tentang niat, tentang tujuan, tentang motivasi. Bahwa aku bertahan bekerja untuk dakwah. Jangan sampai karena pekerjaan yang menumpuk, karena takut pada atasan, karena takut pada complain, lalu kutinggalkan dakwah ini. Kalau aku sudah mulai mengalami perubahan dalam niat, dalam pencapaian tujuan, tolong ingatkan aku suamiku. Karena kalau sekedar mencari uang, aku tahu -- dan aku pun tahu engkau lebih tahu dariku -- rizqi Allah tidak akan salah tempat. Selama kita berusaha.
Dikirimkan untuk suami tercinta pada detik yang hampir sama dengan posting ke blog.
No comments:
Post a Comment